Senin, 20 Mei 2024

Industri Perkapalan Hadapi Tantangan SDM

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pelaku usaha perkapalan menilai bahwa industrinya saat ini sangat memerlukan kaderisasi sumber daya manusia (SDM). Sebab, keperluan SDM untuk reparasi kapal setiap tahunnya selalu meningkat.

Ketua Umum Institusi Perkapalan dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Anita Puji Utami menyatakan, saat ini permintaan cukup tinggi, antara lain, untuk pengadaan-pengadaan baru. Dia mencontohkan, industri perkapalan Batam yang saat ini mendapat tambahan demand baru berupa 50 set kapal tunda atau tugboat dan tongkang.

Yamaha

”Dengan adanya tambahan pekerjaan berupa perawatan kapal dari industri pelayaran yang sudah melakukan kegiatan secara maksimal, kebutuhan SDM masih sangat kurang. Belum lagi kalau ada tambahan bangunan baru lagi. Kami mengharapkan kaderisasi SDM pada industri perkapalan ini, terutama ditekankan untuk pelatihan dan mampu mengantongi sertifikasi,’’ jelas Anita di Jakarta Rabu (3/4).

Baca Juga:  65 Bank Telah Laksanakan Keringanan Kredit

Apalagi, lanjut dia, sejak program tol laut yang diluncurkan Presiden Jokowi pada 2015, banyak SDM yang terserap di industri perkapalan dan galangan. ’’Sekarang, karena industri itu hanya hidup dari kegiatan reparasi dan perawatan kapal, banyak SDM-nya yang telah beralih profesi,” urainya.

Anita menambahkan, saat ini sektor galangan kapal masih belum ada lagi pesanan yang signifikan. Kalaupun ada, hanya satu sampai dua unit untuk bangunan baru. Dengan demikian, bisa dikatakan industri tersebut sedang defisit order sejak berjaya pada waktu program tol laut.

- Advertisement -

Selain soal isu SDM, industri perkapalan menghadapi tantangan industri hijau. Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) menegaskan bahwa pelayaran Indonesia sedang menuju green shipping. Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyatakan, salah satunya adalah penggunaan energi terbarukan sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan bagi kapal. ’’Kami masih harus terus berbenah karena tantangannya juga cukup banyak,’’ ujar Carmelita.

Baca Juga:  111 Putra/Putri Riau Jalani Magang Kerja di PHR 

Dia mengungkapkan, sektor pelayaran sebenarnya memiliki beberapa alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, biodiesel, LNG, amonia, metanol, hidrogen, nuklir, dan listrik. Setiap sumber energi itu mempunyai kelebihan dan kekurangan, baik dari segi keamanan dan risiko lingkungan, ketersediaan, infrastruktur bunkering, penyimpanan di dalam kapal, maupun kesiapan teknologi.

- Advertisement -

Dari beberapa alternatif bahan bakar tersebut, sambung Carmelita, jenis biodiesel, LNG, dan listrik yang kesiapan dan ketersediaan teknologinya paling mungkin tercapai untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal di tanah air.(agf/dio/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pelaku usaha perkapalan menilai bahwa industrinya saat ini sangat memerlukan kaderisasi sumber daya manusia (SDM). Sebab, keperluan SDM untuk reparasi kapal setiap tahunnya selalu meningkat.

Ketua Umum Institusi Perkapalan dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Anita Puji Utami menyatakan, saat ini permintaan cukup tinggi, antara lain, untuk pengadaan-pengadaan baru. Dia mencontohkan, industri perkapalan Batam yang saat ini mendapat tambahan demand baru berupa 50 set kapal tunda atau tugboat dan tongkang.

”Dengan adanya tambahan pekerjaan berupa perawatan kapal dari industri pelayaran yang sudah melakukan kegiatan secara maksimal, kebutuhan SDM masih sangat kurang. Belum lagi kalau ada tambahan bangunan baru lagi. Kami mengharapkan kaderisasi SDM pada industri perkapalan ini, terutama ditekankan untuk pelatihan dan mampu mengantongi sertifikasi,’’ jelas Anita di Jakarta Rabu (3/4).

Baca Juga:  Yamaha Alfa Scorpii Buka Pelatihan Marketing Professional

Apalagi, lanjut dia, sejak program tol laut yang diluncurkan Presiden Jokowi pada 2015, banyak SDM yang terserap di industri perkapalan dan galangan. ’’Sekarang, karena industri itu hanya hidup dari kegiatan reparasi dan perawatan kapal, banyak SDM-nya yang telah beralih profesi,” urainya.

Anita menambahkan, saat ini sektor galangan kapal masih belum ada lagi pesanan yang signifikan. Kalaupun ada, hanya satu sampai dua unit untuk bangunan baru. Dengan demikian, bisa dikatakan industri tersebut sedang defisit order sejak berjaya pada waktu program tol laut.

Selain soal isu SDM, industri perkapalan menghadapi tantangan industri hijau. Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) menegaskan bahwa pelayaran Indonesia sedang menuju green shipping. Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyatakan, salah satunya adalah penggunaan energi terbarukan sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan bagi kapal. ’’Kami masih harus terus berbenah karena tantangannya juga cukup banyak,’’ ujar Carmelita.

Baca Juga:  Keren, Honda N7X Siap Tantang Toyota Rush

Dia mengungkapkan, sektor pelayaran sebenarnya memiliki beberapa alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, biodiesel, LNG, amonia, metanol, hidrogen, nuklir, dan listrik. Setiap sumber energi itu mempunyai kelebihan dan kekurangan, baik dari segi keamanan dan risiko lingkungan, ketersediaan, infrastruktur bunkering, penyimpanan di dalam kapal, maupun kesiapan teknologi.

Dari beberapa alternatif bahan bakar tersebut, sambung Carmelita, jenis biodiesel, LNG, dan listrik yang kesiapan dan ketersediaan teknologinya paling mungkin tercapai untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal di tanah air.(agf/dio/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari