Rabu, 9 April 2025

Kata Dokter Penemu Ebola Ini, Ada Potensi Wabah Lebih Parah dari Corona 

JOHANNESBURG (RIAUPOS.CO) – Dokter asal Republik Demokratik Kongo (DRC) salah satu penemu Ebola, Jean-Jacques Muyembe Tamfum, memperingatkan bahwa wabah virus corona bukan yang terakhir. 

Menurut dia, besar kemungkinan akan ada lebih banyak wabah disebabkan virus, bahkan lebih mematikan daripada Covid-19. 

Dia khawatir dunia tengah menghadapi sejumlah virus baru yang berpotensi lebih mematikan, muncul dari hutan hujan tropis Afrika. 

"Kami sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar. Itulah yang ancaman bagi kemanusiaan," kata Muyambe, kepada CNN. 

Para peneliti saat ini berupaya memerangi ancaman "Penyakit X", patogen yang dapat melanda dunia secepat Covid-19 dengan tingkat kematian lebih parah dari Ebola. 

Baca Juga:  Gunakan Senjata Laras Panjang dan Rompi Anti Peluru, Polisi Kepung Rumah di Air Tiris

Saat meneliti Ebola, Muyembe mengambil sampel darah dari korban. Sembilan dari 10 korban Ebola meninggal dunia. Sampel tersebut diambil dari Kongo lalu dikirim ke ilmuwan di seluruh dunia untuk dipelajari. Virus berbentuk cacing yang ditemukan di darah pasien itu dinamai Ebola, diambil dari nama sungai. 

Diyakini virus yang memicu pendarahan internal itu pertama kali menyebar ke manusia dari hewan, kemungkinan besar kelelawar. 

Pria yang kini menjadi peneliti Institut National de Recherche Biomedicale, Kinshasa, Kongo, itu memperingatkan akan ada lebih banyak penyakit zoonosis di mana patogen melompat dari hewan ke manusia. 

Covid-19 merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dikhawatirkan berpindah dari hewan ke manusia di pasar basah Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Muyembe yakin manusia yang juga bersinggungan dengan alam liar bisa meningkatkan risiko pandemi baru. 

Baca Juga:  DPR dan Pemerintah Sepakat RUU Pesantren Dibawa ke Paripurna

"Jika Anda pergi ke hutan, Anda akan mengubah ekologi, serangga dan tikus akan meninggalkan tempat itu lalu datang ke desa-desa, inilah penularan virus, dari patogen baru," katanya. 

Salah satu andalan ekspor Kongo adalah daging hewan liar, mulai dari buaya, simpanse, hingga hewan eksotik lain yang disembelih dan dijual di pasar jalanan. Hewan-hewan tersebut sangat mungkin menyimpan virus baru yang berbahaya, menanti untuk pindah ke manusia.

Sumber: CNN/News/Reuters
Editor: Hary B Koriun

JOHANNESBURG (RIAUPOS.CO) – Dokter asal Republik Demokratik Kongo (DRC) salah satu penemu Ebola, Jean-Jacques Muyembe Tamfum, memperingatkan bahwa wabah virus corona bukan yang terakhir. 

Menurut dia, besar kemungkinan akan ada lebih banyak wabah disebabkan virus, bahkan lebih mematikan daripada Covid-19. 

Dia khawatir dunia tengah menghadapi sejumlah virus baru yang berpotensi lebih mematikan, muncul dari hutan hujan tropis Afrika. 

"Kami sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar. Itulah yang ancaman bagi kemanusiaan," kata Muyambe, kepada CNN. 

Para peneliti saat ini berupaya memerangi ancaman "Penyakit X", patogen yang dapat melanda dunia secepat Covid-19 dengan tingkat kematian lebih parah dari Ebola. 

Baca Juga:  Bantuan Asing Jangan Sampai Merugikan Indonesia

Saat meneliti Ebola, Muyembe mengambil sampel darah dari korban. Sembilan dari 10 korban Ebola meninggal dunia. Sampel tersebut diambil dari Kongo lalu dikirim ke ilmuwan di seluruh dunia untuk dipelajari. Virus berbentuk cacing yang ditemukan di darah pasien itu dinamai Ebola, diambil dari nama sungai. 

Diyakini virus yang memicu pendarahan internal itu pertama kali menyebar ke manusia dari hewan, kemungkinan besar kelelawar. 

Pria yang kini menjadi peneliti Institut National de Recherche Biomedicale, Kinshasa, Kongo, itu memperingatkan akan ada lebih banyak penyakit zoonosis di mana patogen melompat dari hewan ke manusia. 

Covid-19 merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dikhawatirkan berpindah dari hewan ke manusia di pasar basah Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Muyembe yakin manusia yang juga bersinggungan dengan alam liar bisa meningkatkan risiko pandemi baru. 

Baca Juga:  Gunakan Senjata Laras Panjang dan Rompi Anti Peluru, Polisi Kepung Rumah di Air Tiris

"Jika Anda pergi ke hutan, Anda akan mengubah ekologi, serangga dan tikus akan meninggalkan tempat itu lalu datang ke desa-desa, inilah penularan virus, dari patogen baru," katanya. 

Salah satu andalan ekspor Kongo adalah daging hewan liar, mulai dari buaya, simpanse, hingga hewan eksotik lain yang disembelih dan dijual di pasar jalanan. Hewan-hewan tersebut sangat mungkin menyimpan virus baru yang berbahaya, menanti untuk pindah ke manusia.

Sumber: CNN/News/Reuters
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Kata Dokter Penemu Ebola Ini, Ada Potensi Wabah Lebih Parah dari Corona 

JOHANNESBURG (RIAUPOS.CO) – Dokter asal Republik Demokratik Kongo (DRC) salah satu penemu Ebola, Jean-Jacques Muyembe Tamfum, memperingatkan bahwa wabah virus corona bukan yang terakhir. 

Menurut dia, besar kemungkinan akan ada lebih banyak wabah disebabkan virus, bahkan lebih mematikan daripada Covid-19. 

Dia khawatir dunia tengah menghadapi sejumlah virus baru yang berpotensi lebih mematikan, muncul dari hutan hujan tropis Afrika. 

"Kami sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar. Itulah yang ancaman bagi kemanusiaan," kata Muyambe, kepada CNN. 

Para peneliti saat ini berupaya memerangi ancaman "Penyakit X", patogen yang dapat melanda dunia secepat Covid-19 dengan tingkat kematian lebih parah dari Ebola. 

Baca Juga:  DPR dan Pemerintah Sepakat RUU Pesantren Dibawa ke Paripurna

Saat meneliti Ebola, Muyembe mengambil sampel darah dari korban. Sembilan dari 10 korban Ebola meninggal dunia. Sampel tersebut diambil dari Kongo lalu dikirim ke ilmuwan di seluruh dunia untuk dipelajari. Virus berbentuk cacing yang ditemukan di darah pasien itu dinamai Ebola, diambil dari nama sungai. 

Diyakini virus yang memicu pendarahan internal itu pertama kali menyebar ke manusia dari hewan, kemungkinan besar kelelawar. 

Pria yang kini menjadi peneliti Institut National de Recherche Biomedicale, Kinshasa, Kongo, itu memperingatkan akan ada lebih banyak penyakit zoonosis di mana patogen melompat dari hewan ke manusia. 

Covid-19 merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dikhawatirkan berpindah dari hewan ke manusia di pasar basah Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Muyembe yakin manusia yang juga bersinggungan dengan alam liar bisa meningkatkan risiko pandemi baru. 

Baca Juga:  Kapolri: Percepatan Vaksinasi adalah Upaya Ubah Pandemi ke Endemi

"Jika Anda pergi ke hutan, Anda akan mengubah ekologi, serangga dan tikus akan meninggalkan tempat itu lalu datang ke desa-desa, inilah penularan virus, dari patogen baru," katanya. 

Salah satu andalan ekspor Kongo adalah daging hewan liar, mulai dari buaya, simpanse, hingga hewan eksotik lain yang disembelih dan dijual di pasar jalanan. Hewan-hewan tersebut sangat mungkin menyimpan virus baru yang berbahaya, menanti untuk pindah ke manusia.

Sumber: CNN/News/Reuters
Editor: Hary B Koriun

JOHANNESBURG (RIAUPOS.CO) – Dokter asal Republik Demokratik Kongo (DRC) salah satu penemu Ebola, Jean-Jacques Muyembe Tamfum, memperingatkan bahwa wabah virus corona bukan yang terakhir. 

Menurut dia, besar kemungkinan akan ada lebih banyak wabah disebabkan virus, bahkan lebih mematikan daripada Covid-19. 

Dia khawatir dunia tengah menghadapi sejumlah virus baru yang berpotensi lebih mematikan, muncul dari hutan hujan tropis Afrika. 

"Kami sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar. Itulah yang ancaman bagi kemanusiaan," kata Muyambe, kepada CNN. 

Para peneliti saat ini berupaya memerangi ancaman "Penyakit X", patogen yang dapat melanda dunia secepat Covid-19 dengan tingkat kematian lebih parah dari Ebola. 

Baca Juga:  Mendag Lutfhi Minta Tindak Tegas Pelaku Penimbunan Minyak Goreng

Saat meneliti Ebola, Muyembe mengambil sampel darah dari korban. Sembilan dari 10 korban Ebola meninggal dunia. Sampel tersebut diambil dari Kongo lalu dikirim ke ilmuwan di seluruh dunia untuk dipelajari. Virus berbentuk cacing yang ditemukan di darah pasien itu dinamai Ebola, diambil dari nama sungai. 

Diyakini virus yang memicu pendarahan internal itu pertama kali menyebar ke manusia dari hewan, kemungkinan besar kelelawar. 

Pria yang kini menjadi peneliti Institut National de Recherche Biomedicale, Kinshasa, Kongo, itu memperingatkan akan ada lebih banyak penyakit zoonosis di mana patogen melompat dari hewan ke manusia. 

Covid-19 merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dikhawatirkan berpindah dari hewan ke manusia di pasar basah Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Muyembe yakin manusia yang juga bersinggungan dengan alam liar bisa meningkatkan risiko pandemi baru. 

Baca Juga:  Vaksinasi Rutin untuk Anak Tetap Perlu Harus Berjarak Minimal Dua Pekan

"Jika Anda pergi ke hutan, Anda akan mengubah ekologi, serangga dan tikus akan meninggalkan tempat itu lalu datang ke desa-desa, inilah penularan virus, dari patogen baru," katanya. 

Salah satu andalan ekspor Kongo adalah daging hewan liar, mulai dari buaya, simpanse, hingga hewan eksotik lain yang disembelih dan dijual di pasar jalanan. Hewan-hewan tersebut sangat mungkin menyimpan virus baru yang berbahaya, menanti untuk pindah ke manusia.

Sumber: CNN/News/Reuters
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari