Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Literasi Membaca di Indonesia Rendah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Tingkat literasi membaca bangsa Indonesia dinilai masih rendah. Jauh di bawah tingkat literasi membaca negara tetangga seperti Singapura, atau bahkan dengan Jepang. Perlu banyak dorongan untuk meningkatkannya. Seperti keteladanan orang tua.

Isu soal literasi membaca bangsa Indonesia itu menjadi salah satu bahasan dalam peluncuran lomba membaca buku bertajuk Semua Membacanya secara virtual di Tangerang Selatan, Sabtu (22/8). Lomba membaca ini adalah membaca kehidupan Rasul atau Nabi Muhammad di buku Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Alam Semesta Jilid 1 karya Muhammad Fethullah Gulen dan buku Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyurrahman al Mubarakfuri.

Lomba ini memperebutkan hadiah total Rp60 juta. Diselenggarakan oleh majalah sains, budaya, dan spiritualitas Mata Air. Peserta lomba ini umum. Pendaftaran dibuka 17 Agustus sampai 6 September. Puncak ujian online dilakukan 25 Oktober dan pengumuman pemenangnya 1 November.

Pemimpin Redaksi Majalah Mata Air Astri Katrini Alafta mengatakan, terkait tingkat literasi yang rendah, kita semua perlu berpikir ulang.

Baca Juga:  Dimakamkan Sebagai Laki-laki

"Apakah kita sudah menyediakan sumber yang menarik untuk dibaca," jelasnya. Dia mengatakan lomba membaca selama ini jarang terdengar. Padahal bisa jadi salah satu cara untuk meningkatkan semangat membaca.

Kemudian dari sisi pembaca, dia mengatakan rendahnya literasi karena kurang motivasi dan dorongan. Dia mengatakan memiliki sebuah kelompok atau klub membaca. Ternyata banyak orang tua yang ingin anak-anak mereka gemar membaca. Tetapi orang tuanya sendiri tidak memiliki semangat untuk rajin membaca.

"Yang kami dapati keluarga di Indonesia ingin anaknya membaca. Tetapi itu sekadar utopia," katanya. Sebab ibu dan bapaknya tidak membaca. Padahal menurut Astri, anak-anak membutuhkan contoh nyata dari orang tuanya sebagai dorongan untuk memacu semangat membaca. Dia menjelaskan rata-rata orang Indonesia tidak menghabiskan satu buku dalam setahun. Berbeda dengan Jepang yang bisa menghabiskan lima sampai tujuh buku dalam setahun.

Baca Juga:  Larantuka Diguncang Gempa Magnitudo 7,5, NTT Waspada Tsunami

Sementara itu Koordinator Pelaksana kegiatan dari Majalah Mata Air Tegar R Ramadhan mengatakan, mereka ingin berkontribusi pada upaya meningkatkan literasi membaca bangsa Indonesia. Saat ini jumlah pendaftar mencapai 1.600 orang. Mereka menargetkan jumlah pendaftar mencapai 10 ribu orang. Mayoritas pendaftar adalah mahasiswa.

"Ini menunjukkan di kalangan mahasiswa, tingkat literasi membacanya tinggi," jelasnya.

Tegar mengatakan saat ini bangsa Indonesia memiliki tantangan untuk meningkatkan literasi membaca. Menurut dia budaya membaca di masyarakat Indonesia secara umum belum terbiasa. "(Budaya kita, Red) lebih pada budaya berbicara. Semoga kita bisa meningkatkan literasi membaca," tuturnya.

Secara teknis dia mengatakan lombanya berbentuk soal pilihan ganda. Seluruh kelompok masyarakat baik dari beragam umur maupun profesi, bersaing secara bersama-sama. Hadiah utama lomba ini uang tunai Rp10 juta. Dia menegaskan lomba ini terbuka untuk siapa saja, termasuk jurnalis.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Tingkat literasi membaca bangsa Indonesia dinilai masih rendah. Jauh di bawah tingkat literasi membaca negara tetangga seperti Singapura, atau bahkan dengan Jepang. Perlu banyak dorongan untuk meningkatkannya. Seperti keteladanan orang tua.

Isu soal literasi membaca bangsa Indonesia itu menjadi salah satu bahasan dalam peluncuran lomba membaca buku bertajuk Semua Membacanya secara virtual di Tangerang Selatan, Sabtu (22/8). Lomba membaca ini adalah membaca kehidupan Rasul atau Nabi Muhammad di buku Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Alam Semesta Jilid 1 karya Muhammad Fethullah Gulen dan buku Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyurrahman al Mubarakfuri.

- Advertisement -

Lomba ini memperebutkan hadiah total Rp60 juta. Diselenggarakan oleh majalah sains, budaya, dan spiritualitas Mata Air. Peserta lomba ini umum. Pendaftaran dibuka 17 Agustus sampai 6 September. Puncak ujian online dilakukan 25 Oktober dan pengumuman pemenangnya 1 November.

Pemimpin Redaksi Majalah Mata Air Astri Katrini Alafta mengatakan, terkait tingkat literasi yang rendah, kita semua perlu berpikir ulang.

- Advertisement -
Baca Juga:  Keluarga Penendang Sesajen Tak Mengupayakan Penangguhan Penahanan

"Apakah kita sudah menyediakan sumber yang menarik untuk dibaca," jelasnya. Dia mengatakan lomba membaca selama ini jarang terdengar. Padahal bisa jadi salah satu cara untuk meningkatkan semangat membaca.

Kemudian dari sisi pembaca, dia mengatakan rendahnya literasi karena kurang motivasi dan dorongan. Dia mengatakan memiliki sebuah kelompok atau klub membaca. Ternyata banyak orang tua yang ingin anak-anak mereka gemar membaca. Tetapi orang tuanya sendiri tidak memiliki semangat untuk rajin membaca.

"Yang kami dapati keluarga di Indonesia ingin anaknya membaca. Tetapi itu sekadar utopia," katanya. Sebab ibu dan bapaknya tidak membaca. Padahal menurut Astri, anak-anak membutuhkan contoh nyata dari orang tuanya sebagai dorongan untuk memacu semangat membaca. Dia menjelaskan rata-rata orang Indonesia tidak menghabiskan satu buku dalam setahun. Berbeda dengan Jepang yang bisa menghabiskan lima sampai tujuh buku dalam setahun.

Baca Juga:  Virus Corona Cina Telah Menyebar ke Jepang

Sementara itu Koordinator Pelaksana kegiatan dari Majalah Mata Air Tegar R Ramadhan mengatakan, mereka ingin berkontribusi pada upaya meningkatkan literasi membaca bangsa Indonesia. Saat ini jumlah pendaftar mencapai 1.600 orang. Mereka menargetkan jumlah pendaftar mencapai 10 ribu orang. Mayoritas pendaftar adalah mahasiswa.

"Ini menunjukkan di kalangan mahasiswa, tingkat literasi membacanya tinggi," jelasnya.

Tegar mengatakan saat ini bangsa Indonesia memiliki tantangan untuk meningkatkan literasi membaca. Menurut dia budaya membaca di masyarakat Indonesia secara umum belum terbiasa. "(Budaya kita, Red) lebih pada budaya berbicara. Semoga kita bisa meningkatkan literasi membaca," tuturnya.

Secara teknis dia mengatakan lombanya berbentuk soal pilihan ganda. Seluruh kelompok masyarakat baik dari beragam umur maupun profesi, bersaing secara bersama-sama. Hadiah utama lomba ini uang tunai Rp10 juta. Dia menegaskan lomba ini terbuka untuk siapa saja, termasuk jurnalis.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari