Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Sekolah Ramadan

PENDIDIKAN sejak lama telah dipercayai oleh manusia sebagai cara untuk mengembangkan diri, baik hal-hal yang berkaitan dengan akademis maupun nonakademis. Bermula dari scholae-nya para filsuf di Yunani kuno terus berkembang hingga menjadi sekolah-sekolah modern yang menawarkan beragam program serta keunggulan-keunggulan yang menjanjikan masa depan yang baik.

Akan tetapi tindak kejahatan sangat banyak pula dilakukan oleh mereka berpendidikan tinggi. Kejahatan yang mereka lakukan tidak tanggung-tanggung seperti memiskinkan  jutaan orang dengan tindakan korupsi, menebang berjuta-juta hektare hutan sehingga keseimbangan alam menjadi goncang dan pada akhirnya melahirkan bencana-bencana baru yang tidak saja menelan korban harta tetapi juga nyawa manusia dan hewan.

Tak kalah menyedihkan aspek kebudayaan, negeri kita yang kaya budaya, tradisi, kesenian harus menyuruk-nyuruk di bawah lajunya invansi budaya barat yang sebagian besar tidak sesuai dengan nilai ketimuran kita. Karena ia tak dicintai, tak disayangi, dianggap tertinggal dan kolot. Itulah sebagian karakter kita, inferior dengan hal-hal yang berbau asing. Tentu keadaan ini tidak akan pernah merubah kondisi bangsa kita agar diperhitungkan di kancah internasional.

Di sektor ekonomi, utang yang ditanggung negara kita tidaklah sedikit. Bahkan bayi yang baru lahir saja sudah punya beban utang. Itulah sebagian kondisi negara kita, dan kepada kita semua tanggung jawab perubahan itu dibebankan. Oleh pemerintah, hal itu dimulai dari dunia pendidikan dengan memasukkan pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam kurikulum nasional. Ini agar nilai-nilai moral yang luhur kembali bersemi di bumi pertiwi. Budaya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kita kenalkan dengan penuh kebanggaan kepada dunia.

Baca Juga:  Lombok Barat Sambut Wacana Work From Lombok

Setakat meng-insert karakter dan budaya bangsa saja dalam kurikulum tentu tidaklah memadai karena cakupannya demikian luas. Karena itu diperlukan adanya program-program yang mendukung agar hal tersebut dapat terwujud dengan baik. Sehingga peran semua pihak sangat diharapkan, seperti orang tua, masyarakat dan sekolah. Salah satu program untuk membangun karakter dalam Islam adalah dihadirkannya oleh Allah SWT bulan Ramadan sekali dalam setahun. Bulan Ramahan disebut juga dengan syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan, mendidik jiwa, emosi dan fisik untuk taat kepada Allah SWT.

Bulan Ramadan mengajarkan kepada kita banyak sekali karakter positif. Pertama, nilai kejujuran karena puasa bukanlah amal yang kelihatan. Kedua, mengajarkan nilai kepedulian melalui zakat fitrah yang wajib dibayarkan oleh setiap individu muslim yang akan didistribusikan kepada orang yang berhak menerimanya.

Baca Juga:  Bamsoet Jadi Ketua MPR, Golkar Kembali ke Kejayaan

Ketiga, kemampuan menahan diri dari berperilaku dan berucap yang dapat merusak nilai puasa serta menahan diri untuk berbelanja di luar keperluan. Keempat, disiplin untuk berhenti makan (imsyak) dan berbuka sesuai dengan jadwal waktunya. Kelima, religious. Pada bulan ini Allah SWT memberikan kesempatan untuk akselerasi amal melalui lailatul qadr, yang nilai kebaikan satu malam tersebut lebih dari seribu bulan serta sunnah i’tikaf seperti yang dilakukan Rasulullah SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

Seharusnya karakter yang telah dibangun selama Ramadan melekat kuat dalam diri setiap pelaku puasa untuk bisa membawa perubahan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.  Sehingga bangsa yang mayoritas penduduknya muslim ini mampu bangkit dari berbagai keterpurukan dan dapat menjadi bangsa yang diperhitungkan pada percaturan dunia.

Ramadan ibarat sekolah, selama sebulan ini, umat Islam belajar bagaimana menahan diri, menghormati orang lain, berjuang, berjihad, bersedekah, mengaji, mengurangi ghibah, memperbanyak amal ibadah dan lainnya.***

PENDIDIKAN sejak lama telah dipercayai oleh manusia sebagai cara untuk mengembangkan diri, baik hal-hal yang berkaitan dengan akademis maupun nonakademis. Bermula dari scholae-nya para filsuf di Yunani kuno terus berkembang hingga menjadi sekolah-sekolah modern yang menawarkan beragam program serta keunggulan-keunggulan yang menjanjikan masa depan yang baik.

Akan tetapi tindak kejahatan sangat banyak pula dilakukan oleh mereka berpendidikan tinggi. Kejahatan yang mereka lakukan tidak tanggung-tanggung seperti memiskinkan  jutaan orang dengan tindakan korupsi, menebang berjuta-juta hektare hutan sehingga keseimbangan alam menjadi goncang dan pada akhirnya melahirkan bencana-bencana baru yang tidak saja menelan korban harta tetapi juga nyawa manusia dan hewan.

- Advertisement -

Tak kalah menyedihkan aspek kebudayaan, negeri kita yang kaya budaya, tradisi, kesenian harus menyuruk-nyuruk di bawah lajunya invansi budaya barat yang sebagian besar tidak sesuai dengan nilai ketimuran kita. Karena ia tak dicintai, tak disayangi, dianggap tertinggal dan kolot. Itulah sebagian karakter kita, inferior dengan hal-hal yang berbau asing. Tentu keadaan ini tidak akan pernah merubah kondisi bangsa kita agar diperhitungkan di kancah internasional.

Di sektor ekonomi, utang yang ditanggung negara kita tidaklah sedikit. Bahkan bayi yang baru lahir saja sudah punya beban utang. Itulah sebagian kondisi negara kita, dan kepada kita semua tanggung jawab perubahan itu dibebankan. Oleh pemerintah, hal itu dimulai dari dunia pendidikan dengan memasukkan pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam kurikulum nasional. Ini agar nilai-nilai moral yang luhur kembali bersemi di bumi pertiwi. Budaya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kita kenalkan dengan penuh kebanggaan kepada dunia.

- Advertisement -
Baca Juga:  Sekolah Berprestasi Diminta Bimbing yang Lain

Setakat meng-insert karakter dan budaya bangsa saja dalam kurikulum tentu tidaklah memadai karena cakupannya demikian luas. Karena itu diperlukan adanya program-program yang mendukung agar hal tersebut dapat terwujud dengan baik. Sehingga peran semua pihak sangat diharapkan, seperti orang tua, masyarakat dan sekolah. Salah satu program untuk membangun karakter dalam Islam adalah dihadirkannya oleh Allah SWT bulan Ramadan sekali dalam setahun. Bulan Ramahan disebut juga dengan syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan, mendidik jiwa, emosi dan fisik untuk taat kepada Allah SWT.

Bulan Ramadan mengajarkan kepada kita banyak sekali karakter positif. Pertama, nilai kejujuran karena puasa bukanlah amal yang kelihatan. Kedua, mengajarkan nilai kepedulian melalui zakat fitrah yang wajib dibayarkan oleh setiap individu muslim yang akan didistribusikan kepada orang yang berhak menerimanya.

Baca Juga:  TPN Kemenpan RB Kunjungi Kantor Imigrasi

Ketiga, kemampuan menahan diri dari berperilaku dan berucap yang dapat merusak nilai puasa serta menahan diri untuk berbelanja di luar keperluan. Keempat, disiplin untuk berhenti makan (imsyak) dan berbuka sesuai dengan jadwal waktunya. Kelima, religious. Pada bulan ini Allah SWT memberikan kesempatan untuk akselerasi amal melalui lailatul qadr, yang nilai kebaikan satu malam tersebut lebih dari seribu bulan serta sunnah i’tikaf seperti yang dilakukan Rasulullah SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

Seharusnya karakter yang telah dibangun selama Ramadan melekat kuat dalam diri setiap pelaku puasa untuk bisa membawa perubahan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.  Sehingga bangsa yang mayoritas penduduknya muslim ini mampu bangkit dari berbagai keterpurukan dan dapat menjadi bangsa yang diperhitungkan pada percaturan dunia.

Ramadan ibarat sekolah, selama sebulan ini, umat Islam belajar bagaimana menahan diri, menghormati orang lain, berjuang, berjihad, bersedekah, mengaji, mengurangi ghibah, memperbanyak amal ibadah dan lainnya.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari