JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Masa tinggal jamaah haji Indonesia dinilai terlalu lama. Tahun ini masa tinggalnya mencapai 42 hari. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menuturkan, hampir mustahil memperpendek masa tinggal itu.
Informasi soal masa tinggal jamaah haji tersebut disampaikan Lukman sebelum bertolak ke Tanah Air kemarin dini hari (19/8). Lukman mengadakan acara malam perpisahan dengan seluruh personel Media Center Haji (MCH) 2019.
Lukman menuturkan, salah satu efek dari banyaknya jamaah haji Indonesia, mereka harus diangkut dengan 529 kelompok terbang (kloter). Sementara itu, dengan kapasitas bandara di Jeddah maupun Madinah yang terbatas, Indonesia hanya mendapat jatah 14 kali penerbangan setiap hari. Karena itu, jamaah harus menunggu untuk diterbangkan pulang ke tanah air. ”Susah dipendekin masa tinggalnya (jamaah, Red). Kecuali ada bandara sendiri khusus (jamaah, Red) Indonesia,” paparnya.
Politikus PPP itu mengungkapkan, ada rencana untuk menggunakan bandara Thaif (TIF) dan bandara regional Tabuk (TUU). Bandara Thaif bisa mendukung penerbangan jamaah ke Makkah. Sedangkan bandara Tabuk untuk mendukung penerbangan jamaah ke Madinah. Lukman menegaskan, hanya dengan memperbanyak bandara upaya memperpendek masa tinggal jamaah di Arab Saudi bisa diwujudkan.
Sementara itu, implementasi inovasi Eyab bagi jamaah haji Indonesia berjalan dengan lancar. Inovasi tersebut merupakan kebalikan dari fast track. Eyab membuat proses pemulangan jamaah di bandara Jeddah menjadi lebih cepat dan nyaman.
Kepada Daerah Kerja (Kadaker) Bandara Arsyad Hidayat mengatakan, salah satu yang merasakan inovasi Eyab adalah jamaah dari kloter JKS-04. ”Jamaah masuk ke tenda lounge yang disiapkan khusus otoritas penerbangan sipil Saudi,” kata Arsyad.
Di lounge tersebut jamaah bisa bersantai seperti makan dan minum. Suasananya mirip dengan lounge VIP di bandara-bandara internasional.
sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Masa tinggal jamaah haji Indonesia dinilai terlalu lama. Tahun ini masa tinggalnya mencapai 42 hari. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menuturkan, hampir mustahil memperpendek masa tinggal itu.
- Advertisement -
Informasi soal masa tinggal jamaah haji tersebut disampaikan Lukman sebelum bertolak ke Tanah Air kemarin dini hari (19/8). Lukman mengadakan acara malam perpisahan dengan seluruh personel Media Center Haji (MCH) 2019.
Lukman menuturkan, salah satu efek dari banyaknya jamaah haji Indonesia, mereka harus diangkut dengan 529 kelompok terbang (kloter). Sementara itu, dengan kapasitas bandara di Jeddah maupun Madinah yang terbatas, Indonesia hanya mendapat jatah 14 kali penerbangan setiap hari. Karena itu, jamaah harus menunggu untuk diterbangkan pulang ke tanah air. ”Susah dipendekin masa tinggalnya (jamaah, Red). Kecuali ada bandara sendiri khusus (jamaah, Red) Indonesia,” paparnya.
- Advertisement -
Politikus PPP itu mengungkapkan, ada rencana untuk menggunakan bandara Thaif (TIF) dan bandara regional Tabuk (TUU). Bandara Thaif bisa mendukung penerbangan jamaah ke Makkah. Sedangkan bandara Tabuk untuk mendukung penerbangan jamaah ke Madinah. Lukman menegaskan, hanya dengan memperbanyak bandara upaya memperpendek masa tinggal jamaah di Arab Saudi bisa diwujudkan.
Sementara itu, implementasi inovasi Eyab bagi jamaah haji Indonesia berjalan dengan lancar. Inovasi tersebut merupakan kebalikan dari fast track. Eyab membuat proses pemulangan jamaah di bandara Jeddah menjadi lebih cepat dan nyaman.
Kepada Daerah Kerja (Kadaker) Bandara Arsyad Hidayat mengatakan, salah satu yang merasakan inovasi Eyab adalah jamaah dari kloter JKS-04. ”Jamaah masuk ke tenda lounge yang disiapkan khusus otoritas penerbangan sipil Saudi,” kata Arsyad.
Di lounge tersebut jamaah bisa bersantai seperti makan dan minum. Suasananya mirip dengan lounge VIP di bandara-bandara internasional.
sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal