WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Sebuah transkrip rekaman mengejutkan publik Amerika Serikat (AS). Kakak Presiden AS Donald Trump, Maryanne Trump (Barry), menyebut bahwa sang adik kejam. Hal itu ia ungkapkan dalam percakapan bersama keponakannya, Mary Trump, yang secara diam-diam direkam.
Rekaman dan transkrip percakapan selama 15 jam pada 2018 dan 2019 diketahui setelah diperoleh Washington Post dari Mary. Diketahui, Mary kerap mengkritik Trump dan menyatakan dukungan pada Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat (AS).
Dalam rekaman tersebut, Barry mengatakan bahwa Donald seorang pembohong. Selama ini, Barry belum pernah membicarakan perselisihan dengan Trump, namun rekaman ini justru mengungkap keretakan hubungan mereka dimulai pada 1980.
Kala itu, Barry yang bekerja sebagai Jaksa Wilayah New Jersey merasa dimanfaatkan oleh Trump. Ia mengklaim Trump kerap mengambil kesempatan untuk mendapatkan pengakuan atas kesuksesannya.
"Semua itu kepalsuan. Itu kepalsuan dan kekejaman. Donald itu kejam," kata Barry kepada Mary berdasarkan transkrip seperti dilansir USA Today, Ahad (23/8/2020).
Hal lain yang juga menjadi perhatian dalam rekaman tersebut adalah ketika Trump membayar seseorang untuk mengikuti tes SAT.
Tuduhan ini juga terdapat dalam buku yang ditulis Mary bertajuk Too Much and Never Enough: How My Family Created The World's Most Dangerous Man.
"Dia pergi ke Fordham selama satu tahun (sebenarnya dua tahun, red) dan kemudian dia masuk ke Universitas Pennsylvania karena meminta seseorang untuk mengikuti ujian," kata Barry.
Mary membalas, "Tidak mungkin! dia meminta seseorang untuk mengikuti ujian masuk (universitas, red)?"
Barry menjawab, "SAT atau apa pun itu… Itulah yang saya yakini. Bahkan saya ingat namanya, orang itu adalah Joe Shapiro."
The Post juga menuliskan bahwa Mary pernah mengatakan bukan Joe Shapiro yang datang ke Universitas Pennsylvania bersama Trump. Sampai saat ini orang tersebut belum muncul.
Juru bicara Mary, Chris Bastardi, mengatakan bahwa ia mulai merekam percakapan dengan Barry pada 2018. Hal itu dilakukan setelah anggota keluarga berbohong mengenai nilai harta keluarga dua dekade sebelumnya saat perdebatan hukum soal warisan, yang mana Mary mendapat jauh lebih sedikit dari yang diharapkan.
"Mary menyadari anggota keluarganya berbohong dalam pernyataan sebelumnya. Sebagai antisipasi hal yang berkaitan dengan penyelesaian perkara, ia merasa perlu untuk merekam percakapan demi melindungi diri," kata Bastardi.
Kemudian pada Sabtu (22/8) malam kemarin, Gedung Putih merilis pernyataan Trump. Namun, dalam pernyataan itu Trump tidak menyinggung pembahasan dalam rekaman percakapan secara spesifik.
"Saya rindu saudara saya, dan saya akan terus bekerja keras untuk rakyat AS. Tidak semua orang setuju, tapi hasilnya jelas. Negara kita akan segera menjadi lebih kuat dari sebelumnya," kata Trump merujuk saudaranya yang meninggal awal bulan ini, Robert Trump.
Pada Juli lalu, sebelum buku yang ditulis Mary dirilis, Gedung Putih membantah tuduhan Trump membayar orang untuk mengikuti SAT. Menurutnya, tuduhan itu sangat salah dan tidak masuk akal.
Rekaman percakapan sendiri dirilis setelah Konvensi Nasional Demokrat, di mana Demokrat dan sejumlah tokoh Republik fokus melakukan pembingkaian karakter dan moral pada Pilpres 2020.
Mereka ingin menampilkan Trump sebagai orang yang tak layak menjadi presiden, sedangkan Biden ditampilkan lebih baik.
Sumber: The Post/CNN/USA Today/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun