Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Indonesia Berat Gelar World Tour Finals

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kamis lalu, kantor berita Cina, Xinhua, memuat berita yang cukup bikin resah. Yakni, Cina bakal meniadakan seluruh kegiatan olahraga hingga akhir 2020.

General Administration of Sports of China menyebutkan, tidak ada rencana olahraga internasional di Negeri Panda tahun ini kecuali uji coba Olimpiade Beijing 2022.

Jika demikian, tentu bulu tangkis bakal kembali terdampak. Cukup banyak event akbar yang digelar di Cina hingga akhir tahun. Pertama China Open Super 1000 yang diagendakan pada 15–20 September. Lalu, ada Fuzhou China Open Super 750 pada 3–8 November. Kemudian, yang terakhir, tentu event puncak BWF World Tour Finals pada Desember.

Sub Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto menuturkan, keputusan batalnya China Open maupun Fuzhou China Open tersebut belum resmi. "Kabar itu dari Xinhua," katanya kepada Jawa Pos kemarin.

Baca Juga:  Inter Milan Terdepan Buru Kulusevski

Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto menambahkan, pihaknya sudah mendapat info untuk kans batalnya kejuaraan di Cina. Hanya, PBSI masih menunggu informasi resmi dari BWF selaku induk organisasi bulu tangkis dunia. "Itu kan sebelumnya statement dari pihak pemerintah Cina. Kami tunggu BWF, karena acuan kami BWF," jelasnya.

Karena itu, Budi belum bisa berkomentar secara detail. Soal World Tour Finals, Budi menyebut ada kemungkinan batal atau dipindahkan ke negara lain. Apakah mungkin Indonesia yang menjadi tuan rumah? Budi menilai itu sangat berat.

"Indonesia juga kesulitan lah. Kami terus melihat perkembangan. Kalau seperti ini (kasus positif Covid-19 terus meningkat, Red), ngeri juga," ucapnya. Selain situasi pandemi, biaya untuk menyelenggarakan World Tour Finals sangat besar.

Event tersebut merupakan kejuaraan dengan bayaran tertinggi, dengan prize money 1,5 juta dolar AS atau sekitar Rp22 miliar. Tentu, standar penyelenggaraannya lebih tinggi dari turnamen BWF Tour biasa.

Baca Juga:  Ditahan Inter di Turin, Juventus ke Final

Di sisi lain, pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi memaklumi kalau memang berbagai kejuaraan di Cina dibatalkan. "Ya mau gimana lagi, memang keadaan dunia seperti ini. Kami harus bisa terima," tuturnya.

Pihaknya tentu bakal mengikuti instruksi dari PBSI dan BWF ketika hendak mengikuti kejuaraan di luar negeri. Bahkan di negara yang sudah zona hijau sekalipun. Dia tidak ingin memaksakan pemainnya tampil tanpa jaminan keamanan dan keselamatan.

"Paling kan cari solusinya bikin Home Tournament seperti kemarin itu untuk menjaga suasana atmosfer pertandingan. Meskipun tidak seperti pertandingan sesungguhnya," kata Herry.

Sektor ganda putra membuka rangkaian Home Tournament dengan sukses dua pekan lalu (24–26/6). Duet Fajar Alfian/Yeremia Erich Yotje Yacob Rambitan secara mengejutkan menjadi juara.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kamis lalu, kantor berita Cina, Xinhua, memuat berita yang cukup bikin resah. Yakni, Cina bakal meniadakan seluruh kegiatan olahraga hingga akhir 2020.

General Administration of Sports of China menyebutkan, tidak ada rencana olahraga internasional di Negeri Panda tahun ini kecuali uji coba Olimpiade Beijing 2022.

- Advertisement -

Jika demikian, tentu bulu tangkis bakal kembali terdampak. Cukup banyak event akbar yang digelar di Cina hingga akhir tahun. Pertama China Open Super 1000 yang diagendakan pada 15–20 September. Lalu, ada Fuzhou China Open Super 750 pada 3–8 November. Kemudian, yang terakhir, tentu event puncak BWF World Tour Finals pada Desember.

Sub Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto menuturkan, keputusan batalnya China Open maupun Fuzhou China Open tersebut belum resmi. "Kabar itu dari Xinhua," katanya kepada Jawa Pos kemarin.

- Advertisement -
Baca Juga:  GHAS Sambut Antusias Gowes Merdeka

Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto menambahkan, pihaknya sudah mendapat info untuk kans batalnya kejuaraan di Cina. Hanya, PBSI masih menunggu informasi resmi dari BWF selaku induk organisasi bulu tangkis dunia. "Itu kan sebelumnya statement dari pihak pemerintah Cina. Kami tunggu BWF, karena acuan kami BWF," jelasnya.

Karena itu, Budi belum bisa berkomentar secara detail. Soal World Tour Finals, Budi menyebut ada kemungkinan batal atau dipindahkan ke negara lain. Apakah mungkin Indonesia yang menjadi tuan rumah? Budi menilai itu sangat berat.

"Indonesia juga kesulitan lah. Kami terus melihat perkembangan. Kalau seperti ini (kasus positif Covid-19 terus meningkat, Red), ngeri juga," ucapnya. Selain situasi pandemi, biaya untuk menyelenggarakan World Tour Finals sangat besar.

Event tersebut merupakan kejuaraan dengan bayaran tertinggi, dengan prize money 1,5 juta dolar AS atau sekitar Rp22 miliar. Tentu, standar penyelenggaraannya lebih tinggi dari turnamen BWF Tour biasa.

Baca Juga:  Di Kandang Sendiri, Inggris Ditahan Skotlandia

Di sisi lain, pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi memaklumi kalau memang berbagai kejuaraan di Cina dibatalkan. "Ya mau gimana lagi, memang keadaan dunia seperti ini. Kami harus bisa terima," tuturnya.

Pihaknya tentu bakal mengikuti instruksi dari PBSI dan BWF ketika hendak mengikuti kejuaraan di luar negeri. Bahkan di negara yang sudah zona hijau sekalipun. Dia tidak ingin memaksakan pemainnya tampil tanpa jaminan keamanan dan keselamatan.

"Paling kan cari solusinya bikin Home Tournament seperti kemarin itu untuk menjaga suasana atmosfer pertandingan. Meskipun tidak seperti pertandingan sesungguhnya," kata Herry.

Sektor ganda putra membuka rangkaian Home Tournament dengan sukses dua pekan lalu (24–26/6). Duet Fajar Alfian/Yeremia Erich Yotje Yacob Rambitan secara mengejutkan menjadi juara.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari