JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pemerintah sudah menetapkan Hari Raya Idulftri 1443 Hijriah jatuh pada Senin (2/5/2022). Saat Idulfitri atau Salat Id, menjadi amalan berlipat mengawali Syawal ini. Umat Muslim pun dianjurkan melakukan berbagai amalan, seperti membayar zakat fitrah dan Salat Id, saat Hari Raya Idulfitri tiba. Salat Id sendiri hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) sejak disyariatkanya pada tahun kedua hijriah. Rasulullah selalu melaksanakannya hingga beliau wafat dan dilanjutkan oleh umatnya sampai sekarang.
Secara umum syarat dan rukun Salat Id sama sebagaimana salat fardhu lima waktu. Hanya, ada beberapa tambahan teknis yang sifatnya sunnah. Adapun waktu pelaksanaan salat dimulai sejak matahari terbit sampai masuk waktu Salat Zuhur.
Berbeda dari Salat Iduladha yang dianjurkan mengawalkan waktu untuk memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian Salat Iduladha, Salat Idulfitri disunnahkan memperlambatnya. Hal ini untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah.
Berikut adalah tata cara Sahalat Idulfitri sebagaimana dikutip dari NU Online:
1. Pertama adalah niat Shalat Idulfitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (membaca Allâhu akbar), dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya. Berikut lafal niatnya, Ø£ÙصَلÙّي سÙنَّةً لعÙيْد٠اْلÙÙطْر٠رَكْعَتَيْن٠(مَأْمÙوْمًا/Ø¥Ùمَامًا) Ù„Ùلّٰه٠تَعَــالَى
Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ Artinya: “Aku berniat salat sunnah Idulfitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
2. Membaca doa ifititah, kemudian disunnahkan untuk tabir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela tiap takbir dianjurkan untuk membaca lafal berikut,
الله٠أَكْبَر٠كَبÙيرًا، وَالْØَمْد٠لÙلّٰه٠كَثÙيرًا، وَسÙبْØَانَ الله٠بÙكْرَةً وَأَصÙيلًا Allâhu akbar kabîran, wal ḫamdulillâhi katsîran, wa subḫânallâhi bukratan wa ashîla Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau bisa juga lafal ini, سÙبْØَانَ الله٠وَالْØَمْد٠لÙلّٰه٠وَلاَ Ø¥Ùلٰهَ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠أَكْبَر٠Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
3. Membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu disunnahkan untuk membaca surat Al-A’la, lalu dilanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti salat biasa.
4. Setelah takbir untuk berdiri rakaat kedua, disunnahkan untuk takbir sebanyak lima kali seperti takbir pada rakaat pertama. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan dianjurkan membaca surat Al-Ghasiyah. Lalu lanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
5. Selesai salam, jemaah dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib terlebih dulu, jangan dulu beranjak dari tempat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra