JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar waspada potensi cuaca ekstrem. Kondisi itu terjadi hampir di semua provinsi dalam sepekan ke depan.
”BMKG memonitor perkembangan kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia, di mana saat ini diindikasikan terdapat potensi signifikansi dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia,” ujar Deputi Bidang Meteorologi Guswanto seperti dilansir dari Antara di Jakarta.
Guswanto menjelaskan, hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya potensi belokan dan perlambatan angin yang dapat meningkatkan pola konvektifitas. Aktifnya fenomena MJO, Gelombang Rossby, dan Gelombang Kelvin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan.
Berdasar kondisi tersebut, lanjut dia, BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode 31 Oktober hingga 6 November, dapat terjadi di sejumlah wilayah.
Wilayah yang berpotensi terjadi hujan sedang-lebat disertai petir dan angin kencang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung. Selain itu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan.
Kemudian, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Sedangkan untuk periode tiga hari mendatang pada 31 Oktober hingga 1 November, berdasar prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang berpotensi terjadi banjir dan banjir bandang dengan kategori siaga yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Guswanto mengajak seluruh lapisan masyarakat mempersiapkan diri sebagai upaya mitigasi terhadap potensi dampak fenomena hidrometeorologi.
”Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol,” tutur Guswanto.
Selain itu, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.
”Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia melalui laman BMKG,” papar Guswanto.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman