Sabtu, 22 November 2025
spot_img

Rika Meriza, Mahasiswi Doktoral Administrasi Publik

Pasir Luhur, Teladan Antikorupsi Nasional

​KETIKA korupsi sering dianggap hanya urusan pejabat di kota besar, Desa Pasir Luhur, Kecamatan Kunto Darussalam, justru membuktikan hal sebaliknya. Dari sebuah desa di pinggiran Rokan Hulu, muncul kabar baik: Pasir Luhur ditetapkan sebagai Desa Percontohan Antikorupsi Tahun 2025 dengan skor penilaian 96,5 dan predikat “Istimewa” dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

​Predikat ini bukan sekadar penghargaan. Predikat ini adalah hasil dari proses panjang. Mulai dari penilaian dokumen dengan skor awal 82,5, lalu diverifikasi langsung di lapangan oleh tim gabungan KPK, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hulu. Hasilnya, Pasir Luhur menunjukkan bahwa integritas bisa dibangun dari bawah, yakni dari cara aparatur dan warga mengelola dana publik secara terbuka.

​Penetapan Desa Pasir Luhur di Kecamatan Kunto Darussalam sebagai Desa Antikorupsi pada tahun 2025 menjadi kabar baik bagi masyarakat Kabupaten Rokan Hulu. Langkah ini menunjukkan bahwa perubahan budaya birokrasi bisa dimulai dari desa. Ini bukan hanya soal status atau seremoni, tetapi bentuk komitmen untuk menghadirkan pemerintahan yang bersih dan mengutamakan kepentingan warga.

​Sebagai bagian dari aparatur negara dan juga akademisi, saya meyakini bahwa integritas bukan hanya prinsip pekerjaan, tetapi dasar dari pelayanan publik yang bermartabat. Komitmen itulah yang harus terus dijaga bersama agar pemerintahan desa mampu menjadi wajah terbaik negara di mata masyarakatnya.

Transparansi Membangun Kepercayaan Warga

Program Desa Antikorupsi menilai lima aspek utama, yaitu: tata kelola pemerintahan, pengawasan, pelayanan publik, partisipasi masyarakat, dan kearifan lokal. Semua diuji langsung di lapangan. Desa Pasir Luhur membuktikan semuanya. Transparansi tak lagi berhenti di papan pengumuman, tetapi sudah menjadi budaya. Kepala desa, perangkat, dan masyarakat rutin berdiskusi soal penggunaan dana. Sistem pelaporan terbuka dan bisa diakses siapapun. Inilah bentuk pengawasan sosial yang paling efektif.

Baca Juga:  Camat Ujungbatu Lepas Jenazah H Zulhamdi ke Pemakaman

​Dalam konteks ini, penobatan Desa Pasir Luhur sebagai percontohan antikorupsi adalah langkah tepat untuk memperkuat tata kelola. Keberhasilan itu diraih karena adanya keterbukaan informasi publik, pelibatan warga melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan pembiasaan administrasi yang akuntabel. Warga dapat mengakses informasi mengenai penggunaan anggaran dan program pembangunan tanpa harus bertanya berulang kali. Langkah itu memperkuat prinsip bahwa keterlibatan warga bukan sekadar partisipasi seremonial. Mereka menjadi bagian aktif dari kontrol sosial terhadap pemerintahan desa, yang pada akhirnya meningkatkan legitimasi dan meminimalisasi konflik pembangunan.

​Pada tahun 2024, dana desa nasional mencapai lebih dari Rp71 triliun. Rokan Hulu sendiri menerima ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Pasir Luhur menunjukkan sisi baiknya. Dengan pengelolaan jujur dan terbuka, mereka membangun kepercayaan warga terhadap pemerintahan desa. Di sinilah letak nilai sejatinya: pembangunan tidak diukur dari jumlah proyek, tapi dari seberapa besar warga percaya pada pemimpinnya.

​Kepercayaan itu tidak dibangun dalam semalam, melainkan tumbuh dari proses panjang yang melibatkan transparansi, akuntabilitas, dan sikap responsif pemimpin publik. Desa sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan memiliki peran sentral dalam membentuk pengalaman pertama masyarakat tentang negara.

Menjaga Konsistensi dan Replika Budaya Antikorupsi

Baca Juga:  Gubri Turun Langsung: Jembatan Sungai Rokan Segera Bisa Dilewati Lagi

Prestasi Desa Pasir Luhur harus menjadi inspirasi bagi seluruh desa di Rokan Hulu untuk mengelola dana publik secara terbuka, bijaksana, dan bertanggung jawab. Pemerintahan yang baik bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi tentang bagaimana masyarakat merasakan manfaat pembangunan dan merasa dilibatkan dalam setiap prosesnya.

​Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu kini menyiapkan Peraturan Bupati tentang Desa Antikorupsi agar pengalaman Pasir Luhur bisa ditiru desa lain. Sebab keberhasilan sejati bukan hanya memperoleh nilai tinggi, tapi menjaga konsistensi. Korupsi hilang ketika setiap aparatur dan warga menolak menjadikannya budaya.

​Tantangan untuk mempertahankan predikat antikorupsi tentu tidak kecil. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu perlu memastikan program ini tidak hanya berhenti pada satu desa percontohan. Perlu ada roadmap (peta jalan) yang jelas mengenai replikasi praktik baik ke desa-desa lain. Evaluasi berkala harus dilakukan untuk memastikan setiap desa terus menjaga komitmennya pada integritas.

​Penguatan kapasitas aparatur desa juga menjadi kunci penting. Pendampingan teknis secara rutin akan mengurangi kesalahan prosedur dan mempersempit peluang manipulasi. Digitalisasi layanan publik desa perlu didorong, karena sistem yang terbuka dan terdokumentasi dengan baik akan mengurangi celah korupsi.

​Pasir Luhur telah membuktikan bahwa desa di pinggiran pun bisa menjadi teladan nasional. Dari tempat yang sederhana, lahir semangat baru bahwa pembangunan tanpa integritas hanyalah ilusi. Ketika kejujuran menjadi nilai utama dan warga ikut mengawasi, di sanalah masa depan pemerintahan yang bersih benar-benar dimulai dari desa, untuk Indonesia.***

​KETIKA korupsi sering dianggap hanya urusan pejabat di kota besar, Desa Pasir Luhur, Kecamatan Kunto Darussalam, justru membuktikan hal sebaliknya. Dari sebuah desa di pinggiran Rokan Hulu, muncul kabar baik: Pasir Luhur ditetapkan sebagai Desa Percontohan Antikorupsi Tahun 2025 dengan skor penilaian 96,5 dan predikat “Istimewa” dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

​Predikat ini bukan sekadar penghargaan. Predikat ini adalah hasil dari proses panjang. Mulai dari penilaian dokumen dengan skor awal 82,5, lalu diverifikasi langsung di lapangan oleh tim gabungan KPK, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hulu. Hasilnya, Pasir Luhur menunjukkan bahwa integritas bisa dibangun dari bawah, yakni dari cara aparatur dan warga mengelola dana publik secara terbuka.

​Penetapan Desa Pasir Luhur di Kecamatan Kunto Darussalam sebagai Desa Antikorupsi pada tahun 2025 menjadi kabar baik bagi masyarakat Kabupaten Rokan Hulu. Langkah ini menunjukkan bahwa perubahan budaya birokrasi bisa dimulai dari desa. Ini bukan hanya soal status atau seremoni, tetapi bentuk komitmen untuk menghadirkan pemerintahan yang bersih dan mengutamakan kepentingan warga.

​Sebagai bagian dari aparatur negara dan juga akademisi, saya meyakini bahwa integritas bukan hanya prinsip pekerjaan, tetapi dasar dari pelayanan publik yang bermartabat. Komitmen itulah yang harus terus dijaga bersama agar pemerintahan desa mampu menjadi wajah terbaik negara di mata masyarakatnya.

Transparansi Membangun Kepercayaan Warga

- Advertisement -

Program Desa Antikorupsi menilai lima aspek utama, yaitu: tata kelola pemerintahan, pengawasan, pelayanan publik, partisipasi masyarakat, dan kearifan lokal. Semua diuji langsung di lapangan. Desa Pasir Luhur membuktikan semuanya. Transparansi tak lagi berhenti di papan pengumuman, tetapi sudah menjadi budaya. Kepala desa, perangkat, dan masyarakat rutin berdiskusi soal penggunaan dana. Sistem pelaporan terbuka dan bisa diakses siapapun. Inilah bentuk pengawasan sosial yang paling efektif.

Baca Juga:  Membebaskan Individu Pembakar Hutan

​Dalam konteks ini, penobatan Desa Pasir Luhur sebagai percontohan antikorupsi adalah langkah tepat untuk memperkuat tata kelola. Keberhasilan itu diraih karena adanya keterbukaan informasi publik, pelibatan warga melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan pembiasaan administrasi yang akuntabel. Warga dapat mengakses informasi mengenai penggunaan anggaran dan program pembangunan tanpa harus bertanya berulang kali. Langkah itu memperkuat prinsip bahwa keterlibatan warga bukan sekadar partisipasi seremonial. Mereka menjadi bagian aktif dari kontrol sosial terhadap pemerintahan desa, yang pada akhirnya meningkatkan legitimasi dan meminimalisasi konflik pembangunan.

- Advertisement -

​Pada tahun 2024, dana desa nasional mencapai lebih dari Rp71 triliun. Rokan Hulu sendiri menerima ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Pasir Luhur menunjukkan sisi baiknya. Dengan pengelolaan jujur dan terbuka, mereka membangun kepercayaan warga terhadap pemerintahan desa. Di sinilah letak nilai sejatinya: pembangunan tidak diukur dari jumlah proyek, tapi dari seberapa besar warga percaya pada pemimpinnya.

​Kepercayaan itu tidak dibangun dalam semalam, melainkan tumbuh dari proses panjang yang melibatkan transparansi, akuntabilitas, dan sikap responsif pemimpin publik. Desa sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan memiliki peran sentral dalam membentuk pengalaman pertama masyarakat tentang negara.

Menjaga Konsistensi dan Replika Budaya Antikorupsi

Baca Juga:  KPK Siap Buka Perbuatan Karen di Sidang Perdana

Prestasi Desa Pasir Luhur harus menjadi inspirasi bagi seluruh desa di Rokan Hulu untuk mengelola dana publik secara terbuka, bijaksana, dan bertanggung jawab. Pemerintahan yang baik bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi tentang bagaimana masyarakat merasakan manfaat pembangunan dan merasa dilibatkan dalam setiap prosesnya.

​Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu kini menyiapkan Peraturan Bupati tentang Desa Antikorupsi agar pengalaman Pasir Luhur bisa ditiru desa lain. Sebab keberhasilan sejati bukan hanya memperoleh nilai tinggi, tapi menjaga konsistensi. Korupsi hilang ketika setiap aparatur dan warga menolak menjadikannya budaya.

​Tantangan untuk mempertahankan predikat antikorupsi tentu tidak kecil. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu perlu memastikan program ini tidak hanya berhenti pada satu desa percontohan. Perlu ada roadmap (peta jalan) yang jelas mengenai replikasi praktik baik ke desa-desa lain. Evaluasi berkala harus dilakukan untuk memastikan setiap desa terus menjaga komitmennya pada integritas.

​Penguatan kapasitas aparatur desa juga menjadi kunci penting. Pendampingan teknis secara rutin akan mengurangi kesalahan prosedur dan mempersempit peluang manipulasi. Digitalisasi layanan publik desa perlu didorong, karena sistem yang terbuka dan terdokumentasi dengan baik akan mengurangi celah korupsi.

​Pasir Luhur telah membuktikan bahwa desa di pinggiran pun bisa menjadi teladan nasional. Dari tempat yang sederhana, lahir semangat baru bahwa pembangunan tanpa integritas hanyalah ilusi. Ketika kejujuran menjadi nilai utama dan warga ikut mengawasi, di sanalah masa depan pemerintahan yang bersih benar-benar dimulai dari desa, untuk Indonesia.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

​KETIKA korupsi sering dianggap hanya urusan pejabat di kota besar, Desa Pasir Luhur, Kecamatan Kunto Darussalam, justru membuktikan hal sebaliknya. Dari sebuah desa di pinggiran Rokan Hulu, muncul kabar baik: Pasir Luhur ditetapkan sebagai Desa Percontohan Antikorupsi Tahun 2025 dengan skor penilaian 96,5 dan predikat “Istimewa” dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

​Predikat ini bukan sekadar penghargaan. Predikat ini adalah hasil dari proses panjang. Mulai dari penilaian dokumen dengan skor awal 82,5, lalu diverifikasi langsung di lapangan oleh tim gabungan KPK, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hulu. Hasilnya, Pasir Luhur menunjukkan bahwa integritas bisa dibangun dari bawah, yakni dari cara aparatur dan warga mengelola dana publik secara terbuka.

​Penetapan Desa Pasir Luhur di Kecamatan Kunto Darussalam sebagai Desa Antikorupsi pada tahun 2025 menjadi kabar baik bagi masyarakat Kabupaten Rokan Hulu. Langkah ini menunjukkan bahwa perubahan budaya birokrasi bisa dimulai dari desa. Ini bukan hanya soal status atau seremoni, tetapi bentuk komitmen untuk menghadirkan pemerintahan yang bersih dan mengutamakan kepentingan warga.

​Sebagai bagian dari aparatur negara dan juga akademisi, saya meyakini bahwa integritas bukan hanya prinsip pekerjaan, tetapi dasar dari pelayanan publik yang bermartabat. Komitmen itulah yang harus terus dijaga bersama agar pemerintahan desa mampu menjadi wajah terbaik negara di mata masyarakatnya.

Transparansi Membangun Kepercayaan Warga

Program Desa Antikorupsi menilai lima aspek utama, yaitu: tata kelola pemerintahan, pengawasan, pelayanan publik, partisipasi masyarakat, dan kearifan lokal. Semua diuji langsung di lapangan. Desa Pasir Luhur membuktikan semuanya. Transparansi tak lagi berhenti di papan pengumuman, tetapi sudah menjadi budaya. Kepala desa, perangkat, dan masyarakat rutin berdiskusi soal penggunaan dana. Sistem pelaporan terbuka dan bisa diakses siapapun. Inilah bentuk pengawasan sosial yang paling efektif.

Baca Juga:  Menghitung Hari

​Dalam konteks ini, penobatan Desa Pasir Luhur sebagai percontohan antikorupsi adalah langkah tepat untuk memperkuat tata kelola. Keberhasilan itu diraih karena adanya keterbukaan informasi publik, pelibatan warga melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan pembiasaan administrasi yang akuntabel. Warga dapat mengakses informasi mengenai penggunaan anggaran dan program pembangunan tanpa harus bertanya berulang kali. Langkah itu memperkuat prinsip bahwa keterlibatan warga bukan sekadar partisipasi seremonial. Mereka menjadi bagian aktif dari kontrol sosial terhadap pemerintahan desa, yang pada akhirnya meningkatkan legitimasi dan meminimalisasi konflik pembangunan.

​Pada tahun 2024, dana desa nasional mencapai lebih dari Rp71 triliun. Rokan Hulu sendiri menerima ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Pasir Luhur menunjukkan sisi baiknya. Dengan pengelolaan jujur dan terbuka, mereka membangun kepercayaan warga terhadap pemerintahan desa. Di sinilah letak nilai sejatinya: pembangunan tidak diukur dari jumlah proyek, tapi dari seberapa besar warga percaya pada pemimpinnya.

​Kepercayaan itu tidak dibangun dalam semalam, melainkan tumbuh dari proses panjang yang melibatkan transparansi, akuntabilitas, dan sikap responsif pemimpin publik. Desa sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan memiliki peran sentral dalam membentuk pengalaman pertama masyarakat tentang negara.

Menjaga Konsistensi dan Replika Budaya Antikorupsi

Baca Juga:  Muhasabah Diri di Pergantian Tahun

Prestasi Desa Pasir Luhur harus menjadi inspirasi bagi seluruh desa di Rokan Hulu untuk mengelola dana publik secara terbuka, bijaksana, dan bertanggung jawab. Pemerintahan yang baik bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi tentang bagaimana masyarakat merasakan manfaat pembangunan dan merasa dilibatkan dalam setiap prosesnya.

​Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu kini menyiapkan Peraturan Bupati tentang Desa Antikorupsi agar pengalaman Pasir Luhur bisa ditiru desa lain. Sebab keberhasilan sejati bukan hanya memperoleh nilai tinggi, tapi menjaga konsistensi. Korupsi hilang ketika setiap aparatur dan warga menolak menjadikannya budaya.

​Tantangan untuk mempertahankan predikat antikorupsi tentu tidak kecil. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu perlu memastikan program ini tidak hanya berhenti pada satu desa percontohan. Perlu ada roadmap (peta jalan) yang jelas mengenai replikasi praktik baik ke desa-desa lain. Evaluasi berkala harus dilakukan untuk memastikan setiap desa terus menjaga komitmennya pada integritas.

​Penguatan kapasitas aparatur desa juga menjadi kunci penting. Pendampingan teknis secara rutin akan mengurangi kesalahan prosedur dan mempersempit peluang manipulasi. Digitalisasi layanan publik desa perlu didorong, karena sistem yang terbuka dan terdokumentasi dengan baik akan mengurangi celah korupsi.

​Pasir Luhur telah membuktikan bahwa desa di pinggiran pun bisa menjadi teladan nasional. Dari tempat yang sederhana, lahir semangat baru bahwa pembangunan tanpa integritas hanyalah ilusi. Ketika kejujuran menjadi nilai utama dan warga ikut mengawasi, di sanalah masa depan pemerintahan yang bersih benar-benar dimulai dari desa, untuk Indonesia.***

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari