PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Dinas Kesehatan mencatat angka kasus demam berdarah dengue (DBD) mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari akumulasi angka kasus DBD di Provinsi Riau dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, sepanjang tahun 2019, total ada sebanyak 4.139 kasus DBD terjadi di Provinsi Riau dari 12 kabupaten/kota. Sementara itu, untuk jumlah kasus DBD pada tahun 2020 mengalami penurunan hampir setengahnya, jika dibandingkan dengan kasus DBD yang terjadi pada tahun 2019, yakni total ada 2.948 kasus DBD di sepanjang 2020. "Untuk kasus DBD di Riau pada 2020 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Penurunannya lebih 1.000 orang,"kata Mimi.
Lebih lanjut dikatakannya, sementara itu untuk tahun 2021, angka penambahan orang yang terjangkit DBD juga terus menurun. Dimana sejak Januari hingga Agustus, masyarakat yang terjangkit DBD sebanyak 472 orang. Mimi juga merincikan, untuk gambaran kasus DBD di Riau tahun 2021, terhitung pada Januari ada sebanyak 63 kasus. Jumlah ini sedikit mengalami penurunan pada Februari dengan total 61 kasus DBD di Riau.
"Kemudian pada Maret 2021, penurunan kasus juga terlihat yakni dengan jumlah 50 kasus DBD. Sedangkan pada April, naik menjadi 56 kasus. Kasus DBD lalu kembali naik pada Juni dengan total selama sebulan terdapat 99 kasus,"paparnya.
Selanjutnya, demikian Mimi, angka kasus penularan DBD terpantau kembali mengalami penurunan pada bulan Juli dan Agustus yakni masing-masing ada 44 dan 46 kasus. Jika kita lihat berdasarkan grafik angka kesakitan, sepanjang 2021 kasus tertinggi terjadi di Pekanbaru dengan jumlah 20-an kasus. "Mudah-mudahan hingga akhir tahun nanti, jumlah masyarakat Riau yang terjangkit DBD terus menurun,"harapnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, menurut Mimi bisa dilakukan dengan cara kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk aedes aegypti tersebut.
"Kegiatan PSN harus difokuskan pada genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung. Seperti misalnya bak kamar mandi, tempat penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), atau barang bekas di sekitar rumah,"katanya.
Pada tempat-tempat tersebut, hendaknya dapat dipastikan tidak terdapat jentik nyamuk. Karena satu jentik nyamuk betina, dalam 12 – 14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Dan satu nyamuk betina dewasa sekali bertelur bisa mencapai 100-150 butir telur.
"Dalam masa hidup nyamuk betina dewasa berkisar satu bulan, bisa bertelur hingga lebih kurang empat kali. Jadi bisa dibayangkan satu nyamuk betina bisa bertelur hingga 600 telur sebulan,"ujarnya.(hen)
Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru