JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kerja sama manajemen (KSM) Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air tak berjalan mulus. Melalui anak perusahaannya, Citilink, Garuda melayangkan tuntutan kepada manajemen Sriwijaya Air Group terkait dengan dugaan wanprestasi.
“Yang bisa kami sampaikan saat ini adalah memang benar ada gugatan wanprestasi terhadap perjanjian KSM Garuda Group dan Sriwijaya,” ujar VP Corporate Communications Citilink Indonesia Resty Kusandarina, Minggu (29/9).
Resty menyebutkan bahwa isi gugatan sudah tertuang dalam informasi detail perkara di situs resmi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Melansir Sistem Informasi Penelusuran Perkara PN Jakarta Pusat tersebut, tertulis PT Citilink Indonesia mendaftarkan gugatan kepada Sriwijaya Air Group yang di dalamnya ada nama PT Sriwijaya Air dan PT Nam Air pada Rabu (25/9).
Dalam pokok perkara, Citilink menyatakan bahwa pihak tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap pasal 3 butir 1 dan pasal 3 butir 5. Namun, tak dijelaskan isi pasal-pasal itu.
Jika mundur ke belakang, hubungan keduanya ditengarai retak sejak Sriwijaya Air merombak direksi beberapa waktu lalu. Tiga perwakilan Garuda di Sriwijaya diganti. Yaitu, Direktur Utama Joseph Andriaan Saul, Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur Komersial Joseph K. Tendean.
Buntut aksi tersebut disusul pencopotan logo Garuda di badan pesawat Sriwijaya. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M. Ikhsan Rosan menyebutkan bahwa pencabutan logo itu merupakan upaya menjaga brand Garuda.
“Khususnya mempertimbangkan konsistensi layanan Sriwijaya Air Group yang tidak sejalan dengan standardisasi layanan Garuda Indonesia Group sejak adanya dispute (sengketa),” ujarnya.
Sempat mencuat kabar bahwa Sriwijaya Air Group bakal berhenti beroperasi. Namun, manajemen Sriwijaya Air membantah isu tersebut.
“Informasi stop operasi tidak benar. Hingga saat ini, Sriwijaya Air dan Nam Air masih beroperasi melayani pelanggan. Reservasi pun tetap dibuka,” ujar Direktur Komersial PT Sriwijaya Air Rifai Taberi.
Namun, dikutip dari salinan fleet Sriwijaya Air, armada yang beroperasi terus mengalami penurunan. Normalnya, Sriwijaya Air mengoperasikan 27 di antara total 36 pesawat yang dimiliki.
Namun, secara bertahap, jumlah armada yang beroperasi terus menurun. Hingga Jumat (27/9), dilaporkan hanya sebelas pesawat yang beroperasi, 18 grounded, dan sisanya cadangan.
Menilik kondisi keuangan, Sriwijaya Group memang tengah dalam beban berat. Berdasar laporan keuangan konsolidasi Garuda Indonesia Group semester I 2019, total utang Sriwijaya Air Group sekitar Rp 1,66 triliun.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal