Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Menunggu Asa di Awal 2021

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir delapan bulan. Hingga kini belum ada tanda-tanda wabah dari Wuhan, Cina itu akan segera berakhir. Korban kian berjatuhan. Vaksin menjadi solusi dalam memutus mata rantai virus corona, di saat belum ditemukan obat penyembuh penyakit itu.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI dan LISMAR SUMIRAT (PEKANBARU)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru Yudi Noviandi MSc Tech Apt memaparkan, di dunia sudah ada 154 calon vaksin Covid-19 yang sedang di tahap uji pra klinis. Sementara yang sudah masuk uji klinis tahap ketiga mencapai 44 calon vaksin. 

"Dari 44 vaksin tersebut beberapa di antaranya masuk ke Indonesia, seperti Sinovac, Moderna, dan beberapa lagi lainnya. Triwulan pertama 2021 nanti sudah didistribusikan. 

Bisa jadi paling cepat di akhir Desember," katanya pada Riau Pos Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Menanti Vaksin Covid-19 di Studio Halo Awal Bros, Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, Selasa (17/11). 

FGD yang dipandu wartawan Riau Pos Lismar Sumirat ini juga menghadirkan Spesialis Farmakologi Klinis RS Awal Bros Pekanbaru Dr Dina Fauzia Sp FK. Yudi menyebutkan, untuk dapat mengaplikasikan vaksin bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tahap yang harus dilalui sebelum penerapan vaksin. Bahkan, dikatakan Yudi hingga saat ini belum ada satu vaksin pun yang sudah mendapatkan izin edar, karena masih dalam proses pengembangan finalisasi.

Baca Juga:  Suara Tidak Sesuai, Bawaslu Sanksi KPU

Pemerintah pun penuh kehati-hatian dan tidak terburu-buru untuk mengaplikasikan vaksin. Yudi menuturkan, vaksinasi Covid-19 yang seharusnya dilakukan pada bulan November harus ditunda, karena proses masih berlangsung. 

"Kehati-hatian tetap diutamakan dan prosesnya masih berlangsung," ujarnya.

Dikatakan Yudi, vaksin Covid-19 dari produk Sinovac misalnya, dipilih dengan pertimbangan yang matang, seperti memastikam keamanan, khasiat, dan mutu. 

Yudi menambahkan, pihaknya memastikan vaksin aman dan efektif. Pemantauan dilakukan dari sisi produksi hingga penggunaannya agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Ia mengharapkan tidak terjadi penolakan vaksinasi, oleh karena itu pihaknya juga menggandeng Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memastikan kehalalan. 

Sementara itu Spesialis Farmakologi Klinis RS Awal Bros Pekanbaru Dr Dina Fauzia Sp FK mengatakan, Covid-19 adalah penyakit baru yang berhasil membuat tenaga kesehatan kelimpungan. Bahkan harus menjaga diri sebaik mungkin agar tidak tertular seperti dengan menggunakan pakaian hazmat. 

"Ini bisa dikatakan baru, kita sama-sama belajar, terlebih vaksin belum ditemukan. Kita lakukan pengobatan yang belum terbukti seluruhnya hanya berdasarkan pengalaman empiris. Seperti menyediakan obat-obatan sesuai gejala, dan memberikan antiviral," tutur Dina.

Dina memaparkan, bagaimanapun pencegahan adalah hal utama, dan pengobatan adalah tahap selanjunya, yang terpenting adalah bagaimana pasien tidak sampai sakit. Dijelaskan Dina, salah satu cara ialah dengan vaksinasi. Ia memaparkan banyak penyakit di dunia yang bisa dicegah bahkan dieliminasi dengan cara vaksinasi, seperti campak.

Baca Juga:  Ketahuan Pakai Gas Elpiji 3 Kg, Ini Pembelaan Salmafina 

"Vaksin tetap menjadi pilihan utama. Dengan vaksin, tidak menutup kemungkinan penyakit itu bisa hilang," paparnya.

Selain itu, Dina juga mengatakan, teori vaksin adalah pembentukan herd imunity, semakin banyak orang yang diberi vaksin maka semakin banyak orang yang kebal, sehingga orang tersebut dapat melindungi yang tidak mendapatkan vaksin.

Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, setidaknya 168 juta jiwa harus divaksin, sehingga orang yang divaksinasi dapat melindungi yang tidak divaksin.

"Vaksin itu dicobakan ke yang berusia 19 – 59 tahun. Jadi yang tidak divaksin yaitu berusia di bawah 19 dan di atas 59. Mereka yang tidak divaksin akan terlindungi oleh yang divaksin," ucapnya.

Lebih lanjut, Dina menjelaskan, nakes menangani pasien Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan gejala yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu ringan, sedang, berat dan kritis.

"Gejala setiap pasien berbeda-beda, kami menyediakan obat batuk, sesak napas, pilek, dan obat-obatan untuk gejala lainnya. Kami juga berikan terapi suplemen untuk semua pasien guna meningkatkan imun," katanya.***

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir delapan bulan. Hingga kini belum ada tanda-tanda wabah dari Wuhan, Cina itu akan segera berakhir. Korban kian berjatuhan. Vaksin menjadi solusi dalam memutus mata rantai virus corona, di saat belum ditemukan obat penyembuh penyakit itu.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI dan LISMAR SUMIRAT (PEKANBARU)

- Advertisement -

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru Yudi Noviandi MSc Tech Apt memaparkan, di dunia sudah ada 154 calon vaksin Covid-19 yang sedang di tahap uji pra klinis. Sementara yang sudah masuk uji klinis tahap ketiga mencapai 44 calon vaksin. 

"Dari 44 vaksin tersebut beberapa di antaranya masuk ke Indonesia, seperti Sinovac, Moderna, dan beberapa lagi lainnya. Triwulan pertama 2021 nanti sudah didistribusikan. 

- Advertisement -

Bisa jadi paling cepat di akhir Desember," katanya pada Riau Pos Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Menanti Vaksin Covid-19 di Studio Halo Awal Bros, Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, Selasa (17/11). 

FGD yang dipandu wartawan Riau Pos Lismar Sumirat ini juga menghadirkan Spesialis Farmakologi Klinis RS Awal Bros Pekanbaru Dr Dina Fauzia Sp FK. Yudi menyebutkan, untuk dapat mengaplikasikan vaksin bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tahap yang harus dilalui sebelum penerapan vaksin. Bahkan, dikatakan Yudi hingga saat ini belum ada satu vaksin pun yang sudah mendapatkan izin edar, karena masih dalam proses pengembangan finalisasi.

Baca Juga:  Divonis 18 Tahun Penjara

Pemerintah pun penuh kehati-hatian dan tidak terburu-buru untuk mengaplikasikan vaksin. Yudi menuturkan, vaksinasi Covid-19 yang seharusnya dilakukan pada bulan November harus ditunda, karena proses masih berlangsung. 

"Kehati-hatian tetap diutamakan dan prosesnya masih berlangsung," ujarnya.

Dikatakan Yudi, vaksin Covid-19 dari produk Sinovac misalnya, dipilih dengan pertimbangan yang matang, seperti memastikam keamanan, khasiat, dan mutu. 

Yudi menambahkan, pihaknya memastikan vaksin aman dan efektif. Pemantauan dilakukan dari sisi produksi hingga penggunaannya agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Ia mengharapkan tidak terjadi penolakan vaksinasi, oleh karena itu pihaknya juga menggandeng Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memastikan kehalalan. 

Sementara itu Spesialis Farmakologi Klinis RS Awal Bros Pekanbaru Dr Dina Fauzia Sp FK mengatakan, Covid-19 adalah penyakit baru yang berhasil membuat tenaga kesehatan kelimpungan. Bahkan harus menjaga diri sebaik mungkin agar tidak tertular seperti dengan menggunakan pakaian hazmat. 

"Ini bisa dikatakan baru, kita sama-sama belajar, terlebih vaksin belum ditemukan. Kita lakukan pengobatan yang belum terbukti seluruhnya hanya berdasarkan pengalaman empiris. Seperti menyediakan obat-obatan sesuai gejala, dan memberikan antiviral," tutur Dina.

Dina memaparkan, bagaimanapun pencegahan adalah hal utama, dan pengobatan adalah tahap selanjunya, yang terpenting adalah bagaimana pasien tidak sampai sakit. Dijelaskan Dina, salah satu cara ialah dengan vaksinasi. Ia memaparkan banyak penyakit di dunia yang bisa dicegah bahkan dieliminasi dengan cara vaksinasi, seperti campak.

Baca Juga:  Pendidikan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19, Pembelajaran Harus Tetap Jalan

"Vaksin tetap menjadi pilihan utama. Dengan vaksin, tidak menutup kemungkinan penyakit itu bisa hilang," paparnya.

Selain itu, Dina juga mengatakan, teori vaksin adalah pembentukan herd imunity, semakin banyak orang yang diberi vaksin maka semakin banyak orang yang kebal, sehingga orang tersebut dapat melindungi yang tidak mendapatkan vaksin.

Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, setidaknya 168 juta jiwa harus divaksin, sehingga orang yang divaksinasi dapat melindungi yang tidak divaksin.

"Vaksin itu dicobakan ke yang berusia 19 – 59 tahun. Jadi yang tidak divaksin yaitu berusia di bawah 19 dan di atas 59. Mereka yang tidak divaksin akan terlindungi oleh yang divaksin," ucapnya.

Lebih lanjut, Dina menjelaskan, nakes menangani pasien Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan gejala yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu ringan, sedang, berat dan kritis.

"Gejala setiap pasien berbeda-beda, kami menyediakan obat batuk, sesak napas, pilek, dan obat-obatan untuk gejala lainnya. Kami juga berikan terapi suplemen untuk semua pasien guna meningkatkan imun," katanya.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari