Rabu, 12 November 2025
spot_img

Jika Rupiah Tembus Rp20.000, Ini Strategi Menkeu

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Keuangan telah bersiap pada skenario terburuk terhadap perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan terus melemah. Masih menggilanya wabah Covid-19 diperkirakan bisa membuat kurs rupiah terhadap dolar bisa menyentuh angka Rp20.000.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan skenario terburuk jika rupiah terus melemah hingga mencapai Rp20.000 per dolar AS. “Skenario terburuk bisa di kisaran Rp20.000. Sedangkan kita proyeksinya di kisaran Rp17.000,” ujar Sri Mulyani, Rabu (1/4).

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa pihaknya turut menjaga angka inflasi selama dampak virus corona berlangsung di kisaran 3,9 persen meskipun sebelumnya pada UU APBN di kisaran 3,1 persen. “Inflasi masih akan tetap terjaga di kisaran 3,9 persen,” jelasnya.

Baca Juga:  Booking Kamar di Novotel Pekanbaru Kini Semudah Chat WhatsApp, Ada Harga Spesial Mulai Rp850 Ribu!

Sri Mulyani melanjutkan penyebaran virus corona memaksa pemerintah dan otoritas moneter melakukan kebijakan yang tidak biasa. Kebijakan yang bersifat textbook sudah tidak bisa lagi diterapkan.

“Pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Misalnya di Australia, yang mengeluarkan stimulus fiskal bernilai 9,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Keuangan telah bersiap pada skenario terburuk terhadap perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan terus melemah. Masih menggilanya wabah Covid-19 diperkirakan bisa membuat kurs rupiah terhadap dolar bisa menyentuh angka Rp20.000.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan skenario terburuk jika rupiah terus melemah hingga mencapai Rp20.000 per dolar AS. “Skenario terburuk bisa di kisaran Rp20.000. Sedangkan kita proyeksinya di kisaran Rp17.000,” ujar Sri Mulyani, Rabu (1/4).

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa pihaknya turut menjaga angka inflasi selama dampak virus corona berlangsung di kisaran 3,9 persen meskipun sebelumnya pada UU APBN di kisaran 3,1 persen. “Inflasi masih akan tetap terjaga di kisaran 3,9 persen,” jelasnya.

Baca Juga:  Jepang Akan Investasi di Natuna

Sri Mulyani melanjutkan penyebaran virus corona memaksa pemerintah dan otoritas moneter melakukan kebijakan yang tidak biasa. Kebijakan yang bersifat textbook sudah tidak bisa lagi diterapkan.

“Pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Misalnya di Australia, yang mengeluarkan stimulus fiskal bernilai 9,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” tutupnya.

- Advertisement -

 

Sumber: Jawapos.com

- Advertisement -

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Keuangan telah bersiap pada skenario terburuk terhadap perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan terus melemah. Masih menggilanya wabah Covid-19 diperkirakan bisa membuat kurs rupiah terhadap dolar bisa menyentuh angka Rp20.000.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan skenario terburuk jika rupiah terus melemah hingga mencapai Rp20.000 per dolar AS. “Skenario terburuk bisa di kisaran Rp20.000. Sedangkan kita proyeksinya di kisaran Rp17.000,” ujar Sri Mulyani, Rabu (1/4).

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa pihaknya turut menjaga angka inflasi selama dampak virus corona berlangsung di kisaran 3,9 persen meskipun sebelumnya pada UU APBN di kisaran 3,1 persen. “Inflasi masih akan tetap terjaga di kisaran 3,9 persen,” jelasnya.

Baca Juga:  Huawei Nova 7 Dirilis, Dibanderol Rp6 Jutaan

Sri Mulyani melanjutkan penyebaran virus corona memaksa pemerintah dan otoritas moneter melakukan kebijakan yang tidak biasa. Kebijakan yang bersifat textbook sudah tidak bisa lagi diterapkan.

“Pemerintah di berbagai negara menggelontorkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Misalnya di Australia, yang mengeluarkan stimulus fiskal bernilai 9,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” tutupnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari