Minggu, 10 November 2024

Dilema Anak Buruh Sawit dalam Menggapai Asa

- Advertisement -

(RIAUPOS.CO) — Kisah Aditya Gunawan dalam merajut masa depan begitu berliku. Sempat dibantu seseorang yang berhati tulus, karena tak sanggup bayar UKT IV sebesar Rp3,2 juta ketika diterima di Universitas Islam Negeri, sebab ayahnya sebagai tukang dodos sawit sakit-sakitan tidak mampu membayar uang kuliah Adit. Peluang untuk mendapatkan beasiswa dari Program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di bawah Kemenko Perekonomian ada di depan mata.

Kini, Adit merasa berada di persimpangan. Meski semester pertama sudah dibiayai lelaki yang kini menjadi idola Adit, namun kepergian ayahnya awal Agustus untuk selamanya, memaksanya harus bisa memilih lanjut kuliah atau menjadi tukang dodos melanjutkan profesi sang ayah di kampung. 

- Advertisement -

Mengingat, meski uang semester pertama sudah dibayarkan oleh orang yang berjasa dalam masa depan Adit, namun bagaimana dengan biaya makan, kos, transportasi, buku dan lainnya, terutama uang kuliah semester kedua dan selanjutnya.

“Ada keresahan di wajah Adit, dan saya tak tega melihat Adit murung setelah kepergian ayah,” ungkap Tria Lesmana, abang Aditya yang kuliah di UIR, namun terpaksa alpa studi 1 tahun karena tak sanggup bayar uang kuliah.

Dengan tatapan menerawang, Tria mengisahkan, saat hendak menemani Adit tes di UIN, sang ibu terang-terangan mengatakan kepadanya tak bisa membiayai kuliahnya, karena ayahnya sakit-sakitan dan hanya mengandalkan dari kebun sawit 2 hektare yang ada di belakang rumahnya, itupun tak pernah dipupuk.

- Advertisement -

Namun, Adit tetap dengan pendiriannya ingin kuliah. Adit membujuk abangnya Tria Lesmana untuk bersedia menemaninya tes. Tria Lesmana hanya bisa mengalah atas keinginan kuat adiknya itu.

“Aku ada uang Rp350 ribu bang, uang ini simpanan hasil mendodos sawit,” ungkap Tria Lesmana, mengenang percakapannya dengan Aditya.

Makanya saat Adit minta ditemani tes di UIN, Tria mengabulkannya, meski sedih karena biaya untuk mendaftar dan pergi tes berasal dari uang Adit dari hasil mendodos di Desa Melayu Besar Kota, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir.

“Saya sangat terharu saat Adit diterima di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Matematika UIN,” ucapnya.

Baca Juga:  Pendaftaran Calon ASN Diundur

Namun, pembayaran UKT IV dan harus secepatnya dilunasi menjadi dilema, tadinya Adit berpikir kalau kuliah di negeri pasti murah SPP-nya. Mujur, setelah lelaki yang baik hati itu mendengar kisah ini, berkenan menolong untuk uang kuliah semester pertama. Yang diperlukan Rp3,2 juta, tetapi stafnya mengirim lebih, yaitu Rp3,5 juta.

“Benar-benar berkah dan sesuatu yang indah karena begitu tak terduga dan tak terpikir,” ujar Tria Lesmana sambil mengusap air mata.

Angan dan niat Adit untuk kuliah di UIN, pupus setelah ayah Adit pergi untuk selama-lamanya, persis pada 3 Agustus, sebelum Adit mulai kuliah di UIN.

Kabar baik datang dari Counterpart Office DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) di Pekanbaru. Saat itu Riau Pos sedang berkunjung untuk bertemu Ir Gulat Manurung MP Ketua Umum DPP Apkasindo

yang sehari-hari berkantor pusat di Sekretaraiat DPP Apkasindo Ditjenbun Lt 5 Ragunan Jakarta. Setelah awak Riau Pos bercerita kisah Aditya, Gulat langsung tergugah hatinya dan langsung mengulurkan tangan membantu melalui beasiswa full dari BPDPKS, uang kuliah full sampai tamat dan biaya bulanan, buku dan lain-lain melalui beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Mahasiswa yang sudah diterima di Program Beasiswa ini disebut dengan Taruna Sawit Indonesia. Mereka dididik secara semi militer dengan strata displin tinggi.

Menurutnya, progran ini adalah Program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di bawah Kemenko Perekonomian. 

“Adit memang anak buruh tani sawit, dan dari foto rumahnya di Desa Melayu Besar Kota, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, memang benar menggambarkan situasi perekekonomian keluarga mereka, dan saya cek nilai di SMA cukup bagus dan layak dari segi SDM,” sebutnya. 

“Saya yakin Adit bisa lulus pada tes nantinya, ini akan menjadi perhatian khusus saya,” tambah Gulat.

Setelah mendengarkan secara rinci tentang Program Pendidikan Beasiswa ini dari Riau Pos, Aditya mantap memutuskan mendaftar ke Program Beasiswa Sawit Indonesia Program D4 Pengolahan Hasil Perkebunan, di Politeknik Lembaga Pendidikan Perkebunan Jogja, demi memastikan kelanjutan kuliah ke depannya. 

Baca Juga:  Airlangga: Harmoko Panutan bagi Kader Golkar

“Namun yang menjadi pemikiran saya adalah bagaimana menyampaikan hal ini ke lelaki berhati mulia itu. Dia tanpa harus bertemu bersedia mengeluarkan uang untuk membayarkan uang kuliah saya. Saya berharap dia tidak kecewa atas keputusan ini. Orang sebaik dia, saya yakin akan memahami dilema yang saya hadapi ini. Dan bagi saya, dia adalah sosok terbaik yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya,” tutur Adit.

Lebih jauh Gulat merinci tentang beasiswa BPDPKS ini, program ini disebar di 22 provinsi DPW Apkasindo dan 116 DPD Apkasindo setingkat kabupaten/kota seluruh Indonesia.

Disebutkannya, kampus yang disiapkan untuk program beasiswa ini adalah kampus-kampus favorit insan perkebunan kelapa sawit, tempat ditempahnya manajer-manajer kebun, seperti Instiper Jogja, LPP Jogja, Stipap Medan, Poltek Sawit CWE Jabar, dan Poltek Sawit Kampar Riau, dengan program D1, D3 dan D4 kelapa sawit, semua berbasis kelapa sawit.

“Tahun depan kita harapkan tambah dua kampus lagi, yaitu Politeknik Sawit Indonesia Pelalawan dan satu lagi di Kabupaten Tanah Laut Kaliman Selatan. Ini sesuai dengan Arahan Dewan Pembina DPP Apkasindo, Jend TNI (Purn) Dr Moeldoko SIP, saat memberikan arahan kepada Pengurus DPP di Istana Negara Bina Graha Jakarta, bahwa anak-anak petani dan buruh tani harus dibuka kesempatan seluas-luasnya untuk dapat kuliah dengan beasiswa BPDPKS, ini hak mereka. Apkasindo harus berada digarda terdepan untuk mensosialisasikan Program Beasiswa ini, Apkasindo harus berguna untuk masyarakat kelapa sawit yang sudah berjuang untuk devisa negara,” ujar Gulat mengulang arahan dari Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo.

‘’Sebenarnya konsep yang dikembangkan BPDPKS ini merupakan penjabaran dari arahan Presiden tentang kampus berbasis vokasi yang menjadi target peningkatan SDM dan produksi termasuk perkebunan kelapa sawit, jadi semuanya menjadi link and mach” tutupnya.***

 

 

Laporan MONANG LUBIS, Pekanbaru
 

(RIAUPOS.CO) — Kisah Aditya Gunawan dalam merajut masa depan begitu berliku. Sempat dibantu seseorang yang berhati tulus, karena tak sanggup bayar UKT IV sebesar Rp3,2 juta ketika diterima di Universitas Islam Negeri, sebab ayahnya sebagai tukang dodos sawit sakit-sakitan tidak mampu membayar uang kuliah Adit. Peluang untuk mendapatkan beasiswa dari Program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di bawah Kemenko Perekonomian ada di depan mata.

Kini, Adit merasa berada di persimpangan. Meski semester pertama sudah dibiayai lelaki yang kini menjadi idola Adit, namun kepergian ayahnya awal Agustus untuk selamanya, memaksanya harus bisa memilih lanjut kuliah atau menjadi tukang dodos melanjutkan profesi sang ayah di kampung. 

- Advertisement -

Mengingat, meski uang semester pertama sudah dibayarkan oleh orang yang berjasa dalam masa depan Adit, namun bagaimana dengan biaya makan, kos, transportasi, buku dan lainnya, terutama uang kuliah semester kedua dan selanjutnya.

“Ada keresahan di wajah Adit, dan saya tak tega melihat Adit murung setelah kepergian ayah,” ungkap Tria Lesmana, abang Aditya yang kuliah di UIR, namun terpaksa alpa studi 1 tahun karena tak sanggup bayar uang kuliah.

- Advertisement -

Dengan tatapan menerawang, Tria mengisahkan, saat hendak menemani Adit tes di UIN, sang ibu terang-terangan mengatakan kepadanya tak bisa membiayai kuliahnya, karena ayahnya sakit-sakitan dan hanya mengandalkan dari kebun sawit 2 hektare yang ada di belakang rumahnya, itupun tak pernah dipupuk.

Namun, Adit tetap dengan pendiriannya ingin kuliah. Adit membujuk abangnya Tria Lesmana untuk bersedia menemaninya tes. Tria Lesmana hanya bisa mengalah atas keinginan kuat adiknya itu.

“Aku ada uang Rp350 ribu bang, uang ini simpanan hasil mendodos sawit,” ungkap Tria Lesmana, mengenang percakapannya dengan Aditya.

Makanya saat Adit minta ditemani tes di UIN, Tria mengabulkannya, meski sedih karena biaya untuk mendaftar dan pergi tes berasal dari uang Adit dari hasil mendodos di Desa Melayu Besar Kota, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir.

“Saya sangat terharu saat Adit diterima di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Matematika UIN,” ucapnya.

Baca Juga:  DPRD Konsultasi ke Jakarta dan Semarang

Namun, pembayaran UKT IV dan harus secepatnya dilunasi menjadi dilema, tadinya Adit berpikir kalau kuliah di negeri pasti murah SPP-nya. Mujur, setelah lelaki yang baik hati itu mendengar kisah ini, berkenan menolong untuk uang kuliah semester pertama. Yang diperlukan Rp3,2 juta, tetapi stafnya mengirim lebih, yaitu Rp3,5 juta.

“Benar-benar berkah dan sesuatu yang indah karena begitu tak terduga dan tak terpikir,” ujar Tria Lesmana sambil mengusap air mata.

Angan dan niat Adit untuk kuliah di UIN, pupus setelah ayah Adit pergi untuk selama-lamanya, persis pada 3 Agustus, sebelum Adit mulai kuliah di UIN.

Kabar baik datang dari Counterpart Office DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) di Pekanbaru. Saat itu Riau Pos sedang berkunjung untuk bertemu Ir Gulat Manurung MP Ketua Umum DPP Apkasindo

yang sehari-hari berkantor pusat di Sekretaraiat DPP Apkasindo Ditjenbun Lt 5 Ragunan Jakarta. Setelah awak Riau Pos bercerita kisah Aditya, Gulat langsung tergugah hatinya dan langsung mengulurkan tangan membantu melalui beasiswa full dari BPDPKS, uang kuliah full sampai tamat dan biaya bulanan, buku dan lain-lain melalui beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Mahasiswa yang sudah diterima di Program Beasiswa ini disebut dengan Taruna Sawit Indonesia. Mereka dididik secara semi militer dengan strata displin tinggi.

Menurutnya, progran ini adalah Program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di bawah Kemenko Perekonomian. 

“Adit memang anak buruh tani sawit, dan dari foto rumahnya di Desa Melayu Besar Kota, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, memang benar menggambarkan situasi perekekonomian keluarga mereka, dan saya cek nilai di SMA cukup bagus dan layak dari segi SDM,” sebutnya. 

“Saya yakin Adit bisa lulus pada tes nantinya, ini akan menjadi perhatian khusus saya,” tambah Gulat.

Setelah mendengarkan secara rinci tentang Program Pendidikan Beasiswa ini dari Riau Pos, Aditya mantap memutuskan mendaftar ke Program Beasiswa Sawit Indonesia Program D4 Pengolahan Hasil Perkebunan, di Politeknik Lembaga Pendidikan Perkebunan Jogja, demi memastikan kelanjutan kuliah ke depannya. 

Baca Juga:  Koperasi Tani Timiangan Raya Minta Para Pihak Jalani Putusan Pengadilan

“Namun yang menjadi pemikiran saya adalah bagaimana menyampaikan hal ini ke lelaki berhati mulia itu. Dia tanpa harus bertemu bersedia mengeluarkan uang untuk membayarkan uang kuliah saya. Saya berharap dia tidak kecewa atas keputusan ini. Orang sebaik dia, saya yakin akan memahami dilema yang saya hadapi ini. Dan bagi saya, dia adalah sosok terbaik yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya,” tutur Adit.

Lebih jauh Gulat merinci tentang beasiswa BPDPKS ini, program ini disebar di 22 provinsi DPW Apkasindo dan 116 DPD Apkasindo setingkat kabupaten/kota seluruh Indonesia.

Disebutkannya, kampus yang disiapkan untuk program beasiswa ini adalah kampus-kampus favorit insan perkebunan kelapa sawit, tempat ditempahnya manajer-manajer kebun, seperti Instiper Jogja, LPP Jogja, Stipap Medan, Poltek Sawit CWE Jabar, dan Poltek Sawit Kampar Riau, dengan program D1, D3 dan D4 kelapa sawit, semua berbasis kelapa sawit.

“Tahun depan kita harapkan tambah dua kampus lagi, yaitu Politeknik Sawit Indonesia Pelalawan dan satu lagi di Kabupaten Tanah Laut Kaliman Selatan. Ini sesuai dengan Arahan Dewan Pembina DPP Apkasindo, Jend TNI (Purn) Dr Moeldoko SIP, saat memberikan arahan kepada Pengurus DPP di Istana Negara Bina Graha Jakarta, bahwa anak-anak petani dan buruh tani harus dibuka kesempatan seluas-luasnya untuk dapat kuliah dengan beasiswa BPDPKS, ini hak mereka. Apkasindo harus berada digarda terdepan untuk mensosialisasikan Program Beasiswa ini, Apkasindo harus berguna untuk masyarakat kelapa sawit yang sudah berjuang untuk devisa negara,” ujar Gulat mengulang arahan dari Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo.

‘’Sebenarnya konsep yang dikembangkan BPDPKS ini merupakan penjabaran dari arahan Presiden tentang kampus berbasis vokasi yang menjadi target peningkatan SDM dan produksi termasuk perkebunan kelapa sawit, jadi semuanya menjadi link and mach” tutupnya.***

 

 

Laporan MONANG LUBIS, Pekanbaru
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari