PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Sampai saat ini Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru belum mendapatkan solusi terkait keberadaan pengungsi Rohingya yang membuat gubuk di atas trotoar Jalan Wan Abdul Jamal, Kecamatan Bukit Raya, di belakang Bandar Serai Pekanbaru.
Pantauan Riau Pos, Rabu (8/5) puluhan gubuk yang di banguan pengungsi masih berdiri di atas trotoar jalan. Di antara pengungsi dewasa Rohingya terlihat ada yang menggunakan alat transportasi seperti sepeda motor.
Puluhan anak pengungsi asik bermain di badan jalan sehingga dinilai dapat membahayakan keselamatan pengendara dan juga para pengungsi itu sendiri.
Salah seorang pedagang di sekitar lokasi yang enggan disebutkan namanya kepada Riau Pos mengakui sudah selama beberapa bulan terakhir, banyak masyarakat yang mengeluhkan keberadaan para pengungsi Rohingya yang membuat gubuk di atas trotoar.
Bahkan sejumlah pejalan kaki yang melintas di kawasan itu terpaksa menggunakan bahu jalan dan berpapasan dengan pengendara motor serta mobil.
Saat ditanyakan terkait keberadaan sejumlah fasilitas seperti sepeda motor yang digunakan oleh para pengungsi Rohingya tersebut, menurutnya sepeda motor itu dipinjamkan oleh masyarakat yang merasa iba dengan kondisi mereka.
”Sudah lama pengunjung di kawasan sini mengeluh keberadaan mereka. Karena mereka berkeliling di badan jalan dan malah buat gubuk juga. Kalau soal motor itu kemarin, kata warga sekitar ada yang pinjamkan tapi tidak tahu juga siapa,” katanya.
Dirinya berharap pemerintah kota dan provinsi bisa segera mencarikan solusi terkait keberadaan para pengungsi Rohingya yang sudah sangat menganggu kenyamanan masyarakat karena keberadaan mereka yang berkeliaran di badan jalan.
Sementara itu, menurut Kepala Kesbangpol Kota Pekanbaru, Syoffaizal sampai saat ini Pemerintah Kota Pekanbaru masih mencari solusi terbaik untuk mengatasi para pengungsi Rohingya yang datang secara ilegal ke Kota Pekanbaru.
Ia membantah Pemko Pekanbaru melakukan pembiaran terhadap keberadaan etnis Rohingya di kawasan itu, dan mengklaim proses penanganannya sedang berjalan untuk mencari lokasi penampungan sementara bagi warga etnis Rohingya.
Apalagi, para pengungsi Rohingya ini datang ke Kota Pekanbaru jumlahnya terus bertambah, namun saat ini community house sudah penuh.
”Mereka datang secara ilegal, mereka tidak datang melalui kanal Penanganan Pengungsi Luar Negeri, sehingga kita tidak lakukan persiapan,” katanya.
Dirinya mengaku dengan kondisi itu tentu pemerintah kota tidak siap menerima para warga etnis Rohingya lantaran datang secara ilegal.
Menurutnya, awalnya jumlah warga etnis Rohingya yang berada di sana cuma 55 orang saja. Jumlahnya bertambah karena ada yang keluar dari Rudenim Pekanbaru.
”Jadi memang belum ada tempat. Kedatangannya juga sporadis sehingga kita tidak siap menerima kedatangan mereka,” ujarnya.
Syoffaizal menjelaskan bahwa community house yang menampung sementara para pengungsi di Kota Pekanbaru dalam kondisi penuh. Pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan berbagai pihak seperti Kanwil Kemenhum HAM Riau, Badan Kesbangpol, IOM dan UNHCR dan Satgas PPLN.
”Mereka akhirnya sepakat untuk menyurati Gubernur Riau untuk membantu menuntaskan permasalahan pengungsi ini. Sampai saat ini masih menunggu arahan dari Gubernur,” tuturnya.(ayi)