Kamis, 19 September 2024

Rasio Tes Covid-19 di Tanah Air Belum Sesuai Standar WHO

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) –  Tes Covid-19 menjadi salah satu kunci untuk menemukan kasus baru. Sayangnya, rasio tes di Tanah Air belum sesuai kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Jumlah tes Covid-19 di Indonesia bahkan lebih rendah daripada Bangladesh dan Ethiopia. Situs www.worldmeter.info/coronavirus pada 10 September lalu mencatat, tiap 1 juta penduduk Bangladesh terdapat 10.148 orang yang telah menjalani tes PCR Covid-19.

Sementara itu, Pemerintah Ethiopia mampu melakukan tes Covid-19 pada 9.741 orang tiap 1 juta penduduk. Indonesia, pada kurun waktu yang sama, baru mampu melakukan tes terhadap 9.322 penduduk. WHO menyebutkan bahwa standar tes adalah 1 per 1.000 orang.

Pemeriksaan PCR pun lebih banyak dilakukan di DKI Jakarta. Data Kementerian Kesehatan pada minggu pertama September, Jakarta hanya bisa melakukan tes pada 3.048 orang tiap 1 juta penduduk. Sangat timpang jika dibandingkan dengan provinsi lain. Pada peringkat kedua, ada Kalimantan Timur yang mampu melakukan tes pada 2.157 orang tiap 1 juta penduduk. Kemampuan tes Jawa Timur berada di bawah Bali. Jika Pulau Dewata mampu melakukan tes PCR pada 515 orang tiap 1 juta penduduk, Jawa Timur hanya 480 orang.

Baca Juga:  Bagi yang Tak Kebagian, Pemesanan Galaxy Fold Dibuka Lagi

Kepala Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, Indonesia lebih mementingkan pencarian vaksin. Padahal, dengan dana terbatas, seharusnya ada prioritas. Yakni, memaksimalkan testing. "Negara ini seperti menyembunyikan penyakit. Padahal, ini tidak bisa disembunyikan. Saya takut nanti meledak," ujarnya. Kapasitas laboratorium tanah air hanya mampu untuk 20 ribu tes per hari. Itu pun kebanyakan hanya di Jakarta. Hal itu memiliki banyak dampak. DKI Jakarta dengan positivity rate atau kasus positif mencapai 12,2 persen, menurut Yunis, menunjukkan akan menuju gelombang puncak kedua. Dengan tes yang lebih banyak, profil Covid-19 di Jakarta bisa terlihat.

- Advertisement -

Salah satu daerah yang dikhawatirkan Yunis adalah Jawa Timur. Menurut dia, Jatim seharusnya bisa melakukan tes lebih banyak. Begitu juga Jawa Tengah. Jika tidak dilakukan testing lebih banyak, persiapan penanganan juga akan kelabakan.(jpg)

Baca Juga:  Lantik 48 Pejabat, Wako Minta Bekerja Cepat

 

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) –  Tes Covid-19 menjadi salah satu kunci untuk menemukan kasus baru. Sayangnya, rasio tes di Tanah Air belum sesuai kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Jumlah tes Covid-19 di Indonesia bahkan lebih rendah daripada Bangladesh dan Ethiopia. Situs www.worldmeter.info/coronavirus pada 10 September lalu mencatat, tiap 1 juta penduduk Bangladesh terdapat 10.148 orang yang telah menjalani tes PCR Covid-19.

Sementara itu, Pemerintah Ethiopia mampu melakukan tes Covid-19 pada 9.741 orang tiap 1 juta penduduk. Indonesia, pada kurun waktu yang sama, baru mampu melakukan tes terhadap 9.322 penduduk. WHO menyebutkan bahwa standar tes adalah 1 per 1.000 orang.

Pemeriksaan PCR pun lebih banyak dilakukan di DKI Jakarta. Data Kementerian Kesehatan pada minggu pertama September, Jakarta hanya bisa melakukan tes pada 3.048 orang tiap 1 juta penduduk. Sangat timpang jika dibandingkan dengan provinsi lain. Pada peringkat kedua, ada Kalimantan Timur yang mampu melakukan tes pada 2.157 orang tiap 1 juta penduduk. Kemampuan tes Jawa Timur berada di bawah Bali. Jika Pulau Dewata mampu melakukan tes PCR pada 515 orang tiap 1 juta penduduk, Jawa Timur hanya 480 orang.

Baca Juga:  KONI Rohil Didorong Tingkatkan Pembinaan

Kepala Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, Indonesia lebih mementingkan pencarian vaksin. Padahal, dengan dana terbatas, seharusnya ada prioritas. Yakni, memaksimalkan testing. "Negara ini seperti menyembunyikan penyakit. Padahal, ini tidak bisa disembunyikan. Saya takut nanti meledak," ujarnya. Kapasitas laboratorium tanah air hanya mampu untuk 20 ribu tes per hari. Itu pun kebanyakan hanya di Jakarta. Hal itu memiliki banyak dampak. DKI Jakarta dengan positivity rate atau kasus positif mencapai 12,2 persen, menurut Yunis, menunjukkan akan menuju gelombang puncak kedua. Dengan tes yang lebih banyak, profil Covid-19 di Jakarta bisa terlihat.

Salah satu daerah yang dikhawatirkan Yunis adalah Jawa Timur. Menurut dia, Jatim seharusnya bisa melakukan tes lebih banyak. Begitu juga Jawa Tengah. Jika tidak dilakukan testing lebih banyak, persiapan penanganan juga akan kelabakan.(jpg)

Baca Juga:  Pria tak Punya Perusahaan Ditagih Pajak Rp 32 Miliar

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari