Minggu, 20 April 2025
spot_img

FORUM GURU - Syalma Hendri SPdI

Paradigma Guru terhadap Siswa

Tentu kita sering mendengar istilah paradigma dan bahkan kita sering menggunakan istilah tersebut. Namun, ketika ditanya apa itu paradigma kita tidak bisa menjawabnya secara menyeluruh. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali paradigma bisa kita lihat dengan kasat mata. Baik tentang paradigma pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Untuk lebih mengenal arti paradigma tersebut, marilah kita telaah pengertian paradigma yang sesungguhnya. Secara bahasa paradigma adalah model, teori, persepsi, atau karangka acuan. Sedangkan secara istilah paradigma adalah cara melihat dunia yang berkaitan dengan pengertian visual dari tindakan melihat, cara pandang terhadap sesuatu merupakan sumber dari seseorang bertindak, atau bersikap dari apa yang dilihat itu benar.

Nah, dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa paradigma bisa muncul dari proses melihat, lalu dipikirkan dengan matang atas perantaraan akal maka timbullah sebuah perbuatan. Namun, paradigma tidak selalu benar sesuai dengan apa yang kita lihat seutuhnya. Untuk menguji kita mempersepsikan sesuatu yang benar sangat diperlukan kejelian berpikir dan kemudian dibarengi dengan perasaan atau hati.

Paradigma seseorang terhadap sesuatu bisa muncul dengan berbagai cara bisa melalui kata-kata, pemikiran, maupun perbuatan. Ada satu satu contoh paradigma dari beberapa contoh paradigma yang terjadi di masyarakat. Ada seseorang sedang maraton sebut saja namanya Andi. Orang yang maraton tentu saja mengeluarkan energi yang banyak dengan napas yang terengah-engah, itu pula yang dialami Andi. Kemudian Andi hendak melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil yang berada di tepi jurang. Kemudian datang seseorang dengan gerakan reflek mendorong mobi tersebut kejurang.

Baca Juga:  SDN 105 Pekanbaru Raih Kontributor Rekor Muri

Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan. Orang yang mendorong mobil ke jurang dengan maksud membantu andi untuk mendorong mobilnya ke jurang ternyata salah persepsi. Andi hanya ingin melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil tersebut. Maka, tidak semua apa yang kita lihat seperti itu adanya, itulah salah satu paradigma yang salah yang ditimbulkan akibat dari cara pandang manusia terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, paradigma dapat mengalami arah positif dan negatif, bisa terjadi secara cepat dan bertahap, dan bisa benar dan salah.

Saya pernah menemukan siswa yang sering tidur ketika waktu jam pelajaran saya setiap hari Senin pagi. Di awal saya menganggap siswa tersebut malas belajar, dan saya selalu menegurnya bahkan sampai memarahinya. Siswa tersebut hanya diam, dan sekali-kali ada raut kesedihan di wajahnya. Pada suatu malam saya menerima pesan singkat darinya, isi percakapan intinya siswa tersebut minta maaf karena sering tidur di saat jam pelajaran saya. Dia menceritakan semua permasalahannya, bahwa dia adalah anak piatu yang ditinggal ibunya. Ayahnya menikah lagi, dan ada ketidak harmonisan hubungan antara sang anak dengan ibu tirinya. Akhirnya setiap hari Minggu dia bekerja casual catering sampai malam untuk biaya uang jajan sekolah. Seninnya dia kelelahan sampai ketiduran. Saya terenyuh dan terpaku, pada akhirnya saya mengerti juga minta maaf karena sering memarahinya.

Baca Juga:  Murid SDN 190 Dilatih Berkebun Mentimun

Jadi kita sebagai guru jangan sampai memparadigmakan yang salah. Jangan kita menganggap anak didik tidak dapat pelajaran karena bodoh dan jangan menganggap anak didik ribut tidak belajar. Kita tidak boleh mengklaim anak didik kita bodoh, nakal, pemalas, kurang ajar dan sebagainya. Kita harus menyelusuri terlebih dahulu sebab-sebab kenapa anak didik kita malas belajar, nakal, dan bodoh. Sebagai seorang guru dan sebagai seorang pendidik kita harus pandai dan jeli dalam mempersepsi sesuatu, sehingga kita tidak salah dalam bentuk kata-kata, pemikiran dan perbuatan.

Anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan orang lain yang sudah dewasa untuk mencapai kedewasaan, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi dan individu. Berdasarkan pengertian tersebut maka pendidik yang baik adalah yang selalu memberikan pencerahan ilmu kepada anak didiknya tanpa mengenal lelah dengan bimbingan untuk mencapai titik kedewasaan mereka.***

Syalma Hendri SPdI, Guru SMKN 1 Pekanbaru

 

 

Tentu kita sering mendengar istilah paradigma dan bahkan kita sering menggunakan istilah tersebut. Namun, ketika ditanya apa itu paradigma kita tidak bisa menjawabnya secara menyeluruh. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali paradigma bisa kita lihat dengan kasat mata. Baik tentang paradigma pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Untuk lebih mengenal arti paradigma tersebut, marilah kita telaah pengertian paradigma yang sesungguhnya. Secara bahasa paradigma adalah model, teori, persepsi, atau karangka acuan. Sedangkan secara istilah paradigma adalah cara melihat dunia yang berkaitan dengan pengertian visual dari tindakan melihat, cara pandang terhadap sesuatu merupakan sumber dari seseorang bertindak, atau bersikap dari apa yang dilihat itu benar.

Nah, dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa paradigma bisa muncul dari proses melihat, lalu dipikirkan dengan matang atas perantaraan akal maka timbullah sebuah perbuatan. Namun, paradigma tidak selalu benar sesuai dengan apa yang kita lihat seutuhnya. Untuk menguji kita mempersepsikan sesuatu yang benar sangat diperlukan kejelian berpikir dan kemudian dibarengi dengan perasaan atau hati.

Paradigma seseorang terhadap sesuatu bisa muncul dengan berbagai cara bisa melalui kata-kata, pemikiran, maupun perbuatan. Ada satu satu contoh paradigma dari beberapa contoh paradigma yang terjadi di masyarakat. Ada seseorang sedang maraton sebut saja namanya Andi. Orang yang maraton tentu saja mengeluarkan energi yang banyak dengan napas yang terengah-engah, itu pula yang dialami Andi. Kemudian Andi hendak melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil yang berada di tepi jurang. Kemudian datang seseorang dengan gerakan reflek mendorong mobi tersebut kejurang.

Baca Juga:  Saling Memahami, Menghargai dan Menghormati

Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan. Orang yang mendorong mobil ke jurang dengan maksud membantu andi untuk mendorong mobilnya ke jurang ternyata salah persepsi. Andi hanya ingin melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil tersebut. Maka, tidak semua apa yang kita lihat seperti itu adanya, itulah salah satu paradigma yang salah yang ditimbulkan akibat dari cara pandang manusia terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, paradigma dapat mengalami arah positif dan negatif, bisa terjadi secara cepat dan bertahap, dan bisa benar dan salah.

Saya pernah menemukan siswa yang sering tidur ketika waktu jam pelajaran saya setiap hari Senin pagi. Di awal saya menganggap siswa tersebut malas belajar, dan saya selalu menegurnya bahkan sampai memarahinya. Siswa tersebut hanya diam, dan sekali-kali ada raut kesedihan di wajahnya. Pada suatu malam saya menerima pesan singkat darinya, isi percakapan intinya siswa tersebut minta maaf karena sering tidur di saat jam pelajaran saya. Dia menceritakan semua permasalahannya, bahwa dia adalah anak piatu yang ditinggal ibunya. Ayahnya menikah lagi, dan ada ketidak harmonisan hubungan antara sang anak dengan ibu tirinya. Akhirnya setiap hari Minggu dia bekerja casual catering sampai malam untuk biaya uang jajan sekolah. Seninnya dia kelelahan sampai ketiduran. Saya terenyuh dan terpaku, pada akhirnya saya mengerti juga minta maaf karena sering memarahinya.

Baca Juga:  Tim PKM Teknik Geologi UIR Edukasi Gempa Bumi di SMK MTR

Jadi kita sebagai guru jangan sampai memparadigmakan yang salah. Jangan kita menganggap anak didik tidak dapat pelajaran karena bodoh dan jangan menganggap anak didik ribut tidak belajar. Kita tidak boleh mengklaim anak didik kita bodoh, nakal, pemalas, kurang ajar dan sebagainya. Kita harus menyelusuri terlebih dahulu sebab-sebab kenapa anak didik kita malas belajar, nakal, dan bodoh. Sebagai seorang guru dan sebagai seorang pendidik kita harus pandai dan jeli dalam mempersepsi sesuatu, sehingga kita tidak salah dalam bentuk kata-kata, pemikiran dan perbuatan.

Anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan orang lain yang sudah dewasa untuk mencapai kedewasaan, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi dan individu. Berdasarkan pengertian tersebut maka pendidik yang baik adalah yang selalu memberikan pencerahan ilmu kepada anak didiknya tanpa mengenal lelah dengan bimbingan untuk mencapai titik kedewasaan mereka.***

Syalma Hendri SPdI, Guru SMKN 1 Pekanbaru

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

FORUM GURU - Syalma Hendri SPdI

Paradigma Guru terhadap Siswa

Tentu kita sering mendengar istilah paradigma dan bahkan kita sering menggunakan istilah tersebut. Namun, ketika ditanya apa itu paradigma kita tidak bisa menjawabnya secara menyeluruh. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali paradigma bisa kita lihat dengan kasat mata. Baik tentang paradigma pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Untuk lebih mengenal arti paradigma tersebut, marilah kita telaah pengertian paradigma yang sesungguhnya. Secara bahasa paradigma adalah model, teori, persepsi, atau karangka acuan. Sedangkan secara istilah paradigma adalah cara melihat dunia yang berkaitan dengan pengertian visual dari tindakan melihat, cara pandang terhadap sesuatu merupakan sumber dari seseorang bertindak, atau bersikap dari apa yang dilihat itu benar.

Nah, dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa paradigma bisa muncul dari proses melihat, lalu dipikirkan dengan matang atas perantaraan akal maka timbullah sebuah perbuatan. Namun, paradigma tidak selalu benar sesuai dengan apa yang kita lihat seutuhnya. Untuk menguji kita mempersepsikan sesuatu yang benar sangat diperlukan kejelian berpikir dan kemudian dibarengi dengan perasaan atau hati.

Paradigma seseorang terhadap sesuatu bisa muncul dengan berbagai cara bisa melalui kata-kata, pemikiran, maupun perbuatan. Ada satu satu contoh paradigma dari beberapa contoh paradigma yang terjadi di masyarakat. Ada seseorang sedang maraton sebut saja namanya Andi. Orang yang maraton tentu saja mengeluarkan energi yang banyak dengan napas yang terengah-engah, itu pula yang dialami Andi. Kemudian Andi hendak melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil yang berada di tepi jurang. Kemudian datang seseorang dengan gerakan reflek mendorong mobi tersebut kejurang.

Baca Juga:  Pemkab Inhil Dukung Penerapan Kurikulum Merdeka

Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan. Orang yang mendorong mobil ke jurang dengan maksud membantu andi untuk mendorong mobilnya ke jurang ternyata salah persepsi. Andi hanya ingin melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil tersebut. Maka, tidak semua apa yang kita lihat seperti itu adanya, itulah salah satu paradigma yang salah yang ditimbulkan akibat dari cara pandang manusia terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, paradigma dapat mengalami arah positif dan negatif, bisa terjadi secara cepat dan bertahap, dan bisa benar dan salah.

Saya pernah menemukan siswa yang sering tidur ketika waktu jam pelajaran saya setiap hari Senin pagi. Di awal saya menganggap siswa tersebut malas belajar, dan saya selalu menegurnya bahkan sampai memarahinya. Siswa tersebut hanya diam, dan sekali-kali ada raut kesedihan di wajahnya. Pada suatu malam saya menerima pesan singkat darinya, isi percakapan intinya siswa tersebut minta maaf karena sering tidur di saat jam pelajaran saya. Dia menceritakan semua permasalahannya, bahwa dia adalah anak piatu yang ditinggal ibunya. Ayahnya menikah lagi, dan ada ketidak harmonisan hubungan antara sang anak dengan ibu tirinya. Akhirnya setiap hari Minggu dia bekerja casual catering sampai malam untuk biaya uang jajan sekolah. Seninnya dia kelelahan sampai ketiduran. Saya terenyuh dan terpaku, pada akhirnya saya mengerti juga minta maaf karena sering memarahinya.

Baca Juga:  Guru Bantu PPPK Sampaikan Aspirasi ke DPRD Riau

Jadi kita sebagai guru jangan sampai memparadigmakan yang salah. Jangan kita menganggap anak didik tidak dapat pelajaran karena bodoh dan jangan menganggap anak didik ribut tidak belajar. Kita tidak boleh mengklaim anak didik kita bodoh, nakal, pemalas, kurang ajar dan sebagainya. Kita harus menyelusuri terlebih dahulu sebab-sebab kenapa anak didik kita malas belajar, nakal, dan bodoh. Sebagai seorang guru dan sebagai seorang pendidik kita harus pandai dan jeli dalam mempersepsi sesuatu, sehingga kita tidak salah dalam bentuk kata-kata, pemikiran dan perbuatan.

Anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan orang lain yang sudah dewasa untuk mencapai kedewasaan, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi dan individu. Berdasarkan pengertian tersebut maka pendidik yang baik adalah yang selalu memberikan pencerahan ilmu kepada anak didiknya tanpa mengenal lelah dengan bimbingan untuk mencapai titik kedewasaan mereka.***

Syalma Hendri SPdI, Guru SMKN 1 Pekanbaru

 

 

Tentu kita sering mendengar istilah paradigma dan bahkan kita sering menggunakan istilah tersebut. Namun, ketika ditanya apa itu paradigma kita tidak bisa menjawabnya secara menyeluruh. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali paradigma bisa kita lihat dengan kasat mata. Baik tentang paradigma pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Untuk lebih mengenal arti paradigma tersebut, marilah kita telaah pengertian paradigma yang sesungguhnya. Secara bahasa paradigma adalah model, teori, persepsi, atau karangka acuan. Sedangkan secara istilah paradigma adalah cara melihat dunia yang berkaitan dengan pengertian visual dari tindakan melihat, cara pandang terhadap sesuatu merupakan sumber dari seseorang bertindak, atau bersikap dari apa yang dilihat itu benar.

Nah, dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa paradigma bisa muncul dari proses melihat, lalu dipikirkan dengan matang atas perantaraan akal maka timbullah sebuah perbuatan. Namun, paradigma tidak selalu benar sesuai dengan apa yang kita lihat seutuhnya. Untuk menguji kita mempersepsikan sesuatu yang benar sangat diperlukan kejelian berpikir dan kemudian dibarengi dengan perasaan atau hati.

Paradigma seseorang terhadap sesuatu bisa muncul dengan berbagai cara bisa melalui kata-kata, pemikiran, maupun perbuatan. Ada satu satu contoh paradigma dari beberapa contoh paradigma yang terjadi di masyarakat. Ada seseorang sedang maraton sebut saja namanya Andi. Orang yang maraton tentu saja mengeluarkan energi yang banyak dengan napas yang terengah-engah, itu pula yang dialami Andi. Kemudian Andi hendak melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil yang berada di tepi jurang. Kemudian datang seseorang dengan gerakan reflek mendorong mobi tersebut kejurang.

Baca Juga:  Merdeka Belajar, Upaya Menginisiasi Siswa untuk Belajar

Dari peristiwa tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan. Orang yang mendorong mobil ke jurang dengan maksud membantu andi untuk mendorong mobilnya ke jurang ternyata salah persepsi. Andi hanya ingin melepaskan lelahnya dengan bertelekan ke mobil tersebut. Maka, tidak semua apa yang kita lihat seperti itu adanya, itulah salah satu paradigma yang salah yang ditimbulkan akibat dari cara pandang manusia terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, paradigma dapat mengalami arah positif dan negatif, bisa terjadi secara cepat dan bertahap, dan bisa benar dan salah.

Saya pernah menemukan siswa yang sering tidur ketika waktu jam pelajaran saya setiap hari Senin pagi. Di awal saya menganggap siswa tersebut malas belajar, dan saya selalu menegurnya bahkan sampai memarahinya. Siswa tersebut hanya diam, dan sekali-kali ada raut kesedihan di wajahnya. Pada suatu malam saya menerima pesan singkat darinya, isi percakapan intinya siswa tersebut minta maaf karena sering tidur di saat jam pelajaran saya. Dia menceritakan semua permasalahannya, bahwa dia adalah anak piatu yang ditinggal ibunya. Ayahnya menikah lagi, dan ada ketidak harmonisan hubungan antara sang anak dengan ibu tirinya. Akhirnya setiap hari Minggu dia bekerja casual catering sampai malam untuk biaya uang jajan sekolah. Seninnya dia kelelahan sampai ketiduran. Saya terenyuh dan terpaku, pada akhirnya saya mengerti juga minta maaf karena sering memarahinya.

Baca Juga:  Pendidikan Berkarakter melalui Kebudayaan

Jadi kita sebagai guru jangan sampai memparadigmakan yang salah. Jangan kita menganggap anak didik tidak dapat pelajaran karena bodoh dan jangan menganggap anak didik ribut tidak belajar. Kita tidak boleh mengklaim anak didik kita bodoh, nakal, pemalas, kurang ajar dan sebagainya. Kita harus menyelusuri terlebih dahulu sebab-sebab kenapa anak didik kita malas belajar, nakal, dan bodoh. Sebagai seorang guru dan sebagai seorang pendidik kita harus pandai dan jeli dalam mempersepsi sesuatu, sehingga kita tidak salah dalam bentuk kata-kata, pemikiran dan perbuatan.

Anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan orang lain yang sudah dewasa untuk mencapai kedewasaan, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi dan individu. Berdasarkan pengertian tersebut maka pendidik yang baik adalah yang selalu memberikan pencerahan ilmu kepada anak didiknya tanpa mengenal lelah dengan bimbingan untuk mencapai titik kedewasaan mereka.***

Syalma Hendri SPdI, Guru SMKN 1 Pekanbaru

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari