Senin, 1 Juli 2024

Simulasi Makan Siang Gratis Mulai Dilakukan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Meski Presiden terpilih belum diumumkan ataupun dilantik, berbagai program untuk tahun depan sudah mulai mencuat. Kamis (29/2), dilakukan simulasi program makan siang gratis di SMPN 2 Curug, Tangerang.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto hadir dalam simulasi tersebut. Airlangga menjelaskan, Tangerang dipilih menjadi lokasi simulasi atau pilot project program makan siang gratis karena dianggap memenuhi tiga tipologi nasional.

- Advertisement -

’’Di Kabupaten Tangerang ini punya sekolah dengan tiga tipologi nasional. Yaitu di perkotaan, pedesaan, dan pesisir. Sehingga ini ideal menjadi piloting, percobaan,’’ ujarnya.

Simulasi itu menjadi yang pertama dan sebagai awalan simulasi-simulasi yang berikutnya. Dengan adanya simulasi-simulasi yang dilakukan, Ketum Partai Golkar itu juga berharap bisa melakukan evaluasi dan menggali masukan.

Salah satu yang disebutnya penting adalah SOP dalam pemberian makan gratis termasuk dari sisi literasi gizi dan multiplier effect kepada UMKM sekitar sekolah.

- Advertisement -

Makan siang gratis merupakan program yang diusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Ketika ditanya oleh wartawan mengapa sudah dilakukan simulasi padahal program makan siang gratis belum dibahas dalam Sidang Kabinet, Airlangga berdalih simulasi itu bersifat vuluntary atau sukarela.

Dia menyebutkan, dirinya hadir dalam kapasitas memenuhi undangan yang diadakan pemda setempat. ’’Namanya undangan simulasi, kalau saya diundang gratis makan juga saya datang,’’ tuturnya.

Dalam simulasi kemarin, semua menu dihargai Rp15 ribu per porsi. Itu diklaim sudah memenuhi keperluan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah. Adapun empat menu yang disajikan dalam simulasi kemarin meliputi nasi ayam, nasi semur telur, gado-gado, dan siomay.

Airlangga juga melakukan dialog kepada para siswa. ’’Ini habis nggak kalau segini? Habis atau kebanyakan?’’ tanya Airlangga. ’’Kebanyakan,’’ jawab salah seorang siswi. Dia pun menimpali jawaban itu. ’’Kebanyakan tuh. Rp 15.000 dianggap kebanyakan,’’ ujar Airlangga.

Dia lantas kembali bertanya kepada siswa lain terkait dengan uang jajan yang biasa diberikan orang tua dan dampaknya jika ada program makan siang gratis. Seorang siswa kemudian menjawab uang jajan yang diberikan orang tua setiap hari sebesar Rp10.000.

Baca Juga:  KPK Diserang Isu Radikalisme dan Taliban, Begini Kata Komisionernya

’’Dikasi Rp 10.000 per hari, jadi kalau ada makan Rp15.000, cukup ya. Jadi, uang jajan nggak dipakai buat beli makanan, bisa ditabung,’’ jawab siswa tersebut.

Dalam simulasi makan siang gratis kemarin, hanya 4 kelas yang termasuk dalam simulasi. Di sekolah tersebut, ada total 25 kelas.  Mekanismenya yakni para murid membawa kotak makan dari rumah. Kotak makan itu lantas diserahkan kepada kantin yang telah menyiapkan hidangan makan siang gratis. Setelah itu, kotak makan siap didistribusikan kepada para siswa.

Mereka pun mengaku senang jika diberikan makan gratis di sekolahnya. Apalagi, di SMPN 2 Curung, Tangerang, menerapkan sistem full day school. Kebanyakan membawa lebih dari satu bekal makanan untuk mengganjal perut hingga sore hari.

Lain siswa, lain UMKM. Jika para siswa mengaku gembira saat diberikan makan gratis, jawaban jujur dan apa adanya dilontarkan oleh salah satu pelaku usaha yang kebagian menyiapkan hidangan.

’’Senang sih pak, tapi kalau Rp15 ribu mah kurang. Kan apa-apa (harganya) naek,’’ ujar salah seorang pelaku UMKM kepada Airlangga. Mendengar hal itu, Airlangga pun tersenyum.

Ketika ditanya wartawan terkait masukan dari pelaku usaha yang menyebut plafon Rp15 ribu kurang karena harga bahan pokok naik, Airlangga beralasan hal itu adalah dampak kenaikan harga menjelang Ramadan dan Idulfitri.

’’Karena sekarang kan (harga naik) mau menjelang Lebaran, tap ikan harga turun. Itu itu kan UMKM mencari untung, biasa itu,’’ jelasnya.

Dia menggarisbawahi, plafon Rp15 ribu hingga saat ini belum diketok. Dia juga enggan memerinci bagaimana mekanisme dan alokasi anggaran terkait program tersebut.

Bank Dunia Ingatkan Defisit

Bank Dunia (World Bank) turut memperhatikan program pemberian makan siang gratis. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen mengingatkan agar program itu dilakukan dengan perencanaan yang matang. ’’Semua rencana perlu dipersiapkan, termasuk kesiapan anggaran dan juga ketersediaan sumber daya,’’ kata Kahkonen di Jakarta, Rabu (28/2).

Baca Juga:  Posisi Presiden dalam Pemilihan Umum

Kahkonen berharap, pemerintah bisa tetap patuh pada rentang defisit anggaran yang telah ditetapkan, yaitu di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto. Selain itu, dia mengatakan stabilitas makroekonomi dan stabilitas fiskal juga perlu dijaga dalam pelaksanaan program ini.

’’Kami berharap Indonesia mematuhi batas defisit fiskal 3 persen dari PDB yang ditentukan dalam undang-undang dan juga mempertahankan stabilitas makro-ekonomi dan stabilitas fiskal,’’ tuturnya.

Tinjauan Gizi: Jangan
Asal Mangap-Telan

Bagaimana pemberian makan siang gratis untuk anak sekolah ini di mata ahli gizi? Ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen kemarin menuturkan bahwa makan di usia sekolah tidak asal. “Tidak asal mangap telan,” katanya saat dihubungi Jawa Pos (JPG).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa anak-anak usia sekolah ini harus memahami apa yang dimakan. Artinya anak harus tahu bahan makanan tersebut mengandung apa dan tujuannya untuk tubuh apa. “Itu edukasi,” ujarnya.
Tan menjelaskan memberi makan anak bukan hanya soal asupan gizi saja. Anak harus mengenal rasa, tekstur, dan bentuk agar makanan itu membentuk referensi dan preferensi.

Ketika dewasa, rujukan makanannya seperti apa merupakan cerminan sejak kecil. “Mestinya tiga kali makan. Buat apa kalau sarapannya skip dan makan makamnya seblak,” ujarnya. Artinya, tidak ada waktu makan yang lebih baik. Makan pagi, makan siang, dan makan malam memiliki peranan masing-masing. Sehingga, jika program makan siang gratis di sekolah ini berjalan, makan makanan di rumah juga harus baik secara gizi dan bervariasi agar anak punya referensi berbagai makanan. “Bisa saja Rp15.000 cukup untuk memenuhi standar Isi Piringku,” ujarnya.

Dia mengingatkan bahwa Kementerian Kesehatan memiliki ada program Isi Piringku yang memberi pedoman dalam satu kali makan harus memenuhi unsur makanan pokok, lauk-pauk, buah, dan sayuran. Menu makanan nusantara bisa diaplikasikan dalam penyajiannya.

Dia mencontohkan untuk makan siang bisa ubi atau singkong untuk memenuhi karbohidrat, sup kacang merah sebagai unsur sayur, dan telur balado untuk proteinnya.(dee/lyn/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Meski Presiden terpilih belum diumumkan ataupun dilantik, berbagai program untuk tahun depan sudah mulai mencuat. Kamis (29/2), dilakukan simulasi program makan siang gratis di SMPN 2 Curug, Tangerang.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto hadir dalam simulasi tersebut. Airlangga menjelaskan, Tangerang dipilih menjadi lokasi simulasi atau pilot project program makan siang gratis karena dianggap memenuhi tiga tipologi nasional.

’’Di Kabupaten Tangerang ini punya sekolah dengan tiga tipologi nasional. Yaitu di perkotaan, pedesaan, dan pesisir. Sehingga ini ideal menjadi piloting, percobaan,’’ ujarnya.

Simulasi itu menjadi yang pertama dan sebagai awalan simulasi-simulasi yang berikutnya. Dengan adanya simulasi-simulasi yang dilakukan, Ketum Partai Golkar itu juga berharap bisa melakukan evaluasi dan menggali masukan.

Salah satu yang disebutnya penting adalah SOP dalam pemberian makan gratis termasuk dari sisi literasi gizi dan multiplier effect kepada UMKM sekitar sekolah.

Makan siang gratis merupakan program yang diusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Ketika ditanya oleh wartawan mengapa sudah dilakukan simulasi padahal program makan siang gratis belum dibahas dalam Sidang Kabinet, Airlangga berdalih simulasi itu bersifat vuluntary atau sukarela.

Dia menyebutkan, dirinya hadir dalam kapasitas memenuhi undangan yang diadakan pemda setempat. ’’Namanya undangan simulasi, kalau saya diundang gratis makan juga saya datang,’’ tuturnya.

Dalam simulasi kemarin, semua menu dihargai Rp15 ribu per porsi. Itu diklaim sudah memenuhi keperluan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah. Adapun empat menu yang disajikan dalam simulasi kemarin meliputi nasi ayam, nasi semur telur, gado-gado, dan siomay.

Airlangga juga melakukan dialog kepada para siswa. ’’Ini habis nggak kalau segini? Habis atau kebanyakan?’’ tanya Airlangga. ’’Kebanyakan,’’ jawab salah seorang siswi. Dia pun menimpali jawaban itu. ’’Kebanyakan tuh. Rp 15.000 dianggap kebanyakan,’’ ujar Airlangga.

Dia lantas kembali bertanya kepada siswa lain terkait dengan uang jajan yang biasa diberikan orang tua dan dampaknya jika ada program makan siang gratis. Seorang siswa kemudian menjawab uang jajan yang diberikan orang tua setiap hari sebesar Rp10.000.

Baca Juga:  Tol Bangkinang-XIII Koto Kampar dan IPAL Diresmikan Jokowi

’’Dikasi Rp 10.000 per hari, jadi kalau ada makan Rp15.000, cukup ya. Jadi, uang jajan nggak dipakai buat beli makanan, bisa ditabung,’’ jawab siswa tersebut.

Dalam simulasi makan siang gratis kemarin, hanya 4 kelas yang termasuk dalam simulasi. Di sekolah tersebut, ada total 25 kelas.  Mekanismenya yakni para murid membawa kotak makan dari rumah. Kotak makan itu lantas diserahkan kepada kantin yang telah menyiapkan hidangan makan siang gratis. Setelah itu, kotak makan siap didistribusikan kepada para siswa.

Mereka pun mengaku senang jika diberikan makan gratis di sekolahnya. Apalagi, di SMPN 2 Curung, Tangerang, menerapkan sistem full day school. Kebanyakan membawa lebih dari satu bekal makanan untuk mengganjal perut hingga sore hari.

Lain siswa, lain UMKM. Jika para siswa mengaku gembira saat diberikan makan gratis, jawaban jujur dan apa adanya dilontarkan oleh salah satu pelaku usaha yang kebagian menyiapkan hidangan.

’’Senang sih pak, tapi kalau Rp15 ribu mah kurang. Kan apa-apa (harganya) naek,’’ ujar salah seorang pelaku UMKM kepada Airlangga. Mendengar hal itu, Airlangga pun tersenyum.

Ketika ditanya wartawan terkait masukan dari pelaku usaha yang menyebut plafon Rp15 ribu kurang karena harga bahan pokok naik, Airlangga beralasan hal itu adalah dampak kenaikan harga menjelang Ramadan dan Idulfitri.

’’Karena sekarang kan (harga naik) mau menjelang Lebaran, tap ikan harga turun. Itu itu kan UMKM mencari untung, biasa itu,’’ jelasnya.

Dia menggarisbawahi, plafon Rp15 ribu hingga saat ini belum diketok. Dia juga enggan memerinci bagaimana mekanisme dan alokasi anggaran terkait program tersebut.

Bank Dunia Ingatkan Defisit

Bank Dunia (World Bank) turut memperhatikan program pemberian makan siang gratis. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen mengingatkan agar program itu dilakukan dengan perencanaan yang matang. ’’Semua rencana perlu dipersiapkan, termasuk kesiapan anggaran dan juga ketersediaan sumber daya,’’ kata Kahkonen di Jakarta, Rabu (28/2).

Baca Juga:  Kemenhub Pastikan Kapal-Kapal Asal Cina Sudah Dikarantina

Kahkonen berharap, pemerintah bisa tetap patuh pada rentang defisit anggaran yang telah ditetapkan, yaitu di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto. Selain itu, dia mengatakan stabilitas makroekonomi dan stabilitas fiskal juga perlu dijaga dalam pelaksanaan program ini.

’’Kami berharap Indonesia mematuhi batas defisit fiskal 3 persen dari PDB yang ditentukan dalam undang-undang dan juga mempertahankan stabilitas makro-ekonomi dan stabilitas fiskal,’’ tuturnya.

Tinjauan Gizi: Jangan
Asal Mangap-Telan

Bagaimana pemberian makan siang gratis untuk anak sekolah ini di mata ahli gizi? Ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen kemarin menuturkan bahwa makan di usia sekolah tidak asal. “Tidak asal mangap telan,” katanya saat dihubungi Jawa Pos (JPG).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa anak-anak usia sekolah ini harus memahami apa yang dimakan. Artinya anak harus tahu bahan makanan tersebut mengandung apa dan tujuannya untuk tubuh apa. “Itu edukasi,” ujarnya.
Tan menjelaskan memberi makan anak bukan hanya soal asupan gizi saja. Anak harus mengenal rasa, tekstur, dan bentuk agar makanan itu membentuk referensi dan preferensi.

Ketika dewasa, rujukan makanannya seperti apa merupakan cerminan sejak kecil. “Mestinya tiga kali makan. Buat apa kalau sarapannya skip dan makan makamnya seblak,” ujarnya. Artinya, tidak ada waktu makan yang lebih baik. Makan pagi, makan siang, dan makan malam memiliki peranan masing-masing. Sehingga, jika program makan siang gratis di sekolah ini berjalan, makan makanan di rumah juga harus baik secara gizi dan bervariasi agar anak punya referensi berbagai makanan. “Bisa saja Rp15.000 cukup untuk memenuhi standar Isi Piringku,” ujarnya.

Dia mengingatkan bahwa Kementerian Kesehatan memiliki ada program Isi Piringku yang memberi pedoman dalam satu kali makan harus memenuhi unsur makanan pokok, lauk-pauk, buah, dan sayuran. Menu makanan nusantara bisa diaplikasikan dalam penyajiannya.

Dia mencontohkan untuk makan siang bisa ubi atau singkong untuk memenuhi karbohidrat, sup kacang merah sebagai unsur sayur, dan telur balado untuk proteinnya.(dee/lyn/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari