Kamis, 12 September 2024

Impor Obat untuk Antisipasi Lonjakan Pasien

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kelangkaan obat terapi Covid-19 masih terjadi di sejumlah daerah. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersikukuh mengklaim bahwa stok obat masih cukup. Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menjelaskan, pihaknya telah mengecek stok obat.

"Tentu stok yang kami punya ini sudah dihitung. Masih cukup untuk lonjakan kasus yang terjadi saat ini," ucapnya, Sabtu (10/7). Menurut data Kemenkes kemarin, stok oseltamivir kapsul 11.636.209 tablet. Ada juga favipiravir 24.479.792 tablet, azithromycin 12.389.264 tablet, dan multivitamin 75.960.493 tablet.

Ada dua obat yang jumlahnya lebih sedikit yakni remdesivir 148.891 vial dan tocilizumab 421 vial. "Pemerintah tengah mengimpor remdesivir dan tocilizumab," ujarnya. Targetnya dua hari ke depan sampai. Menurut dia, tocilizumab tidak terlalu diperlukan. Sebab, obat itu hanya berfungsi untuk mengatasi kasus kritis yang jumlahnya sedikit.

Baca Juga:  PKB Akan Beri Bantuan Hukum untuk Imam Nahrawi

Dia menjelaskan, obat tersebut tersebar di instalasi farmasi pusat, dinas kesehatan, industri farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), rumah sakit, dan apotek. Selain jumlah yang ada, instalasi farmasi pusat dan 34 dinas kesehatan provinsi menyimpan obat sebagai buffer stock. "Untuk kami mem-buffer apabila stok di lapangan kosong. Sehingga masyarakat tetap mendapatkan," ucapnya.

- Advertisement -

Dia mendorong agar industri farmasi meningkatkan produksi. Setelah didistribusikan, obat juga diminta segera disalurkan ke fasilitas kesehatan. Dia juga meminta tidak ada penimbunan obat-obatan di industri maupun PBF. "Kami dorong industri mendistribusikan obat ke zona-zona merah yang membutuhkan," kata Arianti.

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kelangkaan obat terapi Covid-19 masih terjadi di sejumlah daerah. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersikukuh mengklaim bahwa stok obat masih cukup. Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menjelaskan, pihaknya telah mengecek stok obat.

"Tentu stok yang kami punya ini sudah dihitung. Masih cukup untuk lonjakan kasus yang terjadi saat ini," ucapnya, Sabtu (10/7). Menurut data Kemenkes kemarin, stok oseltamivir kapsul 11.636.209 tablet. Ada juga favipiravir 24.479.792 tablet, azithromycin 12.389.264 tablet, dan multivitamin 75.960.493 tablet.

Ada dua obat yang jumlahnya lebih sedikit yakni remdesivir 148.891 vial dan tocilizumab 421 vial. "Pemerintah tengah mengimpor remdesivir dan tocilizumab," ujarnya. Targetnya dua hari ke depan sampai. Menurut dia, tocilizumab tidak terlalu diperlukan. Sebab, obat itu hanya berfungsi untuk mengatasi kasus kritis yang jumlahnya sedikit.

Baca Juga:  Menikah di Aceh, Sahrul Gunawan Undang Mantan Istri

Dia menjelaskan, obat tersebut tersebar di instalasi farmasi pusat, dinas kesehatan, industri farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), rumah sakit, dan apotek. Selain jumlah yang ada, instalasi farmasi pusat dan 34 dinas kesehatan provinsi menyimpan obat sebagai buffer stock. "Untuk kami mem-buffer apabila stok di lapangan kosong. Sehingga masyarakat tetap mendapatkan," ucapnya.

Dia mendorong agar industri farmasi meningkatkan produksi. Setelah didistribusikan, obat juga diminta segera disalurkan ke fasilitas kesehatan. Dia juga meminta tidak ada penimbunan obat-obatan di industri maupun PBF. "Kami dorong industri mendistribusikan obat ke zona-zona merah yang membutuhkan," kata Arianti.

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari