JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus positif harian Covid-19 akibat varian Omicron nyaris menyalip rekor varian Delta tahun lalu. Kasus harian pada Sabtu (12/2) tercatat 55.209 kasus. Jumlah ini nyaris menyalip rekor tertinggi kasus harian Indonesia sebanyak 56.757 kasus pada 15 Juli tahun lalu. Data terbaru kasus harian pada Ahad (13/2) tercatat 44.526 kasus.
Presiden Joko Widodo mengatakan perkembangan kasus harian Covid-19 sesuai dengan perkiraan pemerintah. Kasus Covid-19 saat ini terus menanjak, dengan angka positif harian mendekati kasus periode Juli tahun lalu.
"Varian Omicron yang menyebar kali ini, memiliki tingkat penularan yang tinggi. Tetapi tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan varian Delta," katanya.
Dia meminta masyarakat tetap tenang. Kemudian terus disiplin menjaga protokol kesehatan serta mengurangi aktivitas yang tidak perlu. Bagi masyarakat yang belum divaksin, untuk segera mengikuti vaksinasi. Sedangkan bagi yang sudah disuntik dosis lengkap, untuk mengikuti vaksinasi penguat atau booster.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menuturkan saat ini Indonesia tengah memasuki gelombang ketiga pandemi Covid-19. Dia meminta masyarakat untuk disiplin menjaga protkool kesehatan. Baginya upaya menjaga protokol kesehatan adalah bagian dari upaya menjaga keselamatan jiwa (hifdzun nafs).
"Hifdzun nafs merupakan salah satu tujuan besar dari pada tujuan syariat Islam," katanya.
Sementara itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta dinas kesehatan di daerah serta para direktur rumah sakit untuk antisipasi kekurangan tenaga kesehatan (nakes) akibat serangan varian Omicron. Tingginya kasus Covid-19 saat ini, membuka peluang tertularnya nakes di fasilitas pelayanan kesehatan. Banyaknya nakes yang tertular Covid-19, dapat menyebabkan kondisi kontigensi sampai krisis tenaga kesehatan.
Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menuturkan kondisi kontigensi nakes merupakan kekurangan nakes yang masih dapat diatasi oleh fasilitas kesehatan melalui pengaturan SDM. Sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.
"Sedangkan kondisi krisis tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan, yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat," ujarnya.
Upaya pemenuhan keperluan SDM nakes pada kondisi kontigensi atau krisis, dapat dilakukan melalui internal maupun eksternal rumah sakitStrategi internal di antaranya dengan pengaturan jadwal kerja atau shift. Lalu dengan mobilisasi nakes dari unit lain untuk membantu pelayanan pasien Covid-19. Rumah sakit juga bisa menyediakan kendaraan antar jemput serta akomodasi menginap untuk SDM nya. Kemudian dengan menunda layanan nonemergensi terlebih dahulu, serta meningkatkan layanan telemedicine.
Selanjutnya strategi eksternal dilakukan dengan mobilisasi relawan seperti tenaga koas atau PPDS (program pendidikan dokter spesialis). Upaya lainnya juga bisa dengan mobilisasi tenaga kesehatan dari daerah yang rendah kasus Covid-19-nya ke daerah yang tinggi kasusnya.
Sementara itu, kalangan ilmuwan kembali mengingatkan soal peningkatan kasus kematian. Dalam beberapa hari terakhir, pertumbuhan angka kematian telah menembus angka 100-an kasus per hari. Data Satgas per kemarin (13/2) persentase kematian adalah 3 persen dari kasus nasional.
Per 11 Februari 2022 untuk pertama kalinya 100 orang meninggal dalam periode gelombang ketiga Covid-19 yang didominasi varian Omicron. Padahal, sejak 1 Oktober 2021 sampai bulan yang lalu jumlah yang wafat sehari di Tanah Air selalu di bawah angka 100.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan angka kematian bahkan pernah mencapai titik terendah yakni 4 orang pada 6 Januari 2021 lalu.
"Dibandingkan dengan sekarang, sudah meningkat 25 kali lipat. Apalagi kita sepenuhnya menyadari bahwa satu nyawapun yang hilang maka itu tidak dapat tergantikan oleh apapun juga," kata Tjandra, kemarin.
Dia mengatakan, sejauh ini memang Omicron memang jauh lebih mudah menular daripada Delta tetapi proporsi angka kematiannya jauh lebih rendah. Namun yang perlu diwaspadai saat ini sudah ada beberapa negara yang angka kematian total pada saat Omicronnya ternyata lebih tinggi daripada ketika negara itu menghadapi varian Delta.
"Sebabnya karena jumlah kasus total memang jauh lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta," kata Tjandra.(wan/tau/jpg)