KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Lain lubuk, lain ikan, lain belalang… begitulah agaknya yang melatarbelakangi kehidupan masyarakat di Kampar. DPRD Kampar pun selalu tampil dengan pendekatan tokoh masyarakat dan tokoh adat. Keadaan ini dipegang teguh, dalam menjalankan fungsi dan peran mereka sebagai wakil rakyat. Sebanyak 44 Anggota DPRD Kampar yang sudah menyerap aspirasi masyarakat melalui kegiatan reses yang secara rutin dilaksanakan.
Jika melihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan anggota DPRD Kampar, benayakan aspirasi masih berharap adanya pemerataan infrastruktur jalan, semenisasi jalan desa, akses untuk distribusi hasil pertanian hingga peningkatan sarana dan prasarana di desa-desa. Namun demikian, DPRD Kampar juga mencari cara untuk bisanya aspirasi masyarakat ini bisa dikabulkan. Sebab dengan keterbatasan anggaran, maka harus mencari cara dan strategi untuk memberikan porsi pembangunan kepada masyarakat di desa-desa.
Bahkan, beberapa anggota DPRD Kampar juga terlihat sangat kritis dengan beberapa realisasi pembangunan yang dilakukan Pemkab Kampar. Apalagi, jika pembangunan itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Beberapa anggota DPRD Kampar bersuara lantang untuk mengkritisi hal-hal yang menyimpang dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Dalam pada itu, aktifitas pembangunan terus bergulir. Untuk itu, dalam penyusunan anggaran, DPRD Kampar tidak lagi degan cara tertutup dan menitikberatkan kegiatan yang telah disusun dalam Musrenbang yang dimulai dari tingkat desa. Lebih lanjut wakil rakyat ini sendiri merupakan pengawas dengan memegang teguh etika politik, sehingga diharapkan dalam menyusun anggaran terus berpedoman pada Peraturan Daerah (Perda). Semoga kerja sama legislatif dan eksekutif yang baik bisa terus terjaga dan jauh lebih baik.
Perjalanan memang masih panjang. Kampar yang hari ini genap 70 Tahun, masih membutuhkan ide, pemikiran, dan masukan dari anggota DPRD Kampar. Makanya, duduk bersanding dengan segenap unsur masyarakat, seperti tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh adat, menjadi sesuatu yang harus terus dijaga. ***
KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Lain lubuk, lain ikan, lain belalang… begitulah agaknya yang melatarbelakangi kehidupan masyarakat di Kampar. DPRD Kampar pun selalu tampil dengan pendekatan tokoh masyarakat dan tokoh adat. Keadaan ini dipegang teguh, dalam menjalankan fungsi dan peran mereka sebagai wakil rakyat. Sebanyak 44 Anggota DPRD Kampar yang sudah menyerap aspirasi masyarakat melalui kegiatan reses yang secara rutin dilaksanakan.
Jika melihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan anggota DPRD Kampar, benayakan aspirasi masih berharap adanya pemerataan infrastruktur jalan, semenisasi jalan desa, akses untuk distribusi hasil pertanian hingga peningkatan sarana dan prasarana di desa-desa. Namun demikian, DPRD Kampar juga mencari cara untuk bisanya aspirasi masyarakat ini bisa dikabulkan. Sebab dengan keterbatasan anggaran, maka harus mencari cara dan strategi untuk memberikan porsi pembangunan kepada masyarakat di desa-desa.
- Advertisement -
Bahkan, beberapa anggota DPRD Kampar juga terlihat sangat kritis dengan beberapa realisasi pembangunan yang dilakukan Pemkab Kampar. Apalagi, jika pembangunan itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Beberapa anggota DPRD Kampar bersuara lantang untuk mengkritisi hal-hal yang menyimpang dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Dalam pada itu, aktifitas pembangunan terus bergulir. Untuk itu, dalam penyusunan anggaran, DPRD Kampar tidak lagi degan cara tertutup dan menitikberatkan kegiatan yang telah disusun dalam Musrenbang yang dimulai dari tingkat desa. Lebih lanjut wakil rakyat ini sendiri merupakan pengawas dengan memegang teguh etika politik, sehingga diharapkan dalam menyusun anggaran terus berpedoman pada Peraturan Daerah (Perda). Semoga kerja sama legislatif dan eksekutif yang baik bisa terus terjaga dan jauh lebih baik.
- Advertisement -
Perjalanan memang masih panjang. Kampar yang hari ini genap 70 Tahun, masih membutuhkan ide, pemikiran, dan masukan dari anggota DPRD Kampar. Makanya, duduk bersanding dengan segenap unsur masyarakat, seperti tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh adat, menjadi sesuatu yang harus terus dijaga. ***