26.2 C
Pekanbaru
Rabu, 13 November 2024

Sebuah Alternatif, Jurnalisme Perjalanan atau Sastrawi

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bertempat di Kedai Kopikirapa Jl Kundur, Pekanbaru, diskusi bertema "Jurnalisme Perjalanan atau Jurnalisme Sastrawi" berlangsung lumayan hangat pada Jumat (24/1/2020). Sekitar 15 peserta terlihat antusias mengikuti paparan Hary B Koriun tersebut tentang perkembangan jurnalistik.

Hadir dalam diskusi tersebut beberapa mahasiswa yang berkonsentrasi bidang jurnalistik dari Universitas Riau (Unri) atau UIN Sultan Syarif Kasim II, pakar komunikasi Dr M Badri, Ketua Sindikat Kartunis Riau (Sikari) Eko Faizin, dan dari Komunitas Bogger Riau. Haldi dari Komunitas Arus Balik memandu diskusi tersebut. Hampir semua peserta terlibat aktif dalam diskusi tersebut.

- Advertisement -Go Green

Hary menjelaskan tentang bagaimana perjalanannya ke dua pulau kecil di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Mei 2019 lalu. Dia ikut Program Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang diselenggarakan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selama sebulan di sana, dia harus melakukan liputan tentang masyarakat. Setelah pulang, selama dua bulan, Juni dan Juli, harus menyelesaikan satu buku bergenre jurnalisme sastrawi. Maka terbitlah buku berjudul Ke Sabu, Kita ke Raijua, yang diluncurkan pada 28 Oktober 2019 di Jakarta.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ini Baru Tamparan, Iran Belum Balas Dendam

"Ada delapan peserta dalam program ini yang disebar ke berbagai daerah. Dan hampir semuanya buta tentang apa itu jurnalisme sastrawi. Tahunya mereka hanya menulis karya sastra," kata Hary.

Lalu, karena hal itu, akhirnya para kurator menyerahkan kepada para peserta tentang genre apa yang ditulis. Yang penting sebuah laporan menarik dengan bahasa yang tak sekaku laporan jurnalistik biasa, yang isinya menggambarkan secara konprehensif masing-masing daerah yang ditinggali.

Maka jurnalisme bergenre perjalanan akhirnya banyak yang dipilih peserta. Kata Hary, jurnalisme traveller ini sebenarnya bisa dikembangkan menjadi jurnalisme sastrawi versi sederhana. Sebab, jika mengacu pada jurnalisme sastrawi seperti yang dicetuskan Tom Wolfe dalam The New Journalism, pasti sulit. Apalagi mau menyaingi karya John Hersey dengan Hiroshima-nya, atau Stevlana Alexievich dengan Voices from Chernobyl: The Oral History of a Nuclear Disaster atau Zinky Boys: The Record of a Lost Soviet Generation.

Di Indonesia, jurnalisme sastrawi dikembangkan oleh Andreas Harsono, Linda Christanty dan banyak jurnalis lainnya yang pernah menerbitkan Majalah Pantau. Linda sendiri sudah menerbitkan buku berjudul Hikayat Kebo, yang merupakan kumpulan karya jurnalisme sastrawi yang ditulis dalam beberapa tahun belakangan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Zainal Abidin Terima Rekomendasi dari PAN

"Jurnalisme sastrawi itu puncak kemahiran seorang wartawan dalam menulis sebuah liputan. Dia harus mendalam, komprehensif, banyak data dan sumber, dan menulisnya dengan gaya sastra selayaknya cerpen atau novel. Tak banyak wartawan yang bisa melahirkan karya model itu," kata Hary.

Tetapi, untuk pengetahuan awal, gaya jurnalisme perjalanan sangat cocok untuk liputan seperti Program Sastrawan Berkarya tersebut. Dengan memotret kondisi masyarakat dan menulisnya dengan bahasa plastik namun tetap berpijak pada fakta yang merupakan "Tuhan" bagi jurnalistik, karya itu akan tetap menarik.

"Untuk melahirkan karya seperti ini, seseorang tidak harus berprofesi sebagai wartawan. Para blogger, traveller dan yang lainnya bisa menulis genre ini. Tak perlu menanggung beban berat harus menulis jurnalisme sastawi," jelas Hary lagi.

Hary pun tak berani menyebut 9 tulisan dalam buku Ke Sabu, Kita ke Raijua sebagai genre jurnalisme satrawi, meskipun dia mencoba menulis dengan memasukkan elemen-elemen genre sasrtawi dalam buku tersebut. 

Laporan: Furqon LW
Editor: M Erizal

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

BERITA LAINNYA

Dua Truk Rusak dan Perbaikan Jalan, Jalan Soekarno Hatta Dumai Macet Panjang

Kemacetan panjang sempat terjadi di Jalan Soekarno Hatta mengarah ke Bagan Besar, Kota Dumai, Senin (11/11) pagi hingga menjelang siang. Kemacetan ini disebabkan ada dua unit truk sedang mengalami kerusakan.

Lama Rusak Parah, Jalan Payung Sekaki Akhirnya Dinas PU Pekanbaru

Bertahun–tahun mengalami kerusakan parah hingga menjadi jalan tanah, Jalan Payung Sekaki atau Jalan Fajar ujung di Kecamatan Payung Sekaki mulai diperbaiki.

Tari Zapin Api Magnet Wisata Pulau Rupat

Kendati banyak jenis tari-tarian khas Melayu, namun Tari Zapin Api menjadi magnet utama objek wisata Pulau Rupat. Ditambah lagi pantai panjang Pulau Rupat sudah menjadi program pemerintah pusat dalam pengembangan wisata pantainya dan tentu akan menjadi pusat wisata yang sangat keren kedepannya.

Pemko Pekanbaru Masih Pertahankan Pihak Ketiga Untuk Angkutan Sampah

Sekretaris Kota (Sekko) Pekanbaru Indra Pomi Nasution mengatakan, untuk lelang operator angkutan sampah pada tahun 2025 rencananya berlangsung pada Desember nanti. Proses lelang bakal dilakukan sebelum kontrak kerja sama dengan pihak ketiga saat ini berakhir.