Jumat, 20 September 2024

Gangguan Irama Jantung Sering Tak Disadari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Beberapa orang mengalami irama detak jantung yang tidak normal. Detak jantung dapat terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Kondisi ketika detak jantung tidak berdenyut dengan normal ini dalam istilah medis disebut aritmia.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Heartology Cardiovascular Center dr Sunu B Raharjo, SpJP(K) PhD mengatakan, aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan narkoba.

"Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik. Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke, bahkan kematian jantung mendadak," katanya kepada wartawan dalam konferensi pers virtual baru-baru ini.

Ada beberapa jenis aritmia yang sering dijumpai, yaitu Fibrilasi atrium (FA). FA adalah kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur. Kemudian, Blok nodus sinus atau blok atrioventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat. Lalu Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat dan teratur. Kemudian Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal. Dan Ventrikel takikardia/fibrilasi, yaitu kondisi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat bahkan hanya bergetar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Polisi Periksa Pegawai Batan yang Simpan Zat Radioaktif

Bagaimana pengobatannya?

"Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya, efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat," kata Sunu.

- Advertisement -

Selain itu, kata dia, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya. Menurutnya pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia lebih memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat.

Tindakan ini merupakan langkah intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang.

Bisa dengan metode ablasi (menghilangkan aritmia). Tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar. Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi.

Baca Juga:  Breaking News: Perdana Menteri Inggris Positif Corona

Menurut Sunu, FA adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan di dunia. Di Indonesia, saat ini, FA diperkirakan diderita oleh lebih dari 2 juta orang (referensi 1). Penderita FA memiliki risiko stroke sampai 5 kali lipat lebih tinggi dibanding pasien yang bukan FA (referensi 2). Selain itu, derajat keparahan strokenya juga lebih tinggi.

"Fibrilasi Atrium merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks. Sumber aritmia utama berasal dari ke-empat vena pulmonalis yang berada di atrium/serambi jantung sebelah kiri. Kompleksitasnya terutama terletak pada banyaknya titik/sumber aritmia yang harus dihilangkan (di-ablasi), sehingga tingkat kekambuhan tindakan ablasi FA berkisar 25-30 persen setahun pascatindakan," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Beberapa orang mengalami irama detak jantung yang tidak normal. Detak jantung dapat terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Kondisi ketika detak jantung tidak berdenyut dengan normal ini dalam istilah medis disebut aritmia.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Heartology Cardiovascular Center dr Sunu B Raharjo, SpJP(K) PhD mengatakan, aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner. Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan narkoba.

"Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik. Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke, bahkan kematian jantung mendadak," katanya kepada wartawan dalam konferensi pers virtual baru-baru ini.

Ada beberapa jenis aritmia yang sering dijumpai, yaitu Fibrilasi atrium (FA). FA adalah kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur. Kemudian, Blok nodus sinus atau blok atrioventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat. Lalu Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat dan teratur. Kemudian Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal. Dan Ventrikel takikardia/fibrilasi, yaitu kondisi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat bahkan hanya bergetar.

Baca Juga:  Polisi Periksa Pegawai Batan yang Simpan Zat Radioaktif

Bagaimana pengobatannya?

"Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya, efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat," kata Sunu.

Selain itu, kata dia, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya. Menurutnya pada beberapa dekade terakhir, banyak pasien yang menderita aritmia lebih memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat.

Tindakan ini merupakan langkah intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang.

Bisa dengan metode ablasi (menghilangkan aritmia). Tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar. Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi.

Baca Juga:  Dijemput Sang Ayah, Ridho Rhoma Bebas Penjara

Menurut Sunu, FA adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan di dunia. Di Indonesia, saat ini, FA diperkirakan diderita oleh lebih dari 2 juta orang (referensi 1). Penderita FA memiliki risiko stroke sampai 5 kali lipat lebih tinggi dibanding pasien yang bukan FA (referensi 2). Selain itu, derajat keparahan strokenya juga lebih tinggi.

"Fibrilasi Atrium merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks. Sumber aritmia utama berasal dari ke-empat vena pulmonalis yang berada di atrium/serambi jantung sebelah kiri. Kompleksitasnya terutama terletak pada banyaknya titik/sumber aritmia yang harus dihilangkan (di-ablasi), sehingga tingkat kekambuhan tindakan ablasi FA berkisar 25-30 persen setahun pascatindakan," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari