PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Angka prevalensi tengkes (stunting) di Provinsi Riau tahun 2023 tercatat sebesar 13,6 persen. Angka tersebut merupakan sebuah pencapaian baik karena berada di atas target yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, yakni 14 persen.
Penjabat (Pj) Gubernur Riau (Gubri) SF Hariyanto mengatakan, angka prevalensi stunting tahun 2023 tersebut tercatat turun dibandingkan tahun 2022. Dimana pada 2022, angka prevalensi stunting di Riau masih pada angka 17 persen. Hal ini dikatakan Pj Gubri pada acara pembukaan rapat kerja daerah (Rakerda) program bangga kencana Provinsi Riau 2024 dan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Tengkes, Selasa (2/4).
‘’Alhamdulillah dari laÂporan, stunting di Riau meÂnurun ke angka 13,6 persen dari sebelumnya 17 persen,’’ tuturnya.
Dia berharap, ke depan lewat rakerda tim yang terlibat semakin berupaya menurunkan angka stunting.
Target pemprov, tambah SF Hariyanto, angka tengkes bisa diturunkan hingga satu digit. ‘’Kalau bisa turun 3 persen hingga tinggal 9 persen,’’ paparnya.
Kepala BKKBN Riau Mardalena Wati Yulia menjelaskan, capaian pelaksanaan program bangga kencana di Provinsi Riau pada 2023 terbilang menggembirakan. Di mana, rata-rata capaian indikator kinerja program bangga kencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Â Riau sebesar 126,21 persen.
Kegiatan itu dihadiri Sekretaris Utama BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto, Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto, Kepala Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Tengkes kabupaten/kota dan sejumlah pihak terkait.
Dijelaskan Mardalena, suksesnya capaian indikator kinerja program bangga kencana ini berkat komitmen yang luar biasa di bawah bimbingan dan arahan Pemerintah Provinsi Riau dan forkopimda.
Tak lupa juga berkat dukungan dan koordinasi seluruh mitra kerja BKKBN, PKB/PLKB, TPK dan seluruh kader di lapangan. ‘’Alhamdulillah rata-rata capaian indikator kinerja program bangga kencana perwakilan BKKBN Provinsi Riau sebesar 126,21 persen,’’ paparnya.
Berkat capaian itu, sasaran kinerja pegawai (SKP) mendapat predikat istimewa. Kemudian, angka total fertility rate (TFR), unmet need yang menjadi indikator kinerja utama (IKU) dapat diturunkan dari tahun ke tahun.
Penurunan juga terjadi pada angka prevalensi tengkes. Dengan sisa waktu yang tersedia sesuai RPJMN 2020-2024, sinergitas dan kolaborasi yang makin optimal lagi pada tahun ini, dibarengi doa bersama, Mardalena yakin bisa memperoleh hasil optimal.
‘’Untuk itu pada hari ini kita melaksanakan kegiatan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Tengkes dan rakerda program bangga kencana,’’ ujarnya.
Mardalena menyampaikan, pertemuan ini sangat strategis dalam melakukan percepatan program bangga kencana. Dimana, tujuannya adalah memperkuat komitmen dan peran pemerintah daerah serta mitra kerja BKKBN Riau dalam meningkatkan akses dan kualitas pelayanan dan penggerakan program bangga kencana.
Selanjutnya, merumuskan dan memperkuat strategi pelaksanaan program bangga kencana dalam mendukung upaya percepatan penurunan tengkes di Provinsi Riau dan langkah optimalisasi peran serta OPD, instansi vertikal, mitra kerja, pihak swasta terkait dalam percepatan penurunan stunting melalui berbagai program yang telah ditetapkan.
Ditambahkan dia, ke depan pihaknya tidak hanya memperhatikan pada upaya penanganan anak stunting tapi juga pada yang berisiko. Karena, keberadaan keluarga yang berisiko ini yang berpotensi menambah angka stunting.
Langkah lainnya yaitu, penguatan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang fokus pada ibu hamil dan baduta. Selama hamil, ibu akan dipantau dan didampingi. Sehingga kehamilannya dipastikan sehat dan tidak melahirkan anak tengkes.
Sementara, Sekretaris Utama BKKBN RI Tavip Agus Rayanto berterima kasih karena Riau telah melaksanakan rakerda. ‘’Tentu ini berbeda dengan biasanya. Karena biasanya rakerda diawali dengan rakernas. Tapi kali ini, rakernas dilakukan belakang karena menyesuaikan jadwal presiden,’’ paparnya.
Dia juga mengapresiasi angka tengkes di Riau turun 3,4 persen. Bahkan saat ini angka tengkes di Riau berada di bawah 14 persen. Sementara, angka nasional turunnya hanya 0,1 yaitu di angka 21,5 persen. Beberapa provinsi juga justru mengalami kenaikan kasus tengkes.
Dijelaskannya, angka tengkes nasional ini memang berada di bawah angka tengkes global yaitu 2,3 persen. Sementara, angka stunting di kawasan Asia Tenggara lebih tinggi lagi yaitu 30,1 persen.
Pengurangan angka tengkes yang minim secara nasional ini dipengaruhi terdapatnya 1.070.897 baduta tengkes baru. Sementara, 945.155 anak lebih dari usia 5 tahun keluar dari kohort.(eca/sol)