Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Diskriminasi Pekerja Perempuan di Tempat Kerja akan Sirna, jika Diimbangi Keahlian dan Profesionalisme

JAKARTA(RIAUPOS) Peluang berkarir bagi perempuan di perusahaan migas PT Chevron Indonesia, sama terbukanya dengan pria. Keterseleksian lebih ditentukan atas dasar  kemampuan dan keahlian di bidang yang mereka pilih. 
 
Tidak ada istilah pembatasan kouta pekerja perempuan, kalau mereka bisa lolos dalam seleksi,  itu murni karena skill yang mereka miliki, " jelas Rina Mariama, Manager Total Remuneration, Policy and Planning Chevron Indonesia Business unit Diversity and Inclusion Champion  yang mengangkat tema" Chevron:Keberagaman dan Inklusi Perempuan di Tempat Kerja" dalam seminar Women Empowerment Inclusion, satu diantara agenda yang ditaja dalam Tempo Media Week 2019, Sabtu (7/12-2019) siang hingga sore di Perpustakaan Nasional di Jakarta Pusat. 
 
Bahkan menurut Rina, PT Chevron Indonesia justru mampu mematahkan stigma negatif, bahwa mempekerjakan perempuan itu suatu hal yang merugi karena akan sering cuti, salah satunya cuti panjang melahirkan, dan serta waktu khusus saat mereka menyusui. 
 
Tidak adanya perbedaan kesempatan kerja ini mengacu pada visi Chevron Indonesia yang sangat menghargai keberagaman laki-laki dan perempuan, serta menghormati budaya desa tempat di setiap area operasinya. 
 
Bahkan untuk pekerja perempuan yang mengenakan hijab, PT Chevron Indonesia sudah jauh hari memikirkannya pengadaan jilbab khusus. Yang tentunya bukan hanya sekadar kerudung penutup kepala, tapi hijab yang mampu memproteksi keselamatan pekerja perempuan dari musibah  kebakaran yang terjadi di lapangan,  tambah Rina. 
 
"Memberikan izin cuti pada perempuan itu sudah diatur oleh undang-undang. Jadi tidak dilihat suatu hal yang merugikan. Bahkan bagi pekerja perempuan, produktifitas justru akan semakin meningkat ketika dia dihadapkan akan menjalani cuti yang panjang, yaitu melahirkan. 
 
"Perusahaan tidak harus dihadapkan pada sebuah sikap harus memotong hak pekerja perempuan karena cuti tadi, tapi tetap menilai penuh dari 9 bulan masa kerja produktif di luar melahirkan itu. 
 
Intinya,  perlu ada kesamaan cara pandang pria terhadap rekan kerja perempuan. Jangan dilihat dari stigma negatif yang ada, tapi harus saling mendukung sehingga mampu mencipta team work yang solid dan saling melengkapi di bidang yang sama, sarannya. 
 
Sementara pembicara lain, Astrid Kusumardhani, VIP Public Affair Go-jek menegaskan, bahwa pekerja perempuan jangan dipandang lemah dengan segala peran ganda yang disandangnya, tapi harus dilihat dari hasil kerja yang dihasilkannya. 
 
"Sejauh dia mampu menghasilkan produktifitas yang baik di sela dia harus membagi waktu dan peran gandanya sebagai ibu dan istri  di rumah , kesempatan bersaing dan peluang mendapat posisi jabatan yang sama dengan pria idealnya terbuka luas. 
 
" Karena banyak perusahaan seperti halnya di GO Jek tidak dipengaruhi oleh stigma negatif tadi, bahkan melalui kepekaan yang dimiliki perempuan dalam mengambil keputusan, karena juga sangat membantu perusahaan dalam meluncurkan ide ide kreatif terutama dalam memunculkan produk baru, diantaranya dalam membidik pangsa pasar konsumen perempuan. 
 
Seminar Women Empowerment-Diversity dan Inclusion ini dipandu Purwani Dyah Prabandari, wartawan perang Tempo. 
 
Dalam panduannya kemarin Dyah mengatakan dunia industri saat ini masih bersifat maskulin. 
 
Melalui seminar ini mampu menginspirasi perempuan untuk lebih percaya diri dan berani tampil untuk unjuk diri bahwa mereka mampu dan setara. 
 
Karena semakin banyak perusahaan yang menerima pekerja perempuan, artinya akan semakin terbuka luas perempuan unjuk kemampuan dan potensi yang mereka miliki. 
 
Penulis dan Editor Deslina 
 
 
Baca Juga:  TikTok Mariposa Challenge Berhadiah Rp1 Miliar
JAKARTA(RIAUPOS) Peluang berkarir bagi perempuan di perusahaan migas PT Chevron Indonesia, sama terbukanya dengan pria. Keterseleksian lebih ditentukan atas dasar  kemampuan dan keahlian di bidang yang mereka pilih. 
 
Tidak ada istilah pembatasan kouta pekerja perempuan, kalau mereka bisa lolos dalam seleksi,  itu murni karena skill yang mereka miliki, " jelas Rina Mariama, Manager Total Remuneration, Policy and Planning Chevron Indonesia Business unit Diversity and Inclusion Champion  yang mengangkat tema" Chevron:Keberagaman dan Inklusi Perempuan di Tempat Kerja" dalam seminar Women Empowerment Inclusion, satu diantara agenda yang ditaja dalam Tempo Media Week 2019, Sabtu (7/12-2019) siang hingga sore di Perpustakaan Nasional di Jakarta Pusat. 
 
Bahkan menurut Rina, PT Chevron Indonesia justru mampu mematahkan stigma negatif, bahwa mempekerjakan perempuan itu suatu hal yang merugi karena akan sering cuti, salah satunya cuti panjang melahirkan, dan serta waktu khusus saat mereka menyusui. 
 
Tidak adanya perbedaan kesempatan kerja ini mengacu pada visi Chevron Indonesia yang sangat menghargai keberagaman laki-laki dan perempuan, serta menghormati budaya desa tempat di setiap area operasinya. 
 
Bahkan untuk pekerja perempuan yang mengenakan hijab, PT Chevron Indonesia sudah jauh hari memikirkannya pengadaan jilbab khusus. Yang tentunya bukan hanya sekadar kerudung penutup kepala, tapi hijab yang mampu memproteksi keselamatan pekerja perempuan dari musibah  kebakaran yang terjadi di lapangan,  tambah Rina. 
 
"Memberikan izin cuti pada perempuan itu sudah diatur oleh undang-undang. Jadi tidak dilihat suatu hal yang merugikan. Bahkan bagi pekerja perempuan, produktifitas justru akan semakin meningkat ketika dia dihadapkan akan menjalani cuti yang panjang, yaitu melahirkan. 
 
"Perusahaan tidak harus dihadapkan pada sebuah sikap harus memotong hak pekerja perempuan karena cuti tadi, tapi tetap menilai penuh dari 9 bulan masa kerja produktif di luar melahirkan itu. 
 
Intinya,  perlu ada kesamaan cara pandang pria terhadap rekan kerja perempuan. Jangan dilihat dari stigma negatif yang ada, tapi harus saling mendukung sehingga mampu mencipta team work yang solid dan saling melengkapi di bidang yang sama, sarannya. 
 
Sementara pembicara lain, Astrid Kusumardhani, VIP Public Affair Go-jek menegaskan, bahwa pekerja perempuan jangan dipandang lemah dengan segala peran ganda yang disandangnya, tapi harus dilihat dari hasil kerja yang dihasilkannya. 
 
"Sejauh dia mampu menghasilkan produktifitas yang baik di sela dia harus membagi waktu dan peran gandanya sebagai ibu dan istri  di rumah , kesempatan bersaing dan peluang mendapat posisi jabatan yang sama dengan pria idealnya terbuka luas. 
 
" Karena banyak perusahaan seperti halnya di GO Jek tidak dipengaruhi oleh stigma negatif tadi, bahkan melalui kepekaan yang dimiliki perempuan dalam mengambil keputusan, karena juga sangat membantu perusahaan dalam meluncurkan ide ide kreatif terutama dalam memunculkan produk baru, diantaranya dalam membidik pangsa pasar konsumen perempuan. 
 
Seminar Women Empowerment-Diversity dan Inclusion ini dipandu Purwani Dyah Prabandari, wartawan perang Tempo. 
 
Dalam panduannya kemarin Dyah mengatakan dunia industri saat ini masih bersifat maskulin. 
 
Melalui seminar ini mampu menginspirasi perempuan untuk lebih percaya diri dan berani tampil untuk unjuk diri bahwa mereka mampu dan setara. 
 
Karena semakin banyak perusahaan yang menerima pekerja perempuan, artinya akan semakin terbuka luas perempuan unjuk kemampuan dan potensi yang mereka miliki. 
 
Penulis dan Editor Deslina 
 
 
Baca Juga:  Nyeri Ulu Hati Berulang, Mag atau Batu Empedu?
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari