Wukuf di Arafah Rampung, 51 Jemaah Dibadalhajikan

MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Di tengah cuaca panas menembus 40 derajat Celsius, satu juta umat muslim dari penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah kemarin (8/7). Itulah wukuf yang ditunggu para jemaah haji dari luar Arab Saudi setelah dua tahun tertunda akibat pandemi Covid-19.

Sebelumnya, akibat gempuran pandemi, pemerintah Saudi hanya membuka ibadah haji secara terbatas. Yakni, untuk masyarakat lokal dan warga asing (ekspatriat) yang sudah tinggal di Saudi. Pada 2020, kuotanya hanya seribu jemaah dan tahun berikutnya sebanyak 60 ribu jemaah. Tahun ini pun kuota haji belum sepenuhnya normal. Pihak Saudi hanya memberikan total kuota satu juta jemaah. Pada kondisi normal, jumlah jemaah bisa mencapai 2,5 juta orang.

- Advertisement -

Jemaah Indonesia yang menempati maktab 1–44 mengikuti dengan khusyuk rangkaian kegiatan wukuf di tenda masing-masing. Di tenda Misi Haji Indonesia, Habib Hilal Al Aidid yang mewakili menteri agama sebagai amirul hajj menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Saudi yang telah menyambut dan melayani jemaah haji.

Sementara itu, khatib wukuf Muhammad Mukri Wiryosumarto dalam khutbahnya menyatakan, kesempatan berhaji tahun ini menjadi istimewa bagi para jemaah. Sebab, pelaksanaan wukuf jatuh pada Jumat.

- Advertisement -

”Kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi bagian dari sejarah yang jarang terjadi, yakni haji akbar,” katanya.

”Ini merupakan bagian nikmat dari nikmat-nikmat Allah lainnya yang tidak bisa kita hitung satu per satu,” lanjut anggota amirul hajj tersebut.

Haji akbar, lanjut Mukri, memang spesial serta memiliki kelebihan dan keistimewaan jika dibandingkan dengan musim-musim haji lainnya. Pada momen itu, dia mengajak para jemaah merenungkan perjalanan kehidupan sekaligus mengambil pelajaran sebagai modal menghadapi masa depan.

Rektor UIN Raden Intan Lampung itu juga mengingatkan untuk mengedepankan diskusi dengan kepala dingin dalam menyelesaikan berbagai masalah demi mewujudkan kemaslahatan bersama. Juga menyadari adanya perbedaan.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, tahun ini total ada 51 jemaah yang dibadalhajikan dan 136 jemaah yang disafariwukufkan karena meninggal maupun menderita sakit cukup parah di Tanah Suci.

“Sesuai komitmen pemerintah, semua jemaah haji yang berhalangan harus dibadalhajikan atau disafariwukufkan,” terang Gus Men, panggilan akrabnya, di Arafah kemarin.

Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Alam Agoga Hasibuan memerinci, 51 jemaah yang dibadalhajikan terdiri atas 29 badal haji karena wafat dan 22 jemaah dibadalhajikan karena sakit berat. Sepuluh orang yang sakit berat dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), sementara 12 lainnya di Rumah Sakit Arab Saudi. (*/tau/c14/cak/jpg)

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 

MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Di tengah cuaca panas menembus 40 derajat Celsius, satu juta umat muslim dari penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah kemarin (8/7). Itulah wukuf yang ditunggu para jemaah haji dari luar Arab Saudi setelah dua tahun tertunda akibat pandemi Covid-19.

Sebelumnya, akibat gempuran pandemi, pemerintah Saudi hanya membuka ibadah haji secara terbatas. Yakni, untuk masyarakat lokal dan warga asing (ekspatriat) yang sudah tinggal di Saudi. Pada 2020, kuotanya hanya seribu jemaah dan tahun berikutnya sebanyak 60 ribu jemaah. Tahun ini pun kuota haji belum sepenuhnya normal. Pihak Saudi hanya memberikan total kuota satu juta jemaah. Pada kondisi normal, jumlah jemaah bisa mencapai 2,5 juta orang.

Jemaah Indonesia yang menempati maktab 1–44 mengikuti dengan khusyuk rangkaian kegiatan wukuf di tenda masing-masing. Di tenda Misi Haji Indonesia, Habib Hilal Al Aidid yang mewakili menteri agama sebagai amirul hajj menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Saudi yang telah menyambut dan melayani jemaah haji.

Sementara itu, khatib wukuf Muhammad Mukri Wiryosumarto dalam khutbahnya menyatakan, kesempatan berhaji tahun ini menjadi istimewa bagi para jemaah. Sebab, pelaksanaan wukuf jatuh pada Jumat.

”Kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi bagian dari sejarah yang jarang terjadi, yakni haji akbar,” katanya.

”Ini merupakan bagian nikmat dari nikmat-nikmat Allah lainnya yang tidak bisa kita hitung satu per satu,” lanjut anggota amirul hajj tersebut.

Haji akbar, lanjut Mukri, memang spesial serta memiliki kelebihan dan keistimewaan jika dibandingkan dengan musim-musim haji lainnya. Pada momen itu, dia mengajak para jemaah merenungkan perjalanan kehidupan sekaligus mengambil pelajaran sebagai modal menghadapi masa depan.

Rektor UIN Raden Intan Lampung itu juga mengingatkan untuk mengedepankan diskusi dengan kepala dingin dalam menyelesaikan berbagai masalah demi mewujudkan kemaslahatan bersama. Juga menyadari adanya perbedaan.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, tahun ini total ada 51 jemaah yang dibadalhajikan dan 136 jemaah yang disafariwukufkan karena meninggal maupun menderita sakit cukup parah di Tanah Suci.

“Sesuai komitmen pemerintah, semua jemaah haji yang berhalangan harus dibadalhajikan atau disafariwukufkan,” terang Gus Men, panggilan akrabnya, di Arafah kemarin.

Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Alam Agoga Hasibuan memerinci, 51 jemaah yang dibadalhajikan terdiri atas 29 badal haji karena wafat dan 22 jemaah dibadalhajikan karena sakit berat. Sepuluh orang yang sakit berat dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), sementara 12 lainnya di Rumah Sakit Arab Saudi. (*/tau/c14/cak/jpg)

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya