Kamis, 4 Juli 2024

Amerika Jual Senjata Senilai Rp10 Triliun ke Taiwan, Cina Meradang

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Taiwan berterima kasih kepada Amerika Serikat (AS). Sebab, pada Rabu (4/8/2021) Washington setuju menjual senjata kepada Taipei. Yakni, 40 sistem artileri howitzer medium 155 mm M109A6. Nilainya mencapai USD 750 juta atau senilai Rp10,7 triliun.

Rencana penjualan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut tengah diajukan ke Kongres AS untuk mendapatkan lampu hijau. Itulah penjualan senjata besar pertama pada era Presiden AS Joe Biden sejak menjabat pada Januari lalu. Kementerian Luar Negeri Taiwan menegaskan bahwa alutsista tersebut bakal membantu mereka untuk memperkuat pertahanan serta menjaga stabilitas dan perdamaian regional.

- Advertisement -

”Menghadapi ekspansi dan provokasi militer Cona secara terus-menerus, pemerintah kami akan meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan kemarin (5/8/2021) seperti dikutip Agence France-Presse. Mereka bertekad membela rakyatnya serta mempertahankan kehidupan yang bebas dan demokratis.

Taiwan selama ini terus mendapat ancaman invasi Cina. Penyebabnya, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu hanya mengakui satu negara Cina. Pada 1949, terjadi perang antara kubu demokratis dan komunis. Karena kalah, kubu demokratis mundur mendirikan Taiwan. Namun, Cina tidak pernah mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Bagi Beijing, Taipei hanyalah salah satu provinsi wilayah mereka. Cona mengancam merebut Taiwan dengan cara apa pun, termasuk dengan pasukan bersenjata.

Baca Juga:  Manfaat Jahe dan Kunyit Sebagai Obat

Kekuatan militer Taiwan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Cina. Jet tempur dan pesawat pengebom Cina kerap memasuki wilayah udara Taiwan. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina juga secara terbuka melakukan latihan perang simulasi invasi Taiwan.

- Advertisement -

Penjualan alutsista ke Taiwan ini bukan yang pertama. Kongres sangat mungkin bakal setuju. Sebagai sekutu, AS sudah lama menjual senjata ke negara tersebut di bawah UU Hubungan Taiwan. Selain itu, ada dukungan bipartisan untuk menyuplai senjata ke Taipei. Pada Oktober tahun lalu, pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan penjualan USD 1,8 miliar (Rp 25,8 triliun) sistem senjata teknologi tinggi ke Taiwan. Sebelumnya, ada penjualan alutsista senilai lebih dari USD 13 miliar (Rp 186,5 triliun). Di antaranya, untuk pembelian puluhan jet tempur F-16, tank M1A2T Abrams, dan torpedo MK-48 Mod 6.

Baca Juga:  Cara Tepat Turunkan Berat Badan dengan Meminum Air Putih

Penjualan senjata yang dilakukan Biden membuat Cina berang. Terlebih, saat ini hubungan Washington-Beijing memanas. Mulai masalah HAM di Hongkong, Laut China Selatan, hingga pajak perdagangan yang belum menuai kata sepakat. Cina menyebut penjualan senjata tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya.

”Rencana penjualan senjata itu mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan serta merusak hubungan Sino-AS dan stabilitas di sepanjang Selat Taiwan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina kemarin seperti dikutip CNN.

Pihaknya menentang penjualan senjata tersebut dan mengajukan protes keras ke AS.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Taiwan berterima kasih kepada Amerika Serikat (AS). Sebab, pada Rabu (4/8/2021) Washington setuju menjual senjata kepada Taipei. Yakni, 40 sistem artileri howitzer medium 155 mm M109A6. Nilainya mencapai USD 750 juta atau senilai Rp10,7 triliun.

Rencana penjualan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut tengah diajukan ke Kongres AS untuk mendapatkan lampu hijau. Itulah penjualan senjata besar pertama pada era Presiden AS Joe Biden sejak menjabat pada Januari lalu. Kementerian Luar Negeri Taiwan menegaskan bahwa alutsista tersebut bakal membantu mereka untuk memperkuat pertahanan serta menjaga stabilitas dan perdamaian regional.

”Menghadapi ekspansi dan provokasi militer Cona secara terus-menerus, pemerintah kami akan meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan kemarin (5/8/2021) seperti dikutip Agence France-Presse. Mereka bertekad membela rakyatnya serta mempertahankan kehidupan yang bebas dan demokratis.

Taiwan selama ini terus mendapat ancaman invasi Cina. Penyebabnya, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu hanya mengakui satu negara Cina. Pada 1949, terjadi perang antara kubu demokratis dan komunis. Karena kalah, kubu demokratis mundur mendirikan Taiwan. Namun, Cina tidak pernah mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Bagi Beijing, Taipei hanyalah salah satu provinsi wilayah mereka. Cona mengancam merebut Taiwan dengan cara apa pun, termasuk dengan pasukan bersenjata.

Baca Juga:  DPRD Minta Pemprov Perhatikan Kesejahteraan Guru Honor

Kekuatan militer Taiwan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Cina. Jet tempur dan pesawat pengebom Cina kerap memasuki wilayah udara Taiwan. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina juga secara terbuka melakukan latihan perang simulasi invasi Taiwan.

Penjualan alutsista ke Taiwan ini bukan yang pertama. Kongres sangat mungkin bakal setuju. Sebagai sekutu, AS sudah lama menjual senjata ke negara tersebut di bawah UU Hubungan Taiwan. Selain itu, ada dukungan bipartisan untuk menyuplai senjata ke Taipei. Pada Oktober tahun lalu, pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan penjualan USD 1,8 miliar (Rp 25,8 triliun) sistem senjata teknologi tinggi ke Taiwan. Sebelumnya, ada penjualan alutsista senilai lebih dari USD 13 miliar (Rp 186,5 triliun). Di antaranya, untuk pembelian puluhan jet tempur F-16, tank M1A2T Abrams, dan torpedo MK-48 Mod 6.

Baca Juga:  Soal Vonis Bebas Syafri Harto, Ini Pertimbangan Hakim

Penjualan senjata yang dilakukan Biden membuat Cina berang. Terlebih, saat ini hubungan Washington-Beijing memanas. Mulai masalah HAM di Hongkong, Laut China Selatan, hingga pajak perdagangan yang belum menuai kata sepakat. Cina menyebut penjualan senjata tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya.

”Rencana penjualan senjata itu mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan serta merusak hubungan Sino-AS dan stabilitas di sepanjang Selat Taiwan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina kemarin seperti dikutip CNN.

Pihaknya menentang penjualan senjata tersebut dan mengajukan protes keras ke AS.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari