Senin, 8 Juli 2024

Perempuan di Garda Terdepan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — ADA perempuan-perempuan tangguh di garda terdepan saat wabah virus corona (Covid-19) yang melanda Riau saat ini.Mereka turun langsung dalam menanggulangi virus mematikan yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina tersebut. Mereka khususnya yang bergerak di bidang kesehatan seperti dokter ataupun perawat.

Mereka adalah Kartini-Kartini masa kini yang berjuang tak kenal lelah. Nyawa mereka bisa terancam bila terpapar virus itu, tapi mereka tidak peduli. Sebagai perempuan, kasih sayang yang mereka miliki telah mengalahkan kecemasan-kecamasan yang berkecamuk di kepala mereka.

- Advertisement -

Salah satu dari perempuan tangguh itu adalah Mimi Yuliani Nazir. Kepala Dinas Kesehatan Riau itu sangat sibuk hampir empat bulan belakangan ini. Tugasnya sebagai leader di bidang kesehatan di Riau semakin berat. Sebagai Kepala Dinas Kesehatan, Mimi harus selalu siap dan sigap. Yakni melakukan upaya pencegahan dan penanganan pasien. Apalagi data menunjukkan setiap hari pasien suspect dan positif corona di Bumi Lancang Kuning terus bertambah.

"Di Riau itu ada 47 rumah sakit rujukan pasien covid-19. Tugas kami memastikan semua rumah sakit tersebut alat tempurnya, APD (alat pelindung diri, red) tersedia," ujar Mimi.

Tak jarang, Mimi harus pulang hingga larut malam. Apalagi ketika ada pelaksaaan rapat dengan pimpinan termasuk Forkopimda Riau terkait pencegahan dan penanganan virus corona di Riau.

- Advertisement -

"Alhamdulillah, berkat perjuangan Ibu Kartini sekarang tidak ada lagi batasan bagi kaum perempuan untuk berkarya. Saya kadang harus pulang hingga larut malam karena ada rapat. Harus keluar kota, tapi tentunya harus tetap memegang norma-norma yang berlaku," kata Mimi.

Meskipun begitu, lanjut Mimi, hal itu tidak menjadi masalah. Apalagi upaya pencegahan virus corona ini sudah dilakukan pihaknya sejak Januari lalu. Yakni ketika virus corona mulai ditemukan di Wuhan, Cina. Meski harus bekerja ekstra dan tidak mengenal hari libur sehingga jarang berada di rumah, namun Mimi bersyukur keluarganya mendukung aktivitasnya. Bahkan tak jarang keluarganya juga kerap membantu pekerjaannya.

"Kalau anak, alhamdulillah bisa mengerti. Karena sejak kecil sudah saya ajarkan dan perlihatkan pekerjaan saya. Bahkan dulu kalau saya bekerja sering saya ajak sehingga ia mengerti sampai sekarang," ujar ibu satu anak itu.

Baca Juga:  Punya Chemistry dengan Presiden Jadi Alasan LAMR Dukung Listyo Kapolri

Di tengah mewabahnya virus corona, Mimi mengaku sempat cemas. Pasalnya virus ini bisa menular kepada siapa saja. Untuk mengatasi rasa cemas itu agar ia bisa terus bertugas, Mimi melakukan beberapa cara.

"Pertama, saya terus melakukan langkah-langkah pencegahan sesuai protokol kesehatan yang sudah ada. Kedua, selalu berdoa kepada Allah agar terus dijauhkan dari virus ini. Dua hal tersebut yang terus menguatkan saya untuk terus bekerja," sebut Mimi.

Kecemasan Mimi tersebut tentunya berdasar. Pasalnya saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan instruksi pemerintah terkait protokol pencegahan virus corona. Seperti masih keluar rumah, tidak menggunakan masker dan masih banyak berkumpul.

"Padahal apa yang disampaikan itu adalah yang terbaik untuk kebaikan masyarakat juga," ujarnya.

Pada momen Hari Kartini, Mimi berpesan kepada kaum perempuan di Riau untuk dapat mengambil peran. Seperti halnya yang memiliki keahlian menjahit untuk dapat membantu menjahit masker bagi masyarakat. Pasalnya jika hanya mengandalkan pemerintah, tentu jumlahnya terbatas.

"Kalau ada yang bisa jahit, buatlah masker. Karena kalau hanya mengandalkan pemerintah, tidak bisa terpenuhi. Meskipun pemerintah mempunyai kewajiban atas hal tersebut. Karena pemerintah sudah membeli namun belum datang, dan banyak juga kendala lainnya," pintanya.

Jika tidak memiliki keahlian menjahit, lanjut Mimi, perempuan di Riau juga tetap bisa mengambil peran. Salah satunya dengan menjalankan instruksi dari pemerintah, seperti tetap tinggal di rumah, tidak berkerumun, dan menyampaikan informasi pencegahan kepada anak.

"Peran seperti itu juga sudah sangat membantu pemerintah. Untuk itu, saya mengajak kaum perempuan di Riau untuk bisa mengambil peran sesuai tugasnya masing-masing," ajaknya.

Tak lupa, dalam kesempatan itu Mimi juga turut mengucapkan terima kasih kepada para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien corona di Riau.

"Terima kasih juga saya ucapkan terutama kepada Kartini-Kartini masa kini yang ikut dalam penanganan Covid-19 ini dan kepada keluarga yang sudah mendukung saya selama ini," ucapnya.

Niat dan Bekerja Ikhlas
Salah seorang Tim Medis Penanganan Covid-19 di RSUD Rokan Hulu (Rohul) Nurs Rise Guslita Sari SKep menceritakan pengalamannya sebagai perawat yang berada di garis depan dalam menangani satu pasien Covid-19 di RSUD Rohul yang kini telah dinyatakan negatif dan sembuh.

Baca Juga:  Baznas Akan Bantu 10 Ribu Pedagang Sayur

Rise yang juga sebagai Kepala Ruangan Innere Covid-19 RSUD Rohul menjelaskan, sejak RSUD Rohul ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan pasien Covid-19, dia bersama 14 perawat ditunjuk dan ditempatkan di ruang isolasi Covid-19 RSUD Rohul, untuk melayani salah seorang pasien dalam pengawasan (PDP). Waktu itu di benaknya timbul pikiran negatif, membayangkan virus corona yang tidak tampak. Dan banyak pasien yang meninggal dilihat dari informasi melalui media sosial dan televisi yang terjadi di beberapa daerah dan belahan dunia. Namun setelah dihadapi dan menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan, dengan memakai APD yang lengkap dengan mengikuti protokol yang ada, rasa ketakutan dan pikiran negatif itu mulai hilang.

"Dengan niat yang ikhlas dan bertawakal kepada Allah SWT, kami dari tim medis menghadapi dan layani pasien dengan baik. Kami merasakan pasien yang dirawat di RSUD Rohul adalah bagian dari keluarga. Dengan bertekad serta berjuang, bagaimana pasien ini cepat sembuh," tuturnya.

Dirinya, di awal melayani PDP dan pasien Covid-19, setiap hari sempat berpikir, sangat berpotensi tertular.

"Saya sudah  sampaikan kepada anak dan suami. Seandainya dalam bekerja nanti, kami kontak atau tertular Covid-19, tidak akan pulang ke rumah. Anak-anak sempat sedih. Kalau suami waktu itu support dan berikan semangat untuk berjuang kesembuhan pasien Covid-19, beliau mengatakan semuanya itu ada ketentuan dari Allah," ujarnya.

Rise mengatakan, Tim Medis Penanganan Covid-19 di RSUD Rohul dalam bekerja tetap menggunakan APD lengkap, cuci tangan. Sebelum pulang mandi di ruang istirahat yang ada di RSUD Rohul. Bahkan usai pulang kerja, setiba di rumah dirinya harus mandi, sebelum bertatap muka dan bertemu dengan anak keluarga.

"Dengan niat tulus, ingin pasien itu cepat sembuh dan pulang bertemu keluarga. Tidak ada rasa takut lagi tertular, karena itu sudah menjadi sebuah risiko pekerjaan," katanya.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — ADA perempuan-perempuan tangguh di garda terdepan saat wabah virus corona (Covid-19) yang melanda Riau saat ini.Mereka turun langsung dalam menanggulangi virus mematikan yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina tersebut. Mereka khususnya yang bergerak di bidang kesehatan seperti dokter ataupun perawat.

Mereka adalah Kartini-Kartini masa kini yang berjuang tak kenal lelah. Nyawa mereka bisa terancam bila terpapar virus itu, tapi mereka tidak peduli. Sebagai perempuan, kasih sayang yang mereka miliki telah mengalahkan kecemasan-kecamasan yang berkecamuk di kepala mereka.

Salah satu dari perempuan tangguh itu adalah Mimi Yuliani Nazir. Kepala Dinas Kesehatan Riau itu sangat sibuk hampir empat bulan belakangan ini. Tugasnya sebagai leader di bidang kesehatan di Riau semakin berat. Sebagai Kepala Dinas Kesehatan, Mimi harus selalu siap dan sigap. Yakni melakukan upaya pencegahan dan penanganan pasien. Apalagi data menunjukkan setiap hari pasien suspect dan positif corona di Bumi Lancang Kuning terus bertambah.

"Di Riau itu ada 47 rumah sakit rujukan pasien covid-19. Tugas kami memastikan semua rumah sakit tersebut alat tempurnya, APD (alat pelindung diri, red) tersedia," ujar Mimi.

Tak jarang, Mimi harus pulang hingga larut malam. Apalagi ketika ada pelaksaaan rapat dengan pimpinan termasuk Forkopimda Riau terkait pencegahan dan penanganan virus corona di Riau.

"Alhamdulillah, berkat perjuangan Ibu Kartini sekarang tidak ada lagi batasan bagi kaum perempuan untuk berkarya. Saya kadang harus pulang hingga larut malam karena ada rapat. Harus keluar kota, tapi tentunya harus tetap memegang norma-norma yang berlaku," kata Mimi.

Meskipun begitu, lanjut Mimi, hal itu tidak menjadi masalah. Apalagi upaya pencegahan virus corona ini sudah dilakukan pihaknya sejak Januari lalu. Yakni ketika virus corona mulai ditemukan di Wuhan, Cina. Meski harus bekerja ekstra dan tidak mengenal hari libur sehingga jarang berada di rumah, namun Mimi bersyukur keluarganya mendukung aktivitasnya. Bahkan tak jarang keluarganya juga kerap membantu pekerjaannya.

"Kalau anak, alhamdulillah bisa mengerti. Karena sejak kecil sudah saya ajarkan dan perlihatkan pekerjaan saya. Bahkan dulu kalau saya bekerja sering saya ajak sehingga ia mengerti sampai sekarang," ujar ibu satu anak itu.

Baca Juga:  Masyarakat Diminta Patuhi Zonasi Sekolah PPDB

Di tengah mewabahnya virus corona, Mimi mengaku sempat cemas. Pasalnya virus ini bisa menular kepada siapa saja. Untuk mengatasi rasa cemas itu agar ia bisa terus bertugas, Mimi melakukan beberapa cara.

"Pertama, saya terus melakukan langkah-langkah pencegahan sesuai protokol kesehatan yang sudah ada. Kedua, selalu berdoa kepada Allah agar terus dijauhkan dari virus ini. Dua hal tersebut yang terus menguatkan saya untuk terus bekerja," sebut Mimi.

Kecemasan Mimi tersebut tentunya berdasar. Pasalnya saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan instruksi pemerintah terkait protokol pencegahan virus corona. Seperti masih keluar rumah, tidak menggunakan masker dan masih banyak berkumpul.

"Padahal apa yang disampaikan itu adalah yang terbaik untuk kebaikan masyarakat juga," ujarnya.

Pada momen Hari Kartini, Mimi berpesan kepada kaum perempuan di Riau untuk dapat mengambil peran. Seperti halnya yang memiliki keahlian menjahit untuk dapat membantu menjahit masker bagi masyarakat. Pasalnya jika hanya mengandalkan pemerintah, tentu jumlahnya terbatas.

"Kalau ada yang bisa jahit, buatlah masker. Karena kalau hanya mengandalkan pemerintah, tidak bisa terpenuhi. Meskipun pemerintah mempunyai kewajiban atas hal tersebut. Karena pemerintah sudah membeli namun belum datang, dan banyak juga kendala lainnya," pintanya.

Jika tidak memiliki keahlian menjahit, lanjut Mimi, perempuan di Riau juga tetap bisa mengambil peran. Salah satunya dengan menjalankan instruksi dari pemerintah, seperti tetap tinggal di rumah, tidak berkerumun, dan menyampaikan informasi pencegahan kepada anak.

"Peran seperti itu juga sudah sangat membantu pemerintah. Untuk itu, saya mengajak kaum perempuan di Riau untuk bisa mengambil peran sesuai tugasnya masing-masing," ajaknya.

Tak lupa, dalam kesempatan itu Mimi juga turut mengucapkan terima kasih kepada para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien corona di Riau.

"Terima kasih juga saya ucapkan terutama kepada Kartini-Kartini masa kini yang ikut dalam penanganan Covid-19 ini dan kepada keluarga yang sudah mendukung saya selama ini," ucapnya.

Niat dan Bekerja Ikhlas
Salah seorang Tim Medis Penanganan Covid-19 di RSUD Rokan Hulu (Rohul) Nurs Rise Guslita Sari SKep menceritakan pengalamannya sebagai perawat yang berada di garis depan dalam menangani satu pasien Covid-19 di RSUD Rohul yang kini telah dinyatakan negatif dan sembuh.

Baca Juga:  Punya Chemistry dengan Presiden Jadi Alasan LAMR Dukung Listyo Kapolri

Rise yang juga sebagai Kepala Ruangan Innere Covid-19 RSUD Rohul menjelaskan, sejak RSUD Rohul ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan pasien Covid-19, dia bersama 14 perawat ditunjuk dan ditempatkan di ruang isolasi Covid-19 RSUD Rohul, untuk melayani salah seorang pasien dalam pengawasan (PDP). Waktu itu di benaknya timbul pikiran negatif, membayangkan virus corona yang tidak tampak. Dan banyak pasien yang meninggal dilihat dari informasi melalui media sosial dan televisi yang terjadi di beberapa daerah dan belahan dunia. Namun setelah dihadapi dan menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan, dengan memakai APD yang lengkap dengan mengikuti protokol yang ada, rasa ketakutan dan pikiran negatif itu mulai hilang.

"Dengan niat yang ikhlas dan bertawakal kepada Allah SWT, kami dari tim medis menghadapi dan layani pasien dengan baik. Kami merasakan pasien yang dirawat di RSUD Rohul adalah bagian dari keluarga. Dengan bertekad serta berjuang, bagaimana pasien ini cepat sembuh," tuturnya.

Dirinya, di awal melayani PDP dan pasien Covid-19, setiap hari sempat berpikir, sangat berpotensi tertular.

"Saya sudah  sampaikan kepada anak dan suami. Seandainya dalam bekerja nanti, kami kontak atau tertular Covid-19, tidak akan pulang ke rumah. Anak-anak sempat sedih. Kalau suami waktu itu support dan berikan semangat untuk berjuang kesembuhan pasien Covid-19, beliau mengatakan semuanya itu ada ketentuan dari Allah," ujarnya.

Rise mengatakan, Tim Medis Penanganan Covid-19 di RSUD Rohul dalam bekerja tetap menggunakan APD lengkap, cuci tangan. Sebelum pulang mandi di ruang istirahat yang ada di RSUD Rohul. Bahkan usai pulang kerja, setiba di rumah dirinya harus mandi, sebelum bertatap muka dan bertemu dengan anak keluarga.

"Dengan niat tulus, ingin pasien itu cepat sembuh dan pulang bertemu keluarga. Tidak ada rasa takut lagi tertular, karena itu sudah menjadi sebuah risiko pekerjaan," katanya.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari