Kamis, 12 September 2024

Jaga Kepercayaan, Bangun Peradaban (Catatan Tiga Dekade Riau Pos)

Keberadaan media informasi di era digital tak bisa dipandang sebelah mata. Kontribusinya untuk memberikan informasi obyektif mutlak diperlukan. Berbagai informasi bermanfaat nan mencerdaskan sangat diperlukan untuk membangun peradaban yang bermartabat. Hanya saja, kualitas peradaban manusia sangat ditentukan oleh olah pikir dan apa yang diperbuat manusia dalam melakukan komunikasi horizontal.

Sebagai sebuah media informasi, eksistensi Riau Pos di bumi Lancang Kuning telah memberikan ruang  pencerdasan. Nama yang melekat perlu menjadi karakter perusahaan untuk menjadi informan terdepan, terpercaya, dan mencerdaskan. Dengan membaca harian Riau Pos, terbentang segudang ilmu nan menyejukkan, sejuta hikmah kearifan lokal mencuat kepermukaan, dan selaksa budi ditanamkan untuk menerangi kehidupan.

Kini, 30 tahun bendera harian ini telah berkibar. Namun, seyogyanya semakin banyak muhasabah  tuk mengoreksi diri. Bak seorang anak manusia, umur 30 tahun bukan usia muda, tapi bukan pula telah tua renta. Ada beberapa hal patut menjadi bahan tuk muhasabah perlu dilakukan, antara lain: Pertama, apakah informasi yang dimuat valid atau hanya masih asumsi. Penyematan kata "Riau" pada nama harian ini perlu menjadi suluh bagi pencitraan karakter budaya Melayu yang dipegang teguh di negeri ini. Pencitraan orang Melayu yang tak suka bergunjing, menyebar berita dengan tanggung jawab, mempertahankan harga diri dan tak kan pernah menjual marwah (apalagi menjual negeri), menjunjung kesetaraan dan kebersamaan, kata lunak bersayap penuh makna mendalam, menjunjung tinggi martabat bukan menginjak-injak sesama, mendahulukan baik sangka bukan buruk sangka, menyatukan anak negeri bukan meluluhlantakkan negeri, membangun budaya bukan menjual aset yang ada, dan kearifan lokal lainnya agar tak punah ditelan masa.

Baca Juga:  Dari Sufistik sampai Politik

Seyogyanya, ada kolom khusus yang mengetengahkan budaya Melayu dengan filosofis yang perlu dijelaskan secara baik. Meski mungkin hanya sebatas sekali dalam seminggu, namun berita yang ditampilkan akan menyuguhkan identitas Riau Pos sebagai koran harian kebanggaan masyarakat Riau Negeri Junjungan. Sebuah segmen baru yang patut dicermati dan ditindaklanjuti.

- Advertisement -

Kedua, usia mencerminkan prilaku dan kualitas diri. Semakin tua, seharusnya semakin bijak dalam komunikasi dan menjadi panutan dalam setiap aksi (prilaku). Bak manusia, usia yang bertambah tercermin pada sikap dan budinya. Dengan akal dan agama, bertambahnya usia menjadikan diri semakin berarti. Sebab, tatkala semakin mengkaji usia diri, semakin tunduk pada ayat Ilahi. Namun, bila usia bertambah tapi prilaku dan orientasi tak berubah, maka apa bedanya dengan makhluk yang bernama "dinosourus" yang tua pada usia, namun tak menunjukkan peradaban apa-apa.

Ketiga, awali niat mencerdaskan umat. Tanamkan tradisi untuk meluruskan informasi, bukan membuka aib terlebih dulu baru mencari konfirmasi. Sebab, tradisi manusia saat ini lebih terpesona dan cepat terpatri dalam benaknya tatkala membaca aib sesama. Adapun konfirmasi kebenaran yang muncul acapkali tak berpengaruh pada penilaian atas berita sebelumnya. Untuk itu, seiring bertambah usia, seyogyanya semakin bijak orientasi pemberitaan yang disampaikan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Pendewasaan Usia Perkawinan

Keempat, sajikan berita yang benar dan seimbang berorientasi ibadah, bukan mencari finansial dengan menginjak martabat sesama. Pencitraan ini akan menjadikan harian Riau Pos menjadi terpercaya dalam informasi, bermartabat dalam mambangun peradaban, dan jujur dalam kesantunan.

Kelima, berpihak pada kebenaran dan mempublikasi potensi lokal, bukan hanya karena "setumpuk dalil pembenaran dan permintaan". Banyak hal yang sebenarnya patut diberitakan bukan karena atas nama jabatan, tapi atas nama kemanusiaan dan kebenaran. Sungguh, potensi negeri ini tak banyak diketahui pihak luar. Sebab, berita yang dimunculkan masih sangat minim. Lihatlah firman Allah dalam Alquran. Informasinya lebih dominan melihat sisi kebaikan, bukan sebaliknya. Informasi yqng diberikan harus mendidik dan mambangun daya fikir manusia menjadi semakin maju, bukan saling memperolok dan menjatuhkan.

Netralitas dan profesionalitas perlu dikedepankan. Keberanian bertanggung jawab patut diutamakan. Melalui wajah yang menyejukkan dan isi yang mencerdaskan, padat informasi bernas tanpa kehilangan jati diri membawa identitas kemelayuan, eksistensi harian Riau Pos akan menjadi kebanggaan bersama, terdepan dan terpercaya. Hal ini perlu dilakukan tatkala sulit mencari informasi yang dapat menjadi tuntunan, bukan sekedar tampil tanpa nilai dan harga diri. Selamat milad ke-30 untuk harian Riau Pos. Asa kami terikut bait syair berikut :

Dirimu tak lagi muda/ bijak dan terus berkarya/ tampilkan dengan kualitas dan info berharga/ martabat Melayu janganlah lupa.

Wa Allahua’lam bi al-shawwab.***

Keberadaan media informasi di era digital tak bisa dipandang sebelah mata. Kontribusinya untuk memberikan informasi obyektif mutlak diperlukan. Berbagai informasi bermanfaat nan mencerdaskan sangat diperlukan untuk membangun peradaban yang bermartabat. Hanya saja, kualitas peradaban manusia sangat ditentukan oleh olah pikir dan apa yang diperbuat manusia dalam melakukan komunikasi horizontal.

Sebagai sebuah media informasi, eksistensi Riau Pos di bumi Lancang Kuning telah memberikan ruang  pencerdasan. Nama yang melekat perlu menjadi karakter perusahaan untuk menjadi informan terdepan, terpercaya, dan mencerdaskan. Dengan membaca harian Riau Pos, terbentang segudang ilmu nan menyejukkan, sejuta hikmah kearifan lokal mencuat kepermukaan, dan selaksa budi ditanamkan untuk menerangi kehidupan.

Kini, 30 tahun bendera harian ini telah berkibar. Namun, seyogyanya semakin banyak muhasabah  tuk mengoreksi diri. Bak seorang anak manusia, umur 30 tahun bukan usia muda, tapi bukan pula telah tua renta. Ada beberapa hal patut menjadi bahan tuk muhasabah perlu dilakukan, antara lain: Pertama, apakah informasi yang dimuat valid atau hanya masih asumsi. Penyematan kata "Riau" pada nama harian ini perlu menjadi suluh bagi pencitraan karakter budaya Melayu yang dipegang teguh di negeri ini. Pencitraan orang Melayu yang tak suka bergunjing, menyebar berita dengan tanggung jawab, mempertahankan harga diri dan tak kan pernah menjual marwah (apalagi menjual negeri), menjunjung kesetaraan dan kebersamaan, kata lunak bersayap penuh makna mendalam, menjunjung tinggi martabat bukan menginjak-injak sesama, mendahulukan baik sangka bukan buruk sangka, menyatukan anak negeri bukan meluluhlantakkan negeri, membangun budaya bukan menjual aset yang ada, dan kearifan lokal lainnya agar tak punah ditelan masa.

Baca Juga:  UMKM Menghadapi Resolusi Industri 4.0

Seyogyanya, ada kolom khusus yang mengetengahkan budaya Melayu dengan filosofis yang perlu dijelaskan secara baik. Meski mungkin hanya sebatas sekali dalam seminggu, namun berita yang ditampilkan akan menyuguhkan identitas Riau Pos sebagai koran harian kebanggaan masyarakat Riau Negeri Junjungan. Sebuah segmen baru yang patut dicermati dan ditindaklanjuti.

Kedua, usia mencerminkan prilaku dan kualitas diri. Semakin tua, seharusnya semakin bijak dalam komunikasi dan menjadi panutan dalam setiap aksi (prilaku). Bak manusia, usia yang bertambah tercermin pada sikap dan budinya. Dengan akal dan agama, bertambahnya usia menjadikan diri semakin berarti. Sebab, tatkala semakin mengkaji usia diri, semakin tunduk pada ayat Ilahi. Namun, bila usia bertambah tapi prilaku dan orientasi tak berubah, maka apa bedanya dengan makhluk yang bernama "dinosourus" yang tua pada usia, namun tak menunjukkan peradaban apa-apa.

Ketiga, awali niat mencerdaskan umat. Tanamkan tradisi untuk meluruskan informasi, bukan membuka aib terlebih dulu baru mencari konfirmasi. Sebab, tradisi manusia saat ini lebih terpesona dan cepat terpatri dalam benaknya tatkala membaca aib sesama. Adapun konfirmasi kebenaran yang muncul acapkali tak berpengaruh pada penilaian atas berita sebelumnya. Untuk itu, seiring bertambah usia, seyogyanya semakin bijak orientasi pemberitaan yang disampaikan.

Baca Juga:  SLRT, Solusi Fakir Miskin Mendapatkan Hak

Keempat, sajikan berita yang benar dan seimbang berorientasi ibadah, bukan mencari finansial dengan menginjak martabat sesama. Pencitraan ini akan menjadikan harian Riau Pos menjadi terpercaya dalam informasi, bermartabat dalam mambangun peradaban, dan jujur dalam kesantunan.

Kelima, berpihak pada kebenaran dan mempublikasi potensi lokal, bukan hanya karena "setumpuk dalil pembenaran dan permintaan". Banyak hal yang sebenarnya patut diberitakan bukan karena atas nama jabatan, tapi atas nama kemanusiaan dan kebenaran. Sungguh, potensi negeri ini tak banyak diketahui pihak luar. Sebab, berita yang dimunculkan masih sangat minim. Lihatlah firman Allah dalam Alquran. Informasinya lebih dominan melihat sisi kebaikan, bukan sebaliknya. Informasi yqng diberikan harus mendidik dan mambangun daya fikir manusia menjadi semakin maju, bukan saling memperolok dan menjatuhkan.

Netralitas dan profesionalitas perlu dikedepankan. Keberanian bertanggung jawab patut diutamakan. Melalui wajah yang menyejukkan dan isi yang mencerdaskan, padat informasi bernas tanpa kehilangan jati diri membawa identitas kemelayuan, eksistensi harian Riau Pos akan menjadi kebanggaan bersama, terdepan dan terpercaya. Hal ini perlu dilakukan tatkala sulit mencari informasi yang dapat menjadi tuntunan, bukan sekedar tampil tanpa nilai dan harga diri. Selamat milad ke-30 untuk harian Riau Pos. Asa kami terikut bait syair berikut :

Dirimu tak lagi muda/ bijak dan terus berkarya/ tampilkan dengan kualitas dan info berharga/ martabat Melayu janganlah lupa.

Wa Allahua’lam bi al-shawwab.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari