JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen. Level itu belum berubah sejak Februari tahun ini. (selengkapnya lihat grafis) Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, keputusan itu sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah ketidakpastian global.
"Juga di tengah perkiraan inflasi yang rendah, serta upaya kami dalam mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi di tengah Covid-19," ujarnya, Kamis (16/12).
Dia melanjutkan, selain menahan suku bunga acuan, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility sebesar di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility di level 4,25 persen. Proses pemulihan ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut dan meningkat lebih tinggi pada 2022.
Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi diyakini membaik sejak kuartal IV 2021. "Sejalan dengan meningkatnya mobilitas pasca langkah-langkah penanganan yang ditempuh pemerintah dalam pengendalian Covid-19 varian Delta," ujarnya.
Kinerja konsumsi swasta, investasi, serta konsumsi pemerintah diprakirakan terus meningkat di tengah tetap terjaganya kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja lapangan usaha utama. Antara lain, industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan yang diprakirakan tetap baik.
Perry melanjutkan, sejumlah indikator hingga Desember 2021 menunjukkan proses pemulihan yang berlanjut. Dia mencontohkan, peningkatan mobilitas masyarakat di berbagai daerah, kenaikan penjualan eceran, penguatan keyakinan konsumen, serta ekspansi PMI Manufaktur. "Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0," ujarnya.
Dari sisi perkembangan suku bunga, BI tetap mempertahankan suku bunga rendah meski bank sentral AS The Federal Reserve memastikan akan mempercepat kebijakan tapering off dan berpotensi memangkas suku bunga hingga tiga kali pada tahun depan.
"Kalau Fed Fund Rate naik, BI rate naik tidaklah benar. Kita akan mulai dari pengurangan likuiditas secara bertahap. Bagaimana keputusan BI rate akan sangat ditentukan bagaimana perkiraan kita terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Terpisah, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab menuturkan, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini hanya mencapai 3,7 persen. Proyeksi itu turun dari 4,4 persen dari laporan yang dirilis April lalu."Proyeksi yang lebih rendah ini mencerminkan dampak gelombang Delta. Sementara proyeksi 2022 tidak berubah," ujarnya, kemarin.
Untuk tahun depan, Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,2 persen. Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi program vaksinasi akan terus dilakukan dan diharapkan sebagian besar provinsi bisa mencapai tingkat vaksinasi hingga 70 persen pada 2022. Sekaligus dengan catatan Indonesia tidak akan mengalami gelombang baru Covid-19 yang lebih parah.(dee/dio/das)
Laporan JPG, Jakarta