Suatu hari, Ki Tapa (bukan nama sebenarnya) bermain dengan cucunya Oki (bukan nama sebenarnya). Oki yang masih berusia lima tahun itu sangat senang bermain sambil bercanda dengan kakeknya itu.
"Bang, (sebutan Oki), coba pukul Kakek," kata Ki Tapa ke Oki.
"Iya," kata Oki merasa tertantang.
Dengan penuh semangat, Oki langsung bersiap-siap menggempalkan tangan kanannya untuk memukul Ki Tapa.
"Siap-siap ya, Kek," sebut Oki.
"Iya, pukul aja, gak apa-apa. Kakek punya ilmu tahan pukul," kata Ki Tapa menyombongkan diri.
"Pukulan Oki kan lembek, pasti gak sakit lah," lanjut Ki Tapa.
Tanpa aba-aba, Oki langsung mendaratkan pukul ke pipi kakeknya.
Puk… puk…
"Waduh… sakit..," teriak Ki Tapa.
Dan tanpa Ki Tapa sadari giginya copot akibat pukulan Oki.
"Kok gigi kakek bisa copot?" tanya Oki tanpa merasa bersalah.
"Oki pukulnya kuat, tentu gigi kakek copot. Dulu Kakek punya ilmu tahan pukul. Karena Kakek sudah tua, ilmunya sudah hilang," jawab Ki Tapa.
Saat mendengar teriakan si kakek, orang serumah pun mendatangi kakek.
"Ada apa Kek?" tanya ayah Oki cemas.
"Ini, Oki tonjok gigi Kakek sampai copot," jawab Ki Tapa.
"Hahahahahaha… Kakek juga salah, sok-sok pamer kekuatan sama anak kecil. Anak kecil kan gak tahu apa-apa, Kek," kata ayah Oki.
"Iya juga, Kakek salah. Kakek kira tadi pukulannya Oki gak kuat, rupanya pukulan Oki kuat juga, sampai copot gigi Kakek," kata Ki Tapa menyesal.(dof)