Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Setelah Muhyiddin Mundur, Siapa yang Pantas Jadi PM Malaysia?

KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) – Muhyiddin Yassin tetap memegang jabatan Perdana Menteri (PM) Malaysia sementara meski sudah mengajukan pengunduran diri pada Raja Malaysia Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada Senin (16/8/2021).

Muhyiddin memegang sementara jabatan PM hingga Raja Malaysia menunjuk penggantinya. Raja Malaysia mengatakan, pemilihan umum dalam waktu dekat dinilai kurang tepat.

Hingga kini belum ada kejelasan terkait pengganti Muhyiddin. Sebab, tidak ada partai yang memiliki mayoritas kursi yang jelas di parlemen.

Karena itu, keputusan ada di tangan Sultan Abdullah sebagai kepala negara untuk memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan oleh Raja Malaysia untuk menggantikan Muhyiddin yang mundur.

Yang pertama adalah membentuk pemerintahan interim. Malaysia merupakan negara dengan sistem konstitusional monarki, di mana raja memiliki kewenangan menunjuk perdana menteri sementara dari kalangan anggota Dewan Rakyat (parlemen Malaysia), termasuk Muhyiddin, sampai pengganti tetap ditunjuk. Dalam hal ini, raja memilih Muhyiddin tetap menjabat sebagai PM sampai penerus tetapnya ditunjuk.

Yang kedua adalah pemilihan umum. Muhyiddin dapat menganjurkan raja untuk membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu lebih awal. Namun, pemilu tampaknya tidak akan dipilih Raja Malaysia karena saat ini Malaysia masih menghadapi krisis gelombang infeksi Covid-19 akibat varian Delta. Dilansir Reuters, Malaysia pun tampaknya baru akan menggelar pemilu pada 2023 mendatang.

Opsi ketiga adalah pemilihan PM oleh raja. Ketika pendahulu Muhyiddin, Mahathir Mohamad, mundur secara tiba-tiba dari jabatan PM pada Februari 2020, Raja Malaysia menggelar pertemuan dengan 222 anggota parlemen guna mencari kandidat perdana menteri dengan mayoritas suara.

Baca Juga:  Sikap Komisi II DPR Perjuangkan Nasib Honorer K2

Raja Malaysia saat itu memilih Muhyiddin sebagai penerus Mahathir karena dinilai memiliki dukungan mayoritas suara, bahkan dari partai politik yang ketika itu merupakan oposisi. Raja Malaysia pun bisa melakukan hal yang sama pada situasi ini.

Pilihan keempat adalah melalui Dewan Operasi Nasional. Mantan perdana menteri, Mahathir Mohamad, telah mengusulkan pembentukan dewan bipartisan yang akan memerintah negara itu sampai pemerintahan baru dapat dibentuk. Mahathir pun telah menawarkan diri untuk memimpin dewan bipartisan tersebut jika benar dibentuk.

Sebuah dewan serupa pernah memerintah Malaysia selama dua tahun sejak Mei 1969.

Meski belum ada kejelasan dari Raja Malaysia, beberapa nama politikus  mencuat ke publik yang digadang dapat menjadi penerus Muhyiddin. Salah satu kandidat yakni Ismail Sabri Yaakob yang selama ini menjadi Wakil Perdana Menteri era Muhyiddin.

Ismail Sabri merupakan satu dari sejumlah menteri Malaysia yang menangani krisis Covid-19. Dia diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada Juli oleh Muhyiddin sebagai upaya meredakan ketegangan dengan sekutu utamanya, partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang menarik dukungan dari koalisi pemerintah.

Ismail Sabri disebut dapat meraup dukungan dari mayoritas koalisi Muhyiddin, Perikatan Nasional, yang menduduki 100 kursi di parlemen. Namun, tidak jelas apakah UMNO akan mendukung Ismail Sabri karena dia sempat menentang langkah partai politik terbesar di Malaysia itu ketika menarik dukungan dari koalisi Muhyiddin.

Baca Juga:  Saran KPK Buat Jokowi, Cermati Rekam Jejak Menteri

Selain Ismail Sabri, Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim, juga digadang sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Muhyiddin. Politikus 74 tahun itu telah berulang kali masuk nama kandidat PM tetapi sejauh ini gagal menunjukkan bahwa dia dapat memimpin mayoritas suara di parlemen.

Sejauh ini, Anwar dan partainya masih setia dengan koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir. Namun, koalisi tersebut saat ini hanya memiliki 88 anggota parlemen, jauh dari suara yang cukup dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru.

Beberapa anggota oposisi termasuk Mahathir sendiri tidak mendukung Anwar untuk menjadi perdana menteri.

Ada pula politikus dan anggota perlemen veteran, Tengku Rezaleigh Hamzah yang muncul sebagai salah satu calon kuat penerus Muhyiddin. Tengku atau Ku Li, panggilan akrabnya, telah menjadi anggota parlemen Malaysia selama 47 tahun.

Sumber: Reuters/Bernama/ Straits Times
Editor: Hary B Koriun

Ku Li telah memenang berbagai posisi menteri selama karir politiknya dan merupakan ketua pendiri perusahaan minyak negara, Petronas.

Politikus 84 tahun dari UMNO itu dipandang sebagai kandidat kuat sebagai PM di antara berbagai fraksi di partai tersebut. Dukungan UMNO adalah kunci untuk pembentukan pemerintahan baru.

KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) – Muhyiddin Yassin tetap memegang jabatan Perdana Menteri (PM) Malaysia sementara meski sudah mengajukan pengunduran diri pada Raja Malaysia Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada Senin (16/8/2021).

Muhyiddin memegang sementara jabatan PM hingga Raja Malaysia menunjuk penggantinya. Raja Malaysia mengatakan, pemilihan umum dalam waktu dekat dinilai kurang tepat.

- Advertisement -

Hingga kini belum ada kejelasan terkait pengganti Muhyiddin. Sebab, tidak ada partai yang memiliki mayoritas kursi yang jelas di parlemen.

Karena itu, keputusan ada di tangan Sultan Abdullah sebagai kepala negara untuk memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya.

- Advertisement -

Ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan oleh Raja Malaysia untuk menggantikan Muhyiddin yang mundur.

Yang pertama adalah membentuk pemerintahan interim. Malaysia merupakan negara dengan sistem konstitusional monarki, di mana raja memiliki kewenangan menunjuk perdana menteri sementara dari kalangan anggota Dewan Rakyat (parlemen Malaysia), termasuk Muhyiddin, sampai pengganti tetap ditunjuk. Dalam hal ini, raja memilih Muhyiddin tetap menjabat sebagai PM sampai penerus tetapnya ditunjuk.

Yang kedua adalah pemilihan umum. Muhyiddin dapat menganjurkan raja untuk membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu lebih awal. Namun, pemilu tampaknya tidak akan dipilih Raja Malaysia karena saat ini Malaysia masih menghadapi krisis gelombang infeksi Covid-19 akibat varian Delta. Dilansir Reuters, Malaysia pun tampaknya baru akan menggelar pemilu pada 2023 mendatang.

Opsi ketiga adalah pemilihan PM oleh raja. Ketika pendahulu Muhyiddin, Mahathir Mohamad, mundur secara tiba-tiba dari jabatan PM pada Februari 2020, Raja Malaysia menggelar pertemuan dengan 222 anggota parlemen guna mencari kandidat perdana menteri dengan mayoritas suara.

Baca Juga:  DPR dan Pemerintah Putuskan Pilkada Serentak Digelar 9 Desember 2020

Raja Malaysia saat itu memilih Muhyiddin sebagai penerus Mahathir karena dinilai memiliki dukungan mayoritas suara, bahkan dari partai politik yang ketika itu merupakan oposisi. Raja Malaysia pun bisa melakukan hal yang sama pada situasi ini.

Pilihan keempat adalah melalui Dewan Operasi Nasional. Mantan perdana menteri, Mahathir Mohamad, telah mengusulkan pembentukan dewan bipartisan yang akan memerintah negara itu sampai pemerintahan baru dapat dibentuk. Mahathir pun telah menawarkan diri untuk memimpin dewan bipartisan tersebut jika benar dibentuk.

Sebuah dewan serupa pernah memerintah Malaysia selama dua tahun sejak Mei 1969.

Meski belum ada kejelasan dari Raja Malaysia, beberapa nama politikus  mencuat ke publik yang digadang dapat menjadi penerus Muhyiddin. Salah satu kandidat yakni Ismail Sabri Yaakob yang selama ini menjadi Wakil Perdana Menteri era Muhyiddin.

Ismail Sabri merupakan satu dari sejumlah menteri Malaysia yang menangani krisis Covid-19. Dia diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada Juli oleh Muhyiddin sebagai upaya meredakan ketegangan dengan sekutu utamanya, partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang menarik dukungan dari koalisi pemerintah.

Ismail Sabri disebut dapat meraup dukungan dari mayoritas koalisi Muhyiddin, Perikatan Nasional, yang menduduki 100 kursi di parlemen. Namun, tidak jelas apakah UMNO akan mendukung Ismail Sabri karena dia sempat menentang langkah partai politik terbesar di Malaysia itu ketika menarik dukungan dari koalisi Muhyiddin.

Baca Juga:  Melonjak Tinggi, Singapura Hadapi Masa Kritis

Selain Ismail Sabri, Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim, juga digadang sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Muhyiddin. Politikus 74 tahun itu telah berulang kali masuk nama kandidat PM tetapi sejauh ini gagal menunjukkan bahwa dia dapat memimpin mayoritas suara di parlemen.

Sejauh ini, Anwar dan partainya masih setia dengan koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir. Namun, koalisi tersebut saat ini hanya memiliki 88 anggota parlemen, jauh dari suara yang cukup dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru.

Beberapa anggota oposisi termasuk Mahathir sendiri tidak mendukung Anwar untuk menjadi perdana menteri.

Ada pula politikus dan anggota perlemen veteran, Tengku Rezaleigh Hamzah yang muncul sebagai salah satu calon kuat penerus Muhyiddin. Tengku atau Ku Li, panggilan akrabnya, telah menjadi anggota parlemen Malaysia selama 47 tahun.

Sumber: Reuters/Bernama/ Straits Times
Editor: Hary B Koriun

Ku Li telah memenang berbagai posisi menteri selama karir politiknya dan merupakan ketua pendiri perusahaan minyak negara, Petronas.

Politikus 84 tahun dari UMNO itu dipandang sebagai kandidat kuat sebagai PM di antara berbagai fraksi di partai tersebut. Dukungan UMNO adalah kunci untuk pembentukan pemerintahan baru.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari