PEKANBARU(RIAUPOS.CO) — Kolokium Panel sebagai rangkaian Festival Teater Islam Dunia (FTID) I, Selasa (17/12), telah menyepakati pedoman dan rambu-rambu berteater dalam syariat Islam. Tim perumus yang terdiri Syarifuddin Arifin SPd, Dr Lena Faruda Chin, Khairul Ashdiq Lc MHSc, Dr Rosdeen, Suyadi San MSi merangkum delapan poin.
Pertama, konsep dan metode pementasan teater tidak bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam meliputi tata cara teknis dan kreativitas estetika teaterikal pementasan. Kedua, konsep dan metode pementasan teater juga digalakkan upaya dakwah yang Islami yang bersesuaian dengan penonton (mengikut pada sasaran khalayak). Ketiga, naratif cerita yang diketengahkan membicarakan tentang tema-tema dan isu-isu islamik meliputi berbagai sudut pandang dan keilmuan dan menghindari hal-hal sensitif dalam konteks keislaman dan keadaan sosial di tempat berkenaan.
Keempat, teater yang dipentaskan harus menuntaskan tema atau cerita secara teknis atau naratif dengan keunggulan dan ajaran Islam sebagai dasar utama. Kelima, melangsungkan perbincangan secara berkelanjutan berkaitan konsep dan isu-isu yang belum mencapai kesepakatan dengan tetap memberikan peluang seniman dan sanggar terus mengembangkan kreativitas.
"Selanjutnya, PTID melantik jawatan kuasa yang terdiri dari pakar agama Islam dalam aspek akidah, syariah dan sejarah (siroh) baik sebagai penasehat konten dalam aspek kesesuaian dengan syariah Islam mau pun inspirasi sumber cerita yang boleh dibuatkan dalam pementasan teater," ujar Khairul Ashdiq Lc. M.HSc.
Ketujuh, menngajurkan sanggar melakukan pementasan di peringkat daerah atau negara masing-masing sebagai solusi dan alternatif hiburan dari persoalan masyarakat terutamanya generasi muda misalkan pengaruh narkoba. Terakhir, bertekad menjadikan teater Islam sebagai gaya pementasan khas yang diharapkan pada masa akan datang menjadi model yang boleh diikuti dan ditiru.
"Teater Islam adalah pertunjukan oleh sebuah grup kesenian yang memasukkan unsur-unsur sekurangnya dari tiga jenis kesenian. Yakni gerak, vokal, cerita, musik, dan lain-lain. Dengan idiom, metafora ajaran Islam berdasarkan Alquran dan hadis. Konsep teater Islam disampaikan dalam bentuk teater modern, tradisional maupun kolaborasi seni, dengan ending mengunggulkan konsep dan ajaran Islam," ulas Koordinator RAB Universitas Abdurrab ini.
Dijelas mahasiswa doktoral University Malaya ini, idiom teater Islam dipercayakan sepenuhnya kepada sutradara, pengarang, dan kelompok penampil. Misalnya berupa kritik sosial atau koreksi dengan anekdot dan sejenisnya, sepanjang bisa mencarikan jalan ke luar yang tidak bertentangan dengan syariat dan ajaran Islam.
"Juga diputuskan Festival Teater Islam Dunia dikukuhkan menjadi agenda dua tahunan. Festival Teater Islam Dunia II diadakan di Malaysia, dengan tempat pelaksanaan disepakati peserta dari Malaysia," terangnya.(mar)