GDANSK (RIAUPOS.CO) — Apa yang dilakukan David Luiz dalam final Liga Europa 2019 bisa ditiru Edinson Cavani. Luiz punya peran penting di pertahanan Chelsea saat menghancurkan tim asuhan Unai Emery, Arsenal, dengan skor 4-1 dalam all-English final di Olympic Stadium, Baku.
Luiz memanfaatkan pengalamannya saat diasuh Emery di Paris Saint-Germain (PSG). Memang, bek berambut keriwil asal Brazil itu hanya sebulan (sepanjang Agustus 2016) atau empat laga (tiga kali di Ligue 1 dan sekali dalam Trophee des Champions) berada dalam racikan strategi Emery. Meski begitu, Luiz sudah bisa mencerna taktik pelatih pemenang tiga gelar Liga Europa secara beruntun bersama Sevilla tersebut.
Dini hari nanti Cavani kembali bertemu Emery yang pernah dua musim menanganinya di PSG (2016–2018). Pengalaman yang bisa membantu klub Cavani saat ini, Manchester United, ketika menghadapi tim asuhan Emery saat ini, Villarreal CF, dalam final Liga Europa 2021 di Stadion Miejski, Gdansk (siaran langsung SCTV pukul 02.00 WIB).
"Saya paham seperti apa kebiasaannya (Emery, red) dan dia pun pasti sudah menganalisis permainan kami dengan detail," ucap Cavani kepada MUTV.
Di bawah asuhan Emery, Cavani selalu menjadi top skorer PSG dengan torehan menembus setidaknya 40 gol. Padahal, pada tahun kedua Emery, Cavani sempat "tersaingi" dengan kehadiran Neymar Jr dan Kylian Mbappe. Menurut striker 34 tahun asal Uruguay tersebut, Emery adalah sosok pelatih pekerja keras. Itulah yang menjadi alasan Emery mampu meloloskan El Submarino Amarillo –sebutan Villarreal CF– ke final Liga Europa meski baru menjalani musim pertama.
"Jadi, saya tidak heran dengan capaiannya musim ini karena dia selalu all-out di mana pun berada," beber Cavani tentang pelatih yang juga pernah di Spartak Moscow tersebut.
Sebaliknya, seiring status sebagai mantan anak asuh, Emery tentu juga memahami yang harus dilakukan pertahanan Villarreal CF untuk menghentikan tren gol Cavani. Striker berjuluk El Matador itu selalu mencetak gol dalam tiga laga terakhir di Liga Europa atau sejak second leg perempat final melawan Granada CF (16/4). Cavani juga terlibat dalam lima gol MU pada tujuh penampilan terakhir di Premier League.
Raul Albiol, bek berpengalaman Villarreal CF, menyebut Cavani adalah tipikal striker yang tidak mudah diredam. Bukan karena skill yang dimiliki, melainkan tingginya jam terbang. "Sebab, pengalaman sangat penting dalam laga-laga final seperti ini," ucap bek yang setahun lebih tua (35 tahun) daripada Cavani tersebut kepada Diario AS.(ren/c19/dns/jpg)