PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Angka stunting di Riau saat ini masih tergolong tinggi yakni pada angka 23,7 persen. Menurut WHO, angka prevalansi stunting ini masih menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat, karena angkanya masih di atas 20 persen.
Gubernur Riau Drs H Syamsuar mengatakan, untuk menurunkan angka stunting di Riau tersebut perlu kerjasama dari semua pihak. Termasuk jajaran pemerintah daerah baik di lingkungan provinsi maupun kabupaten/kota agar terus berupaya menekan angka prevalansi stunting di Riau.
“Agar anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang unggul dan memiliki daya saing, oleh sebab itu semua pihak dan lintas sektor harus ikut serta mendukung gerakan bebas stunting di Riau,” kata gubernur pada peringatan Hari Keluarga Nasional 2021, Selasa (29/6).
Sebab, dampak stunting pada anak-anak dapat dilihat dari kecerdasan anak. Di mana anak-anak stunting biasanya lebih rendah IQ-nya jika dibandingkan dengan anak tinggi, badan normal. Sedangkan pada usia dewasa akan berdampak pada produktivitas.
“Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan 1.000 hari pertama kehidupan berperan dalam kejadian penyakit hipertensi, ginjal dan diabetes melitus,” kata gubernur
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia yang juga ikut dalam kegiatan tersebut mengatakan, memang angka stunting di Riau masih cukup tinggi yakni diangka 23,7 persen. Namun angka tersebut masih berada di bawah rata-rata nasional.
“Karena masih cukup tinggi, maka penurunan angka stunting di Riau tidak cukup hanya satu instansi saja. Namun juga harus kerjasama dari semua pihak,” katanya.
Karena itu, pihaknya menargetkan pada 2024 mendatang, angka stunting di Riau bisa turun menjadi 14 persen. Target tersebut juga merupakan target yang diberikan oleh pemerintah pusat.
“Insya Allah kami optimis dapat mencapai target tersebut, tentunya dengan dukungan semua pihak. Tidak hanya pemerintah saja, namun juga pihak swasta,” ujarnya.(sol)