MATARAM (RIAUPOS.CO) – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan okupansi hotel berbintang lima sudah penuh alias 100 persen untuk tanggal 17-21 Maret saat perhelatan MotoGP berlangsung di Mandalika, Lombok, NTB.
Ketua PHRI NTB, Ni Ketut Wolini menyebut okupansi 100 persen tersebar di beberapa daerah Lombok Barat, seperti Mandalika, Mataram, dan Senggigi.
Ia menyebut bahwa banyak rumah warga di desa wisata juga dijadikan penginapan atau homestay guna memenuhi kebutuhan pelancong yang datang bersamaan selama perhelatan MotoGP. Menurut dia, masih tersedia kamar kosong untuk homestay dan hotel bintang tiga.
"Kalau hotel memang sudah full semua tapi yang masih ada kamar di homestay, rumah-rumah di desa wisata," katanya, Sabtu (5/3/2022) seperti dilansir CNN.
Dari catatan dia, total penginapan di Lombok ada sekitar 21.697 kamar bila menghitung homestay. Pada hari biasa, normalnya okupansi di sana terisi sekitar 30 persen dan kini naik pesat karena acara olahraga balap motor tersebut.
Lantaran tingginya permintaan tersebut, ia mengakui harga hotel juga ikut naik bervariasi. Ia menyebut tak bisa memukul rata angka kenaikan karena harga dipatok oleh agen lokal yang kemudian kembali dinaikkan oleh agen luar kepada pelancong.
"Yang menaikkan tinggi harga hotel itu agen, misal dari agen lokal sudah dinaikkan dan jual ke agen luar naik lagi, ini yang kesannya dikira kamar hotel lombok mahal. Kami dari PHRI mengimbau jangan hotel saja, tertibkan juga agen-agen," terang dia.
Wolini mengaku bersyukur Mandalika dipilih menjadi tuan rumah MotoGP karena pariwisata NTB lumpuh sejak 2018. Ia menceritakan pada 2018 NTB lumpuh akibat musibah gempa dan baru mulai bangkit pada 2019, tapi kembali terpuruk selama 2020-2021 akibat pandemi corona.
"Kami sangat berterima kasih dengan adanya sirkuit ini perekonomian kami di NTB jadi naik," imbuhnya.
Ketua Asosiasi Tour and Travel Agent (ASITA) NTB, Dewantoro Umbu Joka, menuturkan, mulai melihat kenaikan okupansi hotel sejak Desember lalu hingga berpuncak pada Maret ini. Seperti Wolini, ia menyebut penginapan sederhana di bawah bintang tiga sebetulnya masih ada.
Menurut dia penginapan yang laku keras adalah hotel bintang atas, maklum pasar MotoGP memang kalangan elit yang datang dari luar NTB.
Dewantoro mengatakan tak memiliki angka pasti sudah berapa banyak kamar hotel yang terisi, tapi jika menghitung dari jumlah tiket yang terjual, ia menduga ada 12 ribu kamar yang sudah di-booking.
"Kalau lihat dari tiket MotoGP yang terjual, anggap yang beli orang luar kalau 25 ribu tiket terjual berarti per hari ya 12 ribu kamar terpakai (asumsi 2 orang per kamar, red)," beber dia.
Dia memproyeksikan angka tersebut masih akan terus naik hingga menjelang hari H. Melihat watak pelancong dalam negeri yang serba dadakan, ia optimis angka okupansi akan terus naik.
"Tren orang Indonesia memang dadakan, begitu hari H minta ini itu, tipikal orang Indonesia, beda dengan wisatawan luar yang sudah program dari jauh-jauh hari," pungkasnya.
Sumber: JPNN/CNN/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun