Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Anak Penderita Pneumonia Rentan Terserang Covid-19, Kenali Gejalanya

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Orang tua harus bisa mengenal dan segera mencegah Pneumonia pada anak. Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian. Selain itu, pneumonia juga terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold).

Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya, dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.

Radang pernafasan akut ini menurut Ketua Unit Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Nastiti Kaswandani Sp A(K) dalam diskusi virtual bersama Save The Childrend yang bertajuk Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pademi, Kamis (5/11/2020), dapat dicegah dengan jeli melihat gejala yang terjadi pada anak.

“Diantaranya, batuk dan demam yang berkelanjutan, yang ditandai gejala awal selesma, seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan,” katanya.

Bahkan dijelaskannya, anak-anak yang mengidap Pneumonia ini menurut Nastiti akan mengalami kesulitan bernafas, ditandai dengan frekuansi nafas yang lebih cepat, nafas cuping hidung, dan tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. kesulitan berfas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktifitas dan saat makan.

Kalau ditanya apakah anak yang terserang pneumonia rentan terhadap virus corona, jawabnya tentu saja. Karena, dengan daya tahan tubuh yang lemah, semua virus dapat menyerang termasuk, virus corona, jelas Nastiti. Kemungkinan adanya persamaan gejala penderita pneumonia dengan korban yang terpapar Virus Corona? Nastiti jelas, hanya bisa memastikannya melalui test Swab.

Baca Juga:  Penghasilan Dijamin Tidak Berkurang

"Kalau dikatakan gejalanya sama dengan pasien yang terserang virus corona, bisa dipastikan melalui test Swab,’’ tambahnya menjawab pertanyaan Riaupos.co.

Disaat pademi ini menurut Nastiti, memperbaiki gizi anak, menjaga daya tahan tubuh anak melalui imunisasi lengkap dan memberi ASI, terutama pada bayi dan selalu menjaga protokol kesehatan 3 M selama masa pademi ini menurut Nastiti, itu upaya memberikan pencegahan yang dapat dilakukan orang tua untuk memberi perlindungan pada anak agar terhindar dari penyakit ini.

"Kalau bisa, jangan membawa anak keluar rumah. Pilihlah aktifitas di dalam rumah saja, terutama disaat pademi  ini.Jika harus terpaksa keluar rumah karena harus ke dokter, jangan lupa ikuti protokol kesehatan 3 M,’’ tambahnya.

Sementara CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung dalam diskusi yang sama menegaskan, penuhi hak kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak dengan imunisasi secara penuh agar Pneumonia tidak lagi menjadi pembunuh balita nomor 2 di Indonesia.

Berdasarkan data WHO pada tahun 2017 di mana terdapat 25.481 kematian balita karena   infeksi  pernapasan akut atau 17 persen dari seluruh kematian balita. Pneumonia  adalah penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi   15.5 persen. Faktor-faktor penyebab berkaitan   dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang  hanya 54 persen, berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum imunisasi lengkap (42,1 persen) polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga. 

Baca Juga:  Pecinta Mercedes Benz dan Harley Davidson

Tahun 2019 terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita2. Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka ulangtahunnya ke 100 tahun di tahun 

Di Indonesia menurut Selina, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November dan bekerjasama dengan  dengan organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swast baik di tingkat nasional maupun di wilayah dampingan Save the   Children di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Bandung melanjutkan kampanye STOPPneumonia untuk penyadaran dan perubahan perilaku masyarakat.  

"Kami bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan   Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer melalui kampanye STOP Pneumonia sebagai   kesempatan untuk semakin meningkatkan  pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini,” pungkasnya.

Laporan: Deslina (Pekanbaru)

Editor: Eka G Putra

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Orang tua harus bisa mengenal dan segera mencegah Pneumonia pada anak. Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian. Selain itu, pneumonia juga terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold).

Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya, dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.

- Advertisement -

Radang pernafasan akut ini menurut Ketua Unit Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Nastiti Kaswandani Sp A(K) dalam diskusi virtual bersama Save The Childrend yang bertajuk Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pademi, Kamis (5/11/2020), dapat dicegah dengan jeli melihat gejala yang terjadi pada anak.

“Diantaranya, batuk dan demam yang berkelanjutan, yang ditandai gejala awal selesma, seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan,” katanya.

- Advertisement -

Bahkan dijelaskannya, anak-anak yang mengidap Pneumonia ini menurut Nastiti akan mengalami kesulitan bernafas, ditandai dengan frekuansi nafas yang lebih cepat, nafas cuping hidung, dan tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. kesulitan berfas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktifitas dan saat makan.

Kalau ditanya apakah anak yang terserang pneumonia rentan terhadap virus corona, jawabnya tentu saja. Karena, dengan daya tahan tubuh yang lemah, semua virus dapat menyerang termasuk, virus corona, jelas Nastiti. Kemungkinan adanya persamaan gejala penderita pneumonia dengan korban yang terpapar Virus Corona? Nastiti jelas, hanya bisa memastikannya melalui test Swab.

Baca Juga:  Wako Tinjau Jargas di Dumai

"Kalau dikatakan gejalanya sama dengan pasien yang terserang virus corona, bisa dipastikan melalui test Swab,’’ tambahnya menjawab pertanyaan Riaupos.co.

Disaat pademi ini menurut Nastiti, memperbaiki gizi anak, menjaga daya tahan tubuh anak melalui imunisasi lengkap dan memberi ASI, terutama pada bayi dan selalu menjaga protokol kesehatan 3 M selama masa pademi ini menurut Nastiti, itu upaya memberikan pencegahan yang dapat dilakukan orang tua untuk memberi perlindungan pada anak agar terhindar dari penyakit ini.

"Kalau bisa, jangan membawa anak keluar rumah. Pilihlah aktifitas di dalam rumah saja, terutama disaat pademi  ini.Jika harus terpaksa keluar rumah karena harus ke dokter, jangan lupa ikuti protokol kesehatan 3 M,’’ tambahnya.

Sementara CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung dalam diskusi yang sama menegaskan, penuhi hak kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak dengan imunisasi secara penuh agar Pneumonia tidak lagi menjadi pembunuh balita nomor 2 di Indonesia.

Berdasarkan data WHO pada tahun 2017 di mana terdapat 25.481 kematian balita karena   infeksi  pernapasan akut atau 17 persen dari seluruh kematian balita. Pneumonia  adalah penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi   15.5 persen. Faktor-faktor penyebab berkaitan   dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang  hanya 54 persen, berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum imunisasi lengkap (42,1 persen) polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga. 

Baca Juga:  Pecinta Mercedes Benz dan Harley Davidson

Tahun 2019 terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita2. Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka ulangtahunnya ke 100 tahun di tahun 

Di Indonesia menurut Selina, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November dan bekerjasama dengan  dengan organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swast baik di tingkat nasional maupun di wilayah dampingan Save the   Children di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Bandung melanjutkan kampanye STOPPneumonia untuk penyadaran dan perubahan perilaku masyarakat.  

"Kami bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan   Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer melalui kampanye STOP Pneumonia sebagai   kesempatan untuk semakin meningkatkan  pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini,” pungkasnya.

Laporan: Deslina (Pekanbaru)

Editor: Eka G Putra

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari