Jumat, 20 September 2024

Diktator Zimbabwe Robert Mugabe Berpulang

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Meninggalnya Robert Gabriel Mugabe menarik perhatian publik internasional. Banyak yang mengenang pria 95 tahun tersebut sebagai tokoh kemerdekaan Zimbabwe, bahkan Afrika. Namun, tak sedikit yang mengingat kekejian Mugabe sebagai salah seorang tiran terlama sedunia.

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa memastikan kabar itu kepada media. Menurut dia, seniornya di Partai Zanu-PF tersebut mengembuskan napas terakhir di Singapura, Jumat (6/9) pukul 11.40 waktu setempat (10.40 WIB, red).

"Dia adalah simbol dari kemerdekaan untuk seluruh Afrika. Sosok yang mendorong emansipasi dan pemberdayaan masyarakat," ungkap Mnangagwa, menurut Agence France-Presse.

Padahal, Mugabe terus mengolok-olok Mnangagwa pada Pemilu Zimbabwe 2018. Mugabe tak terima dilengserkan partainya dan militer setahun sebelumnya.

- Advertisement -

Mendengar kabar itu, Mnangagwa langsung menyudahi kunjungannya di Afrika Selatan dalam rangka World Economic Forum Africa.

Baca Juga:  Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Korban Luka Enam Orang

Kepala Lembaga Penelitian Southern African Political dan Economic Series Ibbo Mandaza menjelaskan, Mugabe sebenarnya sosok ikonik di Afrika. Dia duduk sejajar dengan Nelson Mandela dari Afrika Selatan, Julius Nyerere dari Tanzania, dan Joshua Nkomo dari Zimbabwe.

- Advertisement -

"Sayangnya, dia tak mundur teratur seperti Nyerere dan Mandela," ungkapnya.

Pria kelahiran 1924 itu mencuat di dunia politik setelah melakukan perlawanan terhadap pemerintah Rhodesia. Dia menganggap pemerintah tersebut hanyalah antek Kerajaan Inggris. Perlawanan tersebut mengakibatkan guru sekolah Katolik itu dipenjara pada 1964. Dia mendekam di penjara Rhodesia selama sepuluh tahun tanpa proses pengadilan.

Perlawanannya berbuah pada 1979. Satu tahun kemudian dia dipilih sebagai kepala negara. Sayangnya, dia lalu menggila.

Baca Juga:  Pusat Persilahkan Pemda Ajukan PSBB

Awal menjabat dia sudah memimpin gerakan Gukurahundi yang membunuh sekitar 20 ribu pembangkang. Pada 2000, dia menyita paksa lahan pertanian dari pemilik kulit putih. Pada 2008, dia menggunakan milisi untuk membungkam oposisi.

"Dia benar-benar seekor monster," ujar George Walden kepada BBC. Walden merupakan salah seorang negosiator Inggris dalam Lancaster House Agreement yang membebaskan Zimbabwe dari pemerintah Rhodesia.

Dia akhirnya kehilangan kekuasan pada 2017. Saat itu militer yang biasa menjadi penyokong terbesar akhirnya mengubah haluan. Mereka tak terima terhadap visi Mugabe untuk menjadikan istri keduanya, Grace, sebagai presiden Zimbabwe. Mereka menggulingkan Mugabe dan menempatkan Mnangagwa di kursi presiden.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Meninggalnya Robert Gabriel Mugabe menarik perhatian publik internasional. Banyak yang mengenang pria 95 tahun tersebut sebagai tokoh kemerdekaan Zimbabwe, bahkan Afrika. Namun, tak sedikit yang mengingat kekejian Mugabe sebagai salah seorang tiran terlama sedunia.

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa memastikan kabar itu kepada media. Menurut dia, seniornya di Partai Zanu-PF tersebut mengembuskan napas terakhir di Singapura, Jumat (6/9) pukul 11.40 waktu setempat (10.40 WIB, red).

"Dia adalah simbol dari kemerdekaan untuk seluruh Afrika. Sosok yang mendorong emansipasi dan pemberdayaan masyarakat," ungkap Mnangagwa, menurut Agence France-Presse.

Padahal, Mugabe terus mengolok-olok Mnangagwa pada Pemilu Zimbabwe 2018. Mugabe tak terima dilengserkan partainya dan militer setahun sebelumnya.

Mendengar kabar itu, Mnangagwa langsung menyudahi kunjungannya di Afrika Selatan dalam rangka World Economic Forum Africa.

Baca Juga:  Nadiem Didesak Terbitkan Regulasi Pengangkatan Guru Honorer Jadi PPPK

Kepala Lembaga Penelitian Southern African Political dan Economic Series Ibbo Mandaza menjelaskan, Mugabe sebenarnya sosok ikonik di Afrika. Dia duduk sejajar dengan Nelson Mandela dari Afrika Selatan, Julius Nyerere dari Tanzania, dan Joshua Nkomo dari Zimbabwe.

"Sayangnya, dia tak mundur teratur seperti Nyerere dan Mandela," ungkapnya.

Pria kelahiran 1924 itu mencuat di dunia politik setelah melakukan perlawanan terhadap pemerintah Rhodesia. Dia menganggap pemerintah tersebut hanyalah antek Kerajaan Inggris. Perlawanan tersebut mengakibatkan guru sekolah Katolik itu dipenjara pada 1964. Dia mendekam di penjara Rhodesia selama sepuluh tahun tanpa proses pengadilan.

Perlawanannya berbuah pada 1979. Satu tahun kemudian dia dipilih sebagai kepala negara. Sayangnya, dia lalu menggila.

Baca Juga:  Jurnal Dakwah Risalah UIN Suska Riau Ikuti Deklarasi PPJID

Awal menjabat dia sudah memimpin gerakan Gukurahundi yang membunuh sekitar 20 ribu pembangkang. Pada 2000, dia menyita paksa lahan pertanian dari pemilik kulit putih. Pada 2008, dia menggunakan milisi untuk membungkam oposisi.

"Dia benar-benar seekor monster," ujar George Walden kepada BBC. Walden merupakan salah seorang negosiator Inggris dalam Lancaster House Agreement yang membebaskan Zimbabwe dari pemerintah Rhodesia.

Dia akhirnya kehilangan kekuasan pada 2017. Saat itu militer yang biasa menjadi penyokong terbesar akhirnya mengubah haluan. Mereka tak terima terhadap visi Mugabe untuk menjadikan istri keduanya, Grace, sebagai presiden Zimbabwe. Mereka menggulingkan Mugabe dan menempatkan Mnangagwa di kursi presiden.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari