Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Menciptakan Kualitas Hidup yang Baik bagi Penderita Diabetes

RIAUPOS.CO — Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. DM merupakan salah satu penyakti tidak menular yang merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting. Angka kejadian DM meningkat dalam beberapa dekade.

Secara umum diperkirakan sebanyak 422 juta dewasa terdiagnosis DM pada tahun 2014, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 1980 (sebanyak 108 juta jiwa). Hal ini mungkin disertai dengan peningkatan faktor risiko seperti obesitas dan gaya hidup sedentari. Di Indonesia sebanyak 2,1 persen terdiagnosis DM (RISKESDAS 2013) dengan prevalensi usia paling banyak terdiagnosis pada usia 55 – 64 tahun.

Gejala klasik dari DM meliputi 3P , yaitu poliuri (banyak buang air kecil terutama malam hari), polidipsi (mudah haus), poliphagi (mudah lapar). Gegala tidak spesifik lain yang juga dapat muncul pada penderita DM antara lain penurunan berat badan secara cepat, mudah lelah, kesemutan pada kaki dan tangan, gatal – gatal, penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, atau penyakit kulit akibat jamur terutama pada daerah lipatan kulit.

Siapa saja yang harus mewaspadai DM? riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg, dan juga orang – orang dengan obesitas. Pengenalan dini dari DM dan penangan yang tepat sehingga target gula darah terkontrol sangan mempengaruhi cepat atau lambatnya komplikasi DM terjadi. Secara umum pasien diabetes dibagi menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 yang biasanya muncul saat usia muda atau anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang muncul pada usia dewasa.

Baca Juga:  Menko Airlangga Dampingi Presiden Serahkan Bantuan Tunai Warung dan PKL

Tidak dikenal adanya diabetes tipe basah atau kering di dalam konteks ilmu kedokteran. Luka yagn tidak sembuh dan cenderung menyebabkan harus diamputasinya anggota gerak merupakan komplikasi yang terjadi akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol dan komplikasi pembuluh darah yang telah terjadi. Hal ini dapat terjadi baik pada DM tipe 1 maupun DM tipe 2.

Pentingnya mencapai target gula darah terkontrol harus dipahami oleh setiap penderita yang terdiagnosis DM. Gula darah puasa 80 – 130 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dL serta HbA1c < 7% adalah merupakan target pengendalian gula darah yang diharapkan dicapai oleh penderita diabetes.

Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pola makan sesuai kebutuhan kalori dan aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur. Penerapan pola makan 3J (jenis, jumlah dan jadwal yang tetap) haruslah menjadi acuan para penderita DM dalam kehidupan sehari–hari. Melakukan olahraga minimal 3–5 kali seminggu selama minimal 30 menit diharapkan dapat dilakukan oleh para penderita DM. Namun apabila dengan 2 cara tersebut tidak tercapai makan harus dibantu dengan obat-obatan.

Baca Juga:  Imigrasi Cek Kabar WNI dari Singapura yang Diduga Suspek Corona

Selain pengendalian gula darah, kontrol teratur juga diperlukan dalam rangka mengevaluasi komplikasi jangka yang dapat terjadi pada DM. Evaluasi adanya komplikasi ke organ ginjal, saraf mata dan pembuluh darah lainnya harus terus dipantau oleh penderita DM secara rutin, dapat dilakukan tiap 3–6 bulan sekali.

Pengobatan penderita DM tidak sama pada semua penderita, bergantung pada kondisi si penderita, gaya hidup sehari – hari dll. Oleh karena itu pengobatan DM sangatlah bersifat individual, penting sekali seorang penderita diabetes untuk selalu berdikskusi dengan dokternya untuk dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang lebih cocok untuk masing – masing individu agar dapat mencapai pengendalian gula darah yang baik.

Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kedisplinan penderita dalam mengubah gaya hidup. Untuk itu para penderita DM dihimbau untuk tidak menutup mata dan telinga dalam menjalankan terapi DM. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita dan dokter akan sangat membantu menurunkan angka komplikasi DM dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita DM. ***

*Spesialis Penyakit Dalam RS Awal Bros Pekanbaru

 

RIAUPOS.CO — Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. DM merupakan salah satu penyakti tidak menular yang merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting. Angka kejadian DM meningkat dalam beberapa dekade.

Secara umum diperkirakan sebanyak 422 juta dewasa terdiagnosis DM pada tahun 2014, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 1980 (sebanyak 108 juta jiwa). Hal ini mungkin disertai dengan peningkatan faktor risiko seperti obesitas dan gaya hidup sedentari. Di Indonesia sebanyak 2,1 persen terdiagnosis DM (RISKESDAS 2013) dengan prevalensi usia paling banyak terdiagnosis pada usia 55 – 64 tahun.

- Advertisement -

Gejala klasik dari DM meliputi 3P , yaitu poliuri (banyak buang air kecil terutama malam hari), polidipsi (mudah haus), poliphagi (mudah lapar). Gegala tidak spesifik lain yang juga dapat muncul pada penderita DM antara lain penurunan berat badan secara cepat, mudah lelah, kesemutan pada kaki dan tangan, gatal – gatal, penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, atau penyakit kulit akibat jamur terutama pada daerah lipatan kulit.

Siapa saja yang harus mewaspadai DM? riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg, dan juga orang – orang dengan obesitas. Pengenalan dini dari DM dan penangan yang tepat sehingga target gula darah terkontrol sangan mempengaruhi cepat atau lambatnya komplikasi DM terjadi. Secara umum pasien diabetes dibagi menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 yang biasanya muncul saat usia muda atau anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang muncul pada usia dewasa.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ini Daftar 36 Kasus yang Dihentikan KPK

Tidak dikenal adanya diabetes tipe basah atau kering di dalam konteks ilmu kedokteran. Luka yagn tidak sembuh dan cenderung menyebabkan harus diamputasinya anggota gerak merupakan komplikasi yang terjadi akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol dan komplikasi pembuluh darah yang telah terjadi. Hal ini dapat terjadi baik pada DM tipe 1 maupun DM tipe 2.

Pentingnya mencapai target gula darah terkontrol harus dipahami oleh setiap penderita yang terdiagnosis DM. Gula darah puasa 80 – 130 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dL serta HbA1c < 7% adalah merupakan target pengendalian gula darah yang diharapkan dicapai oleh penderita diabetes.

Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pola makan sesuai kebutuhan kalori dan aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur. Penerapan pola makan 3J (jenis, jumlah dan jadwal yang tetap) haruslah menjadi acuan para penderita DM dalam kehidupan sehari–hari. Melakukan olahraga minimal 3–5 kali seminggu selama minimal 30 menit diharapkan dapat dilakukan oleh para penderita DM. Namun apabila dengan 2 cara tersebut tidak tercapai makan harus dibantu dengan obat-obatan.

Baca Juga:  BREAKING NEWS: Pelaku Bom Polresrabes Medan Gunakan Jaket Ojek Online

Selain pengendalian gula darah, kontrol teratur juga diperlukan dalam rangka mengevaluasi komplikasi jangka yang dapat terjadi pada DM. Evaluasi adanya komplikasi ke organ ginjal, saraf mata dan pembuluh darah lainnya harus terus dipantau oleh penderita DM secara rutin, dapat dilakukan tiap 3–6 bulan sekali.

Pengobatan penderita DM tidak sama pada semua penderita, bergantung pada kondisi si penderita, gaya hidup sehari – hari dll. Oleh karena itu pengobatan DM sangatlah bersifat individual, penting sekali seorang penderita diabetes untuk selalu berdikskusi dengan dokternya untuk dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang lebih cocok untuk masing – masing individu agar dapat mencapai pengendalian gula darah yang baik.

Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kedisplinan penderita dalam mengubah gaya hidup. Untuk itu para penderita DM dihimbau untuk tidak menutup mata dan telinga dalam menjalankan terapi DM. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita dan dokter akan sangat membantu menurunkan angka komplikasi DM dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita DM. ***

*Spesialis Penyakit Dalam RS Awal Bros Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari