JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Tak sekali dua kali Tjahjo Kumolo menyampaikannya. Tak cuma kepada keluarga terdekat, tapi juga para wartawan yang sehari-hari meliput kegiatannya. Bahwa saat tiba waktunya, dia berharap itu terjadi dalam kondisi tengah bertugas untuk negara.
Dan itulah yang terjadi, Jumat (1/7). Tjahjo berpulang dengan masih menjabat menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi (Men PAN-RB). "Bapak ingin meninggal dunia saat bertugas. Beliau selalu mengatakan, saya ini pertama milik keluarga, kedua milik negara," kata Detri Warmanto, menantu Tjahjo, kepada wartawan, Jumat (1/7).
Tjahjo mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo Jakarta pada pukul 11.15 WIB dalam usia 64 tahun. Sebelumnya pria kelahiran 11 Desember 1957 itu sempat menjalani pengobatan dalam dua pekan terakhir.
Dari RS Abdi Waluyo, politikus senior PDI Perjuangan (PDIP) tersebut sempat disemayamkan di rumah dinas di kawasan Widya Chandra, Jakarta. Setelah itu Tjahjo lantas disalati di Masjid Quba, kantor Kemen PAN-RB, sebelum dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Prosesi pemakaman Tjahjo yang berlangsung sekitar pukul 17.00 dipimpin Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Sebab, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih berdinas di luar negeri. Menurut Detri, almarhum pergi karena sakit infeksi. Awalnya di perut. Namun, karena Tjahjo mengidap gula darah, akhirnya menjalar. "Infeksi di perut terus menjalar ke paru," ujarnya seusai pemakaman.
Akibatnya, Tjahjo harus menjalani dua kali operasi. Namun sayang, kemarin kondisinya drop dan nyawanya tidak dapat tertolong. Kepergian Tjahjo, lanjut Detri, menjadi pukulan bagi keluarga. Kini keluarganya kehilangan sosok ayah dan kakek yang hangat. "Bapak sosok ayah panutan, guru sekaligus mentor," ujarnya.
Istri Tjahjo, Erni Guntarti, menyebut dirinya dan sang suami sudah lama saling kenal. "Kami berteman sejak SMP," kata dia. Di mata Erni, Tjahjo merupakan sosok yang terbuka dan tidak otoriter. "Bapak nggak pernah melarang yang saya kerjakan," ujarnya. Tjahjo, ungkap Erni, mendukung penuh kariernya sebagai dokter. "Beliau tahu itu profesi yang memang saya cita-citakan," ucapnya.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut kepergian Tjahjo sebagai sebuah kehilangan besar bagi partainya. Sebagai bentuk duka, terang Hasto, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri meminta seluruh kader memberikan penghormatan dengan mengibarkan bendera PDIP setengah tiang di kantor-kantor partai.
Di partai, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang setia mendampingi Megawati. Hasto mengaku banyak belajar soal itu. "Saya diajari oleh Mas Tjahjo bahwa berdedikasi kepada Ibu Megawati harus menggunakan alam batin dan pikiran yang jernih, penuh dengan kejujuran dan kesetiaan," ujarnya.
Presiden Jokowi mendengar kabar meninggalnya Tjahjo dalam kunjungannya ke Dubai, Uni Emirat Arab. Kepala negara memuji almarhum sebagai sosok pengabdi negara. "Atas nama pemerintah, negara, dan rakyat Indonesia, saya menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya," ujar presiden.
Jokowi mengenang almarhum Tjahjo sebagai pribadi yang tenang dan sederhana. "Pak Tjahjo seorang tokoh teladan dan nasionalis sejati, yang penuh integritas dan setia mengabdikan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara," ungkapnya.
Kenangan baik terhadap sosok Tjahjo juga disampaikan Jusuf Kalla yang kemarin melayat ke rumah duka. JK, begitu dia akrab disapa, mengaku kehilangan mantan anak buahnya di Kabinet Kerja itu.
Yang paling diingat oleh JK atas sosok Tjahjo adalah kehati-hatiannya. "Itu zaman dia menteri dalam negeri, dia melaksanakan tugasnya sangat baik. Sangat hati-hati dan teliti," kenangnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga punya kenangan tersendiri dengan Tjahjo. "Tentang masalah reformasi birokrasi, beliau terus bekerja siang malam melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi," ujarnya.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, rekan di kabinet, mengaku sangat kehilangan. Dia menyebut almarhum sebagai sejawat yang pandai bergaul dan sangat terbuka. Selama dua tahun belakangan menjadi pembantu Presiden Jokowi, Yaqut mengaku cukup intensif berkomunikasi dengan Tjahjo. Terutama dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.
"Proses penyederhanaan birokrasi yang digawanginya menjadi legasi tentang bagaimana semestinya tata kepemerintahan dapat dijalankan secara efektif dan efisien," ungkap Yaqut.
Mendikbudristek Nadiem Makarim juga mengenang Tjahjo sebagai sosok pemimpin yang terus berkomitmen meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Khususnya melalui program seleksi guru ASN PPPK," ucapnya.(far/lyn/c9/ttg/das)
Laporan: JPG (Jakarta)