Minggu, 19 Oktober 2025
spot_img

Petakan Ulang Ekspor-Impor

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wabah corona memengaruhi aktivitas ekspor-impor dari dan ke Cina. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Syarif Hidayat menyatakan bahwa devisa negara dari impor hingga akhir Februari merosot 51,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

"Terjadi perubahan dari Januari ke Februari. Devisa negara anjlok," ujar Syarif seperti diberitakan JPG, kemarin (4/3).

Dia menyebut impor dari Cina merosot jika dibandingkan negara-negara mitra dagang lainnya. Misalnya Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura. Penurunan impor terbesar terjadi pada barang mesin, tekstil, hingga ponsel. "Ekspor ke Cina relatif stabil, tapi impornya memang turun. Harusnya ini pertanda baik karena artinya net export atau selisih defisitnya mengecil," tambah Syarif.

Baca Juga:  Bank Bukopin Salurkan Paket Kesehatan

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai, pemerintah perlu mengamankan pasar dalam negeri. "Demand domestik kita kuat, itu harus dijaga. Kita juga harus memaksimalkan kinerja sektor industri agar berkontribusi optimal terhadap pasar dalam negeri," urainya.

Untuk barang konsumsi yang mampu diproduksi di dalam negeri, sebaiknya pemerintah tidak perlu impor. Setelah mampu meningkatkan pangsa pasar domestik, pemerintah harus mencari tujuan pasar ekspor alternatif. Juga, menyusun langkah untuk melakukan penetrasi pasar produk ekspor lebih luas.

Di sisi lain, Heri menyebut Indonesia harus segera mencari dan memetakan negara lain sebagai alternatif mengganti peran Cina untuk pasokan impor bahan baku. Dengan syarat, memiliki barang yang sama kompetitifnya.

Baca Juga:  Bisnis Budidaya Lebah Madu Klanceng Menjanjikan

Di sektor manufaktur, Indonesia mengimpor banyak bahan baku dari Cina. Apalagi, Wuhan adalah kota industri dan jasa. Banyak pabrikan mulai industri hilir, menengah, hingga bahan baku. Wabah corona membuat suplai bahan baku macet.

Misalnya, bahan baku untuk barang elektronik maupun otomotif yang sangat bergantung dari Negeri Panda itu. "Tiba-tiba mereka setop atau kurang, pasti kita akan kena shock. Pasti terganggu," ujar Heri.(dee/han/car/res/c17/hep/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wabah corona memengaruhi aktivitas ekspor-impor dari dan ke Cina. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Syarif Hidayat menyatakan bahwa devisa negara dari impor hingga akhir Februari merosot 51,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

"Terjadi perubahan dari Januari ke Februari. Devisa negara anjlok," ujar Syarif seperti diberitakan JPG, kemarin (4/3).

Dia menyebut impor dari Cina merosot jika dibandingkan negara-negara mitra dagang lainnya. Misalnya Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura. Penurunan impor terbesar terjadi pada barang mesin, tekstil, hingga ponsel. "Ekspor ke Cina relatif stabil, tapi impornya memang turun. Harusnya ini pertanda baik karena artinya net export atau selisih defisitnya mengecil," tambah Syarif.

Baca Juga:  Bagikan Liwet Terbanyak, JNE Pecahkan Rekor MURI

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai, pemerintah perlu mengamankan pasar dalam negeri. "Demand domestik kita kuat, itu harus dijaga. Kita juga harus memaksimalkan kinerja sektor industri agar berkontribusi optimal terhadap pasar dalam negeri," urainya.

Untuk barang konsumsi yang mampu diproduksi di dalam negeri, sebaiknya pemerintah tidak perlu impor. Setelah mampu meningkatkan pangsa pasar domestik, pemerintah harus mencari tujuan pasar ekspor alternatif. Juga, menyusun langkah untuk melakukan penetrasi pasar produk ekspor lebih luas.

- Advertisement -

Di sisi lain, Heri menyebut Indonesia harus segera mencari dan memetakan negara lain sebagai alternatif mengganti peran Cina untuk pasokan impor bahan baku. Dengan syarat, memiliki barang yang sama kompetitifnya.

Baca Juga:  PT IKPP Serahkan Klaim JKK Tenaga Kerja Asing

Di sektor manufaktur, Indonesia mengimpor banyak bahan baku dari Cina. Apalagi, Wuhan adalah kota industri dan jasa. Banyak pabrikan mulai industri hilir, menengah, hingga bahan baku. Wabah corona membuat suplai bahan baku macet.

- Advertisement -

Misalnya, bahan baku untuk barang elektronik maupun otomotif yang sangat bergantung dari Negeri Panda itu. "Tiba-tiba mereka setop atau kurang, pasti kita akan kena shock. Pasti terganggu," ujar Heri.(dee/han/car/res/c17/hep/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wabah corona memengaruhi aktivitas ekspor-impor dari dan ke Cina. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Syarif Hidayat menyatakan bahwa devisa negara dari impor hingga akhir Februari merosot 51,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

"Terjadi perubahan dari Januari ke Februari. Devisa negara anjlok," ujar Syarif seperti diberitakan JPG, kemarin (4/3).

Dia menyebut impor dari Cina merosot jika dibandingkan negara-negara mitra dagang lainnya. Misalnya Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura. Penurunan impor terbesar terjadi pada barang mesin, tekstil, hingga ponsel. "Ekspor ke Cina relatif stabil, tapi impornya memang turun. Harusnya ini pertanda baik karena artinya net export atau selisih defisitnya mengecil," tambah Syarif.

Baca Juga:  Pengalihan PI 10 Persen WK Siak Disetujui

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai, pemerintah perlu mengamankan pasar dalam negeri. "Demand domestik kita kuat, itu harus dijaga. Kita juga harus memaksimalkan kinerja sektor industri agar berkontribusi optimal terhadap pasar dalam negeri," urainya.

Untuk barang konsumsi yang mampu diproduksi di dalam negeri, sebaiknya pemerintah tidak perlu impor. Setelah mampu meningkatkan pangsa pasar domestik, pemerintah harus mencari tujuan pasar ekspor alternatif. Juga, menyusun langkah untuk melakukan penetrasi pasar produk ekspor lebih luas.

Di sisi lain, Heri menyebut Indonesia harus segera mencari dan memetakan negara lain sebagai alternatif mengganti peran Cina untuk pasokan impor bahan baku. Dengan syarat, memiliki barang yang sama kompetitifnya.

Baca Juga:  Tingkatkan Transaksi Digital, Dapatkan Hadiah Tanpa Diundi dari Bjb POIN

Di sektor manufaktur, Indonesia mengimpor banyak bahan baku dari Cina. Apalagi, Wuhan adalah kota industri dan jasa. Banyak pabrikan mulai industri hilir, menengah, hingga bahan baku. Wabah corona membuat suplai bahan baku macet.

Misalnya, bahan baku untuk barang elektronik maupun otomotif yang sangat bergantung dari Negeri Panda itu. "Tiba-tiba mereka setop atau kurang, pasti kita akan kena shock. Pasti terganggu," ujar Heri.(dee/han/car/res/c17/hep/jpg)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari