SIAK (RIAUPOS.CO) – Siak menuju Kabupaten Hijau. Saat ini pemerintah kabupaten sedang menggesa Peraturan Daerah (Perda) tentang Siak Hijau. Tidak hanya alam yang asri tapi juga habitat hewan juga terjaga.
Kera salah satu hewan yang mudah ditemui. Bahkan selalu bermain di jalanan bersama kawanannya. Setiap hari kera kera itu dapat dilihat menyeberang jalan dan mencari makanan di depan toko-toko di beberapa ruas jalan di Kota Siak.
Andri, salah seorang warga selalu saja membawa makanan untuk kawanan kera itu. Menurutnya, dia pecinta binatang.
“Saya senang saja melihat kera-kera itu mengambil makanan dan membawanya masuk ke belukar itu,” ungkap Andri.
Belukar yang terjaga menjadi salah satu aura yang membuat Kota Siak terasa sejuk, ditambah pepohonan rindang sepanjang jalan begitu menyejukkan mata.
Di sanalah habitat kera itu tinggal. Kawanan kera keluar ketika pagi dan saat senja menjelang. Kera-kera berada di trotoar dan jalanan, bahkan sampai bermain di tiang listrik. Meski tak mengganggu warga yang melintas, tak jarang kera tertabrak kendaraan. Namun, tak jera, pemandangan kera bermain di jalanan tetap masih bisa dinikmati setiap hari.
Jika itu di kota, bagaimana dengan di pinggirannya. Tentu habitat kera ini akan lebih banyak, meski sebagian belukar sudah berganti dengan kebun sawit.
Bicara kebun sawit, tentu berkaitan dengan hasil panen yang setiap dua pekan menghasilkan rupiah. Namun, di wilayah Merempan, Kecamatan Siak, atau 15 kilometer dari Kota Siak, ada pemilik kebun yang tanpa diminta menebang 48 batang pohon kelapa sawit agar tidak mengganggu aliran listrik.
Demikian dikatakan Manajer PLN Siak Dian Indri Saputri, kemarin. Dian Indri sangat mengapresiasi pemilik kebun, sebab tidak semua orang bersedia melakukan hal yang sama secara sukarela.
“48 batang pohon kelapa sawit usia produktif bukan jumlah yang sedikit. Tapi itulah realitanya. Saya sangat menghargai itu,” ungkap Dian Indri.
Lebih jauh dikatakan Dian Indri, dua hal itu yang kini menjadi kendala pihaknya. Kera yang memanjat tiang listrik, hal itu dapat menyebabkan terjadinya pemadaman, dan rimbunnya pohon, sehingga harus selalu dicabang agar tidak sampai mengenai kabel listrik, juga menjadi penyebab terjadinya pemadaman.
“Untuk menyabang pohon kami punya tim. Biasanya kami menawarkan kepada pemiliknya untuk menyabangkan. Selalu saja ada respon positif yang dihadapi tim kami. Bahkan tak jarang pemilik pohon ikut membantu,” jelas Dian Indri.
Hal itu pula yang terjadi di Merempan. Melihat begitu besar perhatian pemilik kebun terhadap aliran listrik agar tidak terhambat, dikatakan Dian Indri, patut menjadi contoh dan sangat menginspirasi.
“Kami hanya mengabarkan bahwa pelepah dan pohon sudah mengenai kabel, apakah bisa kami bantu menyabangnya,” ungkap Dian Indri.
Ternyata pemilik kebun mengizinkan pelepah yang mengenai kabel ditebang pohonnya.
“Padahal kami hanya meminta untuk dicabang dan tim kami yang mengerjakan,” terang Dian Indri.
Penjaga kebun bernama Budi mengatakan kebun itu milik pengusaha. Dia melaporkan ke pemilik kebun ketika petugas PLN memberi tahu pelepah pohon kelapa sawit sudah mengenai kabel listrik.
“Jika itu untuk kepentingan masyarakat, silakan ditebang saja yang pelepahnya mengenai kabel listrik,” ungkap Budi, meniru ucap pemilik kebun.
Atas perintah itu, makanya ditebang batang pohon kelapa sawit yang mengenai kabel. Kejadiannya hampir sebulan lalu, sebab pelepah juga sudah mengering.
“Saya sendiri sebenarnya kaget disuruh menebang, ketika diminta hanya memotong pelepah. Tapi karena memang itu untuk kepentingan masyarakat, langsung saya laksanakan,” jelasnya.
Laporan: Monang Lubis (Siak)
Editor: Eka G Putra