JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sektor industri agro berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Itu merupakan cerminan positif kinerja sektor hilir pertanian. Kinerja sektor tersebut optimal dalam hal meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri.
"Pada kuartal III tahun 2021, sektor industri agro berperan terhadap pertumbuhan nasional sebesar 8,77 persen. Atau berkontribusi 51,16 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas," ujar Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, Sabtu (20/11).
Putu menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman (mamin) adalah subsektor industri agro yang penting. Kontribusinya terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 38,91 persen. Artinya, aktivitas industri makanan dan minuman tetap terjaga meskipun terdampak pandemi.
"Secara umum, pertumbuhan PDB sektor industri agro membaik. Untuk itu, kami bekerja lebih giat untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor industri agro ke depannya," papar Putu.
Dia menyampaikan bahwa salah satu subsektor yang kini sedang dipacu kinerjanya adalah industri pengolahan susu. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik yang kian meningkat. "Industri pengolahan susu ini memiliki potensi yang besar. Bahkan, mampu menumbuhkan wirausaha industri baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya para peternak sapi perah lokal," terang Putu.
Dia menambahkan, agar produktivitas industri pengolahan susu meningkat, pihaknya akan mendorong tumbuhnya industri pakan hijauan. "Pakan ternak ini critical point dalam meningkatkan produksi susu segar," ujarnya.
Ditjen Industri Agro akan mengintegrasikan koperasi peternak sapi lokal dengan industri pakan hijauan. "Pakan ternak yang perlu digenjot kuantitas dan kualitasnya adalah jenis ruminansia. Itu terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin, dan mineral sebagai suplemen," urai Putu.
Dia lantas mencontohkan dairy village yang dikelola Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU). Porgram bantuan Frisian Flag Indonesia di wilayah Subang itu memiliki sebanyak 104 sapi ternak. "Dairy village ini merupakan model Peternakan Sapi Perah Rakyat Modern yang sapinya berasal dari para peternak sapi lokal," ungkapnya.
Menurut Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro, perusahaan merasakan manfaat besar dari program kemitraan tersebut. Perusahaan dapat menjaga pasokan bahan baku susu segar. "Industri pengolahan susu memiliki resiliensi yang tinggi. Apalagi, di tengah dampak pandemi," paparnya.
Terpisah, Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Seluruh Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menyebut dairy village sebagai mimpi yang menjadi kenyataan bagi koperasi susu segar. "Karena kami memang ingin punya peternakan yang dikelola secara modern. Namun, ada kepemilikan para peternak lokal," ujarnya.(agf/hep/jpg)