PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Seorang remaja berinisial MS (12) tewas diterkam harimau di Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) pada Ahad (31/10) dini hari. Anak perempuan pekerja kebun ini diduga kuat diterkam dan diseret harimau ketika sedang tidur di pondok pekerja di areal Hutan Tanam Industri milik PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa (MSK).
Informasi yang diterima Riau Pos dari Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau M Mahfud pada Rabu (3/11), peristiwa ini diketahui pertama kali oleh ibu korban yang bekerja di PT Usaha Berkat Fangarato, kontraktor penanam dari PT MSK. Pada dini hari naas itu, sang ibu tersentak mendengar teriakan histeris minta tolong dari anak perempuannya.
"Saat ibu korban bangun, di tengah kegelapangan terlihat anaknya sedang diseret ke luar pondok pekerja itu. Kemudian ibu koran berlari keluar untuk melihat anaknya, tapi karena kondisi gelap gulita, si ibu berlari lagi ke dalam mengambil senter. Tak lama kemudian, dirinya menemukan sang anak sudah meninggal dunia dengan penuh luka pada bagian kepala dan tengkuk," sebut Mahfud.
Korban ditemukan berjarak sekitar 60 meter dari pondok pekerja tempat mereka tidur. Peristiwa terkaman harimau sumatera tersebut diperkirakan terjadi sekitar pukul 00.15 WIB pada Ahad (31/10) dini hari, saat ayah korban tidak di tempat karena belanja keperluan harian. Peristiwa ini langsung dilaporkan PT MSK ke BBKSDA dan pihak berwenang terkait.
Pihak perusahaan dan para petugas langsung mengevakuasi mayat korban dari tempat kejadian ke Pos P3K PT MSK. Setelah dilakukan visum oleh pihak kepolisian dan medis dengan hasil diagnosis awal kematian disebabkan oleh gigitan binatang buas.
Atas kejadian tersebut BBKSDA memerintahkan Resort BBKSDA terdekat bersama-sama dengan pihak perusahaan dan TNI melakukan mitigasi konflik satwa.
Hasil investigasi di lokasi, Tim menemukan bekas cakaran pada dinding pondok kerja yg terbuat dari terpal. Petugas juga menemukan jejak yang diduga adalah jejak satwa liar harimau sumatera.
BBKSDA menurut Mahfud juga melakukan sosialisasi serta imbauan kepada karyawan yang ada di sekitar kejadian agar hati-hati dan waspada. Para pekerja dan warga diminta untuk tidak melakukan aktivitas pada waktu pagi dan sore hari. Tim juga menyampaikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi kejadian agar tidak memasang jerat atau melakukan tindakan anarkis terhadap satwa liar yang dilindungi.
Sementara itu, pihak perusahaan menghentikan aktivitas sementara dan memindahkan seluruh pekerja yang berada di TKP dan sekitarnya ke camp induk PT MSK. Saat ini BBKSDA sudah memasang camera trap di Saat Tidur lokasi kejadian sebanyak 3 unit. BBKSDA Riau juga melaksanakan rapat bersama para pihak untuk merumuskan rencana tindaklanjut penanganan konflik tersebut.
Dari rapat tersebut akan dilakukan identifikasi terhadap individu satwa yang berkonflik dengan penambahan pemasangan camera trap sebanyak 10 unit yang mencakup wilayah konsesi dan sekitarnya. "Kami juga melakukan pemasangan umpan pada titik titik tertentu dalam rangka menarik pergerakan satwa ke camera trap. Kami juga melakukan operasi jerat di sekitar jalur jelajah satwa bersama pihak terkait," kata Mahfud.
BBKSDA bersama satker terkait juga mendorong perusahaan untuk meningkatkan patroli dan pengawasan pada pusat-pusat aktivitas kerja. Perusahaan juga diusulkan untuk merubah pola penempatan pondok kerja lapangan menjadi lebih terpusat. Sehingga para pekerja bisa lebih terkontrol dan saling menjaga, serta lebih menjamin keamanan dari serangan satwa liar.
"Kami juga mengimbau kepada semua pihak yang memiliki izin yang di dalamnya merupakan wilayah jelajah pergerakan harimau Sumatera, agar bisa menciptakan kondisi kerja yang bersahabat dan lebih antisipatif. Tingkatkan pengawasan melalui patroli, baik pengawasan pekerjaan maupun aktivitas ilegal seperti perburuan atau pemasangan jerat. Kami juga meminta perusahaan untuk melakukan monitoring satwa liar secara rutin dan melaporkannya," tutup Mahfud.(hen)