PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Gempa berkekuatan magnitudo 6,1 yang terjadi pada Jumat ((25/2/2022) lalu di Sumatera Barat telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Bencana ini turut menarik simpati banyak pihak, termasuk warga Pekanbaru, Riau. Adalah masyarakat dan perangkat Kelurahan Wonorejo, Marpoyan Damai yang turut merasakan duka korban gempa dengan memberikan tali asih, berupa bantuan.
Sebagai wujud nyata merespon kondisi bencana di provinsi tetangganya, selang beberapa pekan pascakejadian, warga melalui LPM Kelurahan Wonorejo Syafirman mengajak dan mengumpulkan perangkat kelurahan yang terdiri dari RT dan RW serta Karang Taruna Kelurahan Wonorejo, serta tokoh masyarakat untuk bermusyawarah. Melalui kegiatan kemanusiaan, yang memang rutin dilaksanakan di kelurahan tersebut, upaya menumbuhkan rasa kepedulian juga sudah tertanam.
“Merespon kejadian bencana gempa di Pasaman Barat, serta kembali membangkitkan rasa kemanusiaan membantu saudara kita yang tertimpa duka, kita mengumpulkan donasi dari seluruh warga di Kelurahan Wonorejo ini,” kata Syafirman.
Adapun wujud nyata yang dilakukan untuk membantu korban gempa Pasaman Barat, perangkat warga dari forum RT/RW di Kelurahan Wonorejo mengajak masyarakat dan donatur serta dermawan yang ada untuk bersama-sama mengulurkan bantuan. Penggalangan dana pun dilakukan untuk mengumpulkan donasi sebagai bantuan kemanusiaan.
“Penggalangan dana juga dilakukan dengan berjalan ke rumah-rumah warga, seperti di warga RW 1, 4 dan 6,” sambungnya.
Adapun bantuan yang diberikan berupa sembako dan berupa dana yang dibelanjakan untuk menambah keperluan pokok, juga ada susu dan perlengkapan hunian. Untuk sembako ada beras sekitar 1 ton, mi instan 50 karton, gula 150 kg, dan terpal ukuran 4×6 sejumlah 10 lembar.
“Bantuan di bawa langsung tim kemanusiaan dari kelurahan, dilepas Lurah Wonorejo Said Ahmad pada 19 Maret 2022,” sambungnya.
Seperti diketahui, dampak kerusakan akibat bencana gempa di Pasaman Barat adanya bangunan rumah, gedung sekolah, rumah sakit dan sarana umum lainnya yang rusak berat. Kemudian jumlah warga yang mengungsi, BPBD Kabupaten Pasaman Barat mencatat 5.000 warga di 35 titik yang berada di Kecamatan Talamau, Pasaman dan Kinali.
Bencana alam tanah longsor juga terjadi, dipicu oleh gempa bumi yang berpusat di Utara Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, 25 Februari lalu. Material longsoran tanah ini menimbun dan membendung Sungai Fatimah, Kampung Guguang, Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, sehingga menyebabkan terjadinya galodo (banjir bandang).
Longsoran tanah ini menimbun hulu sungai Fatimah lalu mengalir membawa material lumpur dan kayu. Lumpur ini menghantam perkebunan jagung dan ladang di sekitarnya sampai ke daerah yang lebih rendah.
Editor: Eka G Putra