Harga Cabai Melambung, BI Ramal Inflasi Agustus 0,2 Persen

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi Agustus 2019 sebesar 0,2 persen (Month to Month/MtM) dan 3,52 persen (Year on Year/YoY). Prediksi tersebut berdasarkan hasil pemantauan harga hingga pekan ketiga.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, melambungnya harga cabai menjadi pendorong utama kenaikan indeks harga konsumen pada Agustus ini. Berdasarakan catatan BI, penyumbang inflasi paling besar diberikan oleh cabai merah dengan 0,15 persen.

- Advertisement -

Selanjutnya secara berurut, emas sebesar 0,07 persen, cabai rawit sebesar 0,05 persen dan tarif Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebesar 0,01 persen. Atas dasar itu, penyumbang tertinggi masih disumbang oleh komoditas cabai.

“Penyumbang (inflasi) tertinggi masih cabai (merah) 0,15 persen dan cabai rawit 0,05 persen,” kata Perry di Kantor BI, Jakarta, Jumat (23/8).

- Advertisement -

Kendati demikian, BI memprediksi kenaikan harga cabai hanya akan berlangsung sementara. Sebab, kata Perry, komoditas tersebut sangat tergantung pada musim. Berdasarkan catatanya, produksi cabai di beberapa wilayah telah mulai membaik.

BI juga akan terus meningkatkan kerja sama dengan Bulog untuk mengetahui kesiapan pasokan bahan pokok menghadapi kemarau panjang. “Diperkirakan dua bulan lagi ada kenaikan produksi,” terangnya.

Namun, Perry juga mencatatkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga yang berakibat menyumbang deflasi. Di antaranya bawang merah, tarif angkutan udara, dan beberapa jenis sayuran lain.

“Ada deflasi dari tarif angkutan udara 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, dan beberapa sayuran yang lain. Kami yakin inflasi akhir tahun di bawah 3,5 persen (YoY),” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi Agustus 2019 sebesar 0,2 persen (Month to Month/MtM) dan 3,52 persen (Year on Year/YoY). Prediksi tersebut berdasarkan hasil pemantauan harga hingga pekan ketiga.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, melambungnya harga cabai menjadi pendorong utama kenaikan indeks harga konsumen pada Agustus ini. Berdasarakan catatan BI, penyumbang inflasi paling besar diberikan oleh cabai merah dengan 0,15 persen.

Selanjutnya secara berurut, emas sebesar 0,07 persen, cabai rawit sebesar 0,05 persen dan tarif Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebesar 0,01 persen. Atas dasar itu, penyumbang tertinggi masih disumbang oleh komoditas cabai.

“Penyumbang (inflasi) tertinggi masih cabai (merah) 0,15 persen dan cabai rawit 0,05 persen,” kata Perry di Kantor BI, Jakarta, Jumat (23/8).

Kendati demikian, BI memprediksi kenaikan harga cabai hanya akan berlangsung sementara. Sebab, kata Perry, komoditas tersebut sangat tergantung pada musim. Berdasarkan catatanya, produksi cabai di beberapa wilayah telah mulai membaik.

BI juga akan terus meningkatkan kerja sama dengan Bulog untuk mengetahui kesiapan pasokan bahan pokok menghadapi kemarau panjang. “Diperkirakan dua bulan lagi ada kenaikan produksi,” terangnya.

Namun, Perry juga mencatatkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga yang berakibat menyumbang deflasi. Di antaranya bawang merah, tarif angkutan udara, dan beberapa jenis sayuran lain.

“Ada deflasi dari tarif angkutan udara 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, dan beberapa sayuran yang lain. Kami yakin inflasi akhir tahun di bawah 3,5 persen (YoY),” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya