Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Saat Junta Myanmar Janjikan Demokrasi, 91 Warga Sipil Dibantai

YANGON (RIAUPOS.CO) – Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menegaskan lagi janjinya untuk mengadakan pemilihan umum yang demokratis. Ironisnya, pada saat bersamaan, militer di negara itu justru membantai 91 warga sipil hanya dalam sehari. 

Hlaing menyampaikan janjinya itu saat berpidato pada parade tahunan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Sabtu (27/3/2021). Dalam kesempatan itu, Hlaing juga menyambut kehadiran pasukan Rusia dan menyebut Rusia sebagai “teman sejati”.  

Dia bahkan mengatakan, tindakan kekerasan tidaklah pantas, sementara militer Myanmar terus saja membantai rakyat sipil yang menolak kudeta 1 Februari. 

Korban tewas akibat kekerasan pasukan keamanan Myanmar, Sabtu, bertambah menjadi hampir 100 orang. Ini menjadi hari paling berdarah sepanjang demonstrasi pascakudeta menggulingkan Aung San Suu Kyi.  

Baca Juga:  Dikira Petir Ternyata Pesawat Jatuh

Portal berita Myanmar Now melaporkan sejauh ini 91 orang tewas di beberapa kota, bahkan sebagian dari mereka bukan demonstran dan sedang berada di rumah. 

Hlaing berdalih, tentara harus merebut kekuasaan pada 1 Februari karena tindakan melanggar hukum oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai pimpinan Aung San Suu Kyi. 

Sang jenderal menambahkan, beberapa pemimpin partai telah dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan tindakan hukum diambil untuk melawan mereka.

Kudeta militer di Myanmar itu mendapat protes dari para pemimpin dunia, Seken PBB Antonio Guterres dan Paus Fransiskus. Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam demokrasi, tentara tidak dapat membatalkan pemilu yang sudah disahkan oleh lembaga pemilihan umum. 

Baca Juga:  Migrant Care: Pemerintah Harus Tunduk kepada Putusan MK

Sumber: Asia News/News/Myanmar Now
Editor: Hary B Koriun

YANGON (RIAUPOS.CO) – Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menegaskan lagi janjinya untuk mengadakan pemilihan umum yang demokratis. Ironisnya, pada saat bersamaan, militer di negara itu justru membantai 91 warga sipil hanya dalam sehari. 

Hlaing menyampaikan janjinya itu saat berpidato pada parade tahunan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Sabtu (27/3/2021). Dalam kesempatan itu, Hlaing juga menyambut kehadiran pasukan Rusia dan menyebut Rusia sebagai “teman sejati”.  

- Advertisement -

Dia bahkan mengatakan, tindakan kekerasan tidaklah pantas, sementara militer Myanmar terus saja membantai rakyat sipil yang menolak kudeta 1 Februari. 

Korban tewas akibat kekerasan pasukan keamanan Myanmar, Sabtu, bertambah menjadi hampir 100 orang. Ini menjadi hari paling berdarah sepanjang demonstrasi pascakudeta menggulingkan Aung San Suu Kyi.  

- Advertisement -
Baca Juga:  Migrant Care: Pemerintah Harus Tunduk kepada Putusan MK

Portal berita Myanmar Now melaporkan sejauh ini 91 orang tewas di beberapa kota, bahkan sebagian dari mereka bukan demonstran dan sedang berada di rumah. 

Hlaing berdalih, tentara harus merebut kekuasaan pada 1 Februari karena tindakan melanggar hukum oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai pimpinan Aung San Suu Kyi. 

Sang jenderal menambahkan, beberapa pemimpin partai telah dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan tindakan hukum diambil untuk melawan mereka.

Kudeta militer di Myanmar itu mendapat protes dari para pemimpin dunia, Seken PBB Antonio Guterres dan Paus Fransiskus. Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam demokrasi, tentara tidak dapat membatalkan pemilu yang sudah disahkan oleh lembaga pemilihan umum. 

Baca Juga:  SBY Kritik Jokowi, Terlalu Percaya Diri

Sumber: Asia News/News/Myanmar Now
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari