Minggu, 14 September 2025
spot_img

Gunakan Strategi Pola Tanam Cabai Berbasis IT

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  — Cabai menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sering kali mengalami fluktuasi harga. Pada satu titik tertentu mengalami kenaikan namun tak jarang mengalami penurunan harga yang kerap membuat resah petaninya.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto saat berkunjung di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Gurah menjelaskan, salah satu kondisi penyebab tidak stabilnya harga cabai, dikarenakan pola tanam yang tidak tepat.

Umumnya, lanjut anak buah mentan yang biasa disapa Anton itu, petani menanam saat waktu harga jual cabai tinggi, akhirnya saat panen bersamaan harganya jatuh. Lebih parah lagi, saat harga jatuh petani cenderung malas merawat tanaman dan akhirnya tanaman tidak berproduksi dengan baik.

Baca Juga:  BSN Riau Ajak Pelaku Usaha Terapkan SNI

"Dampaknya produktivitas menurun dan harga mengalami kenaikan saat pasar membutuhkan pasokan, utamanya saat memasuki musim kemarau yang terjadi baru-baru ini," papar Anton.

Menurut Anton, Banyuwangi, Tuban, Temanggung, Kediri, Blitar, Magelang, Karanganyar merupakan daerah sentra cabai. Meski sempat mengalami kendala selama masa tanam akibat kurang air, kini sudah kembali aktif bertanam dan diperkirakan pertengahan Agustus harga cabai akan kembali normal.

Ke depan, imbuh Anton, akan dipantau pola tanam berbasis IT. Tiap daerah dipetakan berapa jumlah konsumsi yang diperlukan melalui aplikasi online. Pola ini diyakini mampu menjaga kuantitas produksi sesuai dengan besaran kebutuhan.

Peta produksi berbasis kebutuhan ril ini akan disosiali­sa­sikan ke daerah-daerah un­tuk memberitahukan berapa besaran pertanaman yang dibutuhkan. Tujuannya dengan pemetaan tersebut, gejolak harga akibat minimnya produksi bisa dihindari.(amr/jpg)

Baca Juga:  Hadirkan Teknologi Seri PA 400, Lintasarta Gandeng Palo Alto

Editor: Arif Oktafian

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  — Cabai menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sering kali mengalami fluktuasi harga. Pada satu titik tertentu mengalami kenaikan namun tak jarang mengalami penurunan harga yang kerap membuat resah petaninya.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto saat berkunjung di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Gurah menjelaskan, salah satu kondisi penyebab tidak stabilnya harga cabai, dikarenakan pola tanam yang tidak tepat.

Umumnya, lanjut anak buah mentan yang biasa disapa Anton itu, petani menanam saat waktu harga jual cabai tinggi, akhirnya saat panen bersamaan harganya jatuh. Lebih parah lagi, saat harga jatuh petani cenderung malas merawat tanaman dan akhirnya tanaman tidak berproduksi dengan baik.

Baca Juga:  PLN Pastikan Tarif Listrik Tetap, Jika Tagihan Naik, Ini Penyebabnya

"Dampaknya produktivitas menurun dan harga mengalami kenaikan saat pasar membutuhkan pasokan, utamanya saat memasuki musim kemarau yang terjadi baru-baru ini," papar Anton.

Menurut Anton, Banyuwangi, Tuban, Temanggung, Kediri, Blitar, Magelang, Karanganyar merupakan daerah sentra cabai. Meski sempat mengalami kendala selama masa tanam akibat kurang air, kini sudah kembali aktif bertanam dan diperkirakan pertengahan Agustus harga cabai akan kembali normal.

- Advertisement -

Ke depan, imbuh Anton, akan dipantau pola tanam berbasis IT. Tiap daerah dipetakan berapa jumlah konsumsi yang diperlukan melalui aplikasi online. Pola ini diyakini mampu menjaga kuantitas produksi sesuai dengan besaran kebutuhan.

Peta produksi berbasis kebutuhan ril ini akan disosiali­sa­sikan ke daerah-daerah un­tuk memberitahukan berapa besaran pertanaman yang dibutuhkan. Tujuannya dengan pemetaan tersebut, gejolak harga akibat minimnya produksi bisa dihindari.(amr/jpg)

- Advertisement -
Baca Juga:  BSN Riau Ajak Pelaku Usaha Terapkan SNI

Editor: Arif Oktafian

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO)  — Cabai menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sering kali mengalami fluktuasi harga. Pada satu titik tertentu mengalami kenaikan namun tak jarang mengalami penurunan harga yang kerap membuat resah petaninya.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto saat berkunjung di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Gurah menjelaskan, salah satu kondisi penyebab tidak stabilnya harga cabai, dikarenakan pola tanam yang tidak tepat.

Umumnya, lanjut anak buah mentan yang biasa disapa Anton itu, petani menanam saat waktu harga jual cabai tinggi, akhirnya saat panen bersamaan harganya jatuh. Lebih parah lagi, saat harga jatuh petani cenderung malas merawat tanaman dan akhirnya tanaman tidak berproduksi dengan baik.

Baca Juga:  Bank Riau Kepri Raih Dua Penghargaan di CSR Award 2022

"Dampaknya produktivitas menurun dan harga mengalami kenaikan saat pasar membutuhkan pasokan, utamanya saat memasuki musim kemarau yang terjadi baru-baru ini," papar Anton.

Menurut Anton, Banyuwangi, Tuban, Temanggung, Kediri, Blitar, Magelang, Karanganyar merupakan daerah sentra cabai. Meski sempat mengalami kendala selama masa tanam akibat kurang air, kini sudah kembali aktif bertanam dan diperkirakan pertengahan Agustus harga cabai akan kembali normal.

Ke depan, imbuh Anton, akan dipantau pola tanam berbasis IT. Tiap daerah dipetakan berapa jumlah konsumsi yang diperlukan melalui aplikasi online. Pola ini diyakini mampu menjaga kuantitas produksi sesuai dengan besaran kebutuhan.

Peta produksi berbasis kebutuhan ril ini akan disosiali­sa­sikan ke daerah-daerah un­tuk memberitahukan berapa besaran pertanaman yang dibutuhkan. Tujuannya dengan pemetaan tersebut, gejolak harga akibat minimnya produksi bisa dihindari.(amr/jpg)

Baca Juga:  TV Toshiba 75U7950 Cashback Rp3 Juta

Editor: Arif Oktafian

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari