Selasa, 2 Desember 2025
spot_img

Data Presiden Bocor, RUU PDP Mendesak Disahkan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bocornya data pribadi Presiden Joko Widodo membuat DPR menagih komitmen pemerintah menyelesaikan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP). Pembahasan RUU itu mandek karena adanya perbedaan pandangan.

Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, pihaknya prihatin dengan bocornya data pribadi presiden lewat sertifikat vaksinasi yang beredar di media sosial. Kalau data pribadi presiden saja bisa bocor, apalagi warga biasa. "Kita sama-sama tahu, banyak NIK warga yang bocor dan akhirnya terjebak oleh pinjaman online ilegal," ujarnya.

Ketua DPP PDIP itu menyatakan, semua kebocoran data pribadi yang menyusahkan warga harus segera dihentikan dengan UU PDP. Menurut dia, saat ini Indonesia belum mempunyai UU yang secara khusus mengatur data pribadi.

Baca Juga:  Sektor Kepelabuhan Dumai Semakin Dilirik

Karena itu, tutur Puan, pemerintah harus berkomitmen menyelesaikan RUU PDP yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat. DPR siap membahas dan mengesahkan RUU tersebut menjadi UU. Menurut Puan, dengan UU PDP, para pembocor dan pengambil manfaat dari kebocoran data pribadi warga bisa dijatuhi sanksi. "Mulai denda sampai pidana," ucap alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.

Puan menjelaskan, RUU PDP belum disahkan karena masih ada perbedaan pendapat antara DPR dan pemerintah terkait kedudukan lembaga otoritas pengawas perlindungan data pribadi. DPR, lanjut dia, ingin lembaga tersebut berdiri independen dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pemerintah ingin lembaga itu berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Baca Juga:  Sudah 89 Rekening Diblokir Terkait FPI 

Pengawasan, tegas Puan, tidak cukup di bawah pemerintah. Sebab, pemerintah juga berperan sebagai pengelola data pribadi. "Perlu lembaga independen untuk menghindari potensi konflik kepentingan tersebut," ujarnya.

Puan juga menyampaikan pentingnya asesmen menyeluruh terhadap dampak kebocoran data yang dialami masyarakat secara luas. Hal itu penting untuk mengetahui data dan fakta kerugian masyarakat akibat kebocoran data pribadi sehingga bermanfaat untuk penyusunan RUU PDP. Kalau perlu DPR membentuk panitia kerja khusus untuk asesmen menyeluruh. Sehingga DPR bisa mendengar dengan lengkap aspirasi dan keluh kesah masyarakat yang dirugikan akibat kebocoran data pribadi mereka. "Agar penyusunan RUU PDP semakin baik," tutur Puan.(lum/c9/oni/jpg)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bocornya data pribadi Presiden Joko Widodo membuat DPR menagih komitmen pemerintah menyelesaikan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP). Pembahasan RUU itu mandek karena adanya perbedaan pandangan.

Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, pihaknya prihatin dengan bocornya data pribadi presiden lewat sertifikat vaksinasi yang beredar di media sosial. Kalau data pribadi presiden saja bisa bocor, apalagi warga biasa. "Kita sama-sama tahu, banyak NIK warga yang bocor dan akhirnya terjebak oleh pinjaman online ilegal," ujarnya.

Ketua DPP PDIP itu menyatakan, semua kebocoran data pribadi yang menyusahkan warga harus segera dihentikan dengan UU PDP. Menurut dia, saat ini Indonesia belum mempunyai UU yang secara khusus mengatur data pribadi.

Baca Juga:  Yakinkan Saudi, Indonesia Bebas Corona

Karena itu, tutur Puan, pemerintah harus berkomitmen menyelesaikan RUU PDP yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat. DPR siap membahas dan mengesahkan RUU tersebut menjadi UU. Menurut Puan, dengan UU PDP, para pembocor dan pengambil manfaat dari kebocoran data pribadi warga bisa dijatuhi sanksi. "Mulai denda sampai pidana," ucap alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.

Puan menjelaskan, RUU PDP belum disahkan karena masih ada perbedaan pendapat antara DPR dan pemerintah terkait kedudukan lembaga otoritas pengawas perlindungan data pribadi. DPR, lanjut dia, ingin lembaga tersebut berdiri independen dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pemerintah ingin lembaga itu berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

- Advertisement -
Baca Juga:  Kabar Terbaru Tentang Sikap Presiden Jokowi Terhadap UU KPK

Pengawasan, tegas Puan, tidak cukup di bawah pemerintah. Sebab, pemerintah juga berperan sebagai pengelola data pribadi. "Perlu lembaga independen untuk menghindari potensi konflik kepentingan tersebut," ujarnya.

Puan juga menyampaikan pentingnya asesmen menyeluruh terhadap dampak kebocoran data yang dialami masyarakat secara luas. Hal itu penting untuk mengetahui data dan fakta kerugian masyarakat akibat kebocoran data pribadi sehingga bermanfaat untuk penyusunan RUU PDP. Kalau perlu DPR membentuk panitia kerja khusus untuk asesmen menyeluruh. Sehingga DPR bisa mendengar dengan lengkap aspirasi dan keluh kesah masyarakat yang dirugikan akibat kebocoran data pribadi mereka. "Agar penyusunan RUU PDP semakin baik," tutur Puan.(lum/c9/oni/jpg)

- Advertisement -

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bocornya data pribadi Presiden Joko Widodo membuat DPR menagih komitmen pemerintah menyelesaikan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP). Pembahasan RUU itu mandek karena adanya perbedaan pandangan.

Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, pihaknya prihatin dengan bocornya data pribadi presiden lewat sertifikat vaksinasi yang beredar di media sosial. Kalau data pribadi presiden saja bisa bocor, apalagi warga biasa. "Kita sama-sama tahu, banyak NIK warga yang bocor dan akhirnya terjebak oleh pinjaman online ilegal," ujarnya.

Ketua DPP PDIP itu menyatakan, semua kebocoran data pribadi yang menyusahkan warga harus segera dihentikan dengan UU PDP. Menurut dia, saat ini Indonesia belum mempunyai UU yang secara khusus mengatur data pribadi.

Baca Juga:  Terungkap, Begini Kronologi Irjen Napoleon Aniaya Muhammad Kece

Karena itu, tutur Puan, pemerintah harus berkomitmen menyelesaikan RUU PDP yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat. DPR siap membahas dan mengesahkan RUU tersebut menjadi UU. Menurut Puan, dengan UU PDP, para pembocor dan pengambil manfaat dari kebocoran data pribadi warga bisa dijatuhi sanksi. "Mulai denda sampai pidana," ucap alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.

Puan menjelaskan, RUU PDP belum disahkan karena masih ada perbedaan pendapat antara DPR dan pemerintah terkait kedudukan lembaga otoritas pengawas perlindungan data pribadi. DPR, lanjut dia, ingin lembaga tersebut berdiri independen dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pemerintah ingin lembaga itu berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Baca Juga:  Sudah 89 Rekening Diblokir Terkait FPI 

Pengawasan, tegas Puan, tidak cukup di bawah pemerintah. Sebab, pemerintah juga berperan sebagai pengelola data pribadi. "Perlu lembaga independen untuk menghindari potensi konflik kepentingan tersebut," ujarnya.

Puan juga menyampaikan pentingnya asesmen menyeluruh terhadap dampak kebocoran data yang dialami masyarakat secara luas. Hal itu penting untuk mengetahui data dan fakta kerugian masyarakat akibat kebocoran data pribadi sehingga bermanfaat untuk penyusunan RUU PDP. Kalau perlu DPR membentuk panitia kerja khusus untuk asesmen menyeluruh. Sehingga DPR bisa mendengar dengan lengkap aspirasi dan keluh kesah masyarakat yang dirugikan akibat kebocoran data pribadi mereka. "Agar penyusunan RUU PDP semakin baik," tutur Puan.(lum/c9/oni/jpg)

 

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari